XXI

748 83 4
                                    

Jennie melihat beberapa foto potongan tubuh yang sudah tidak lagi menyatu mulai dari tangan dan juga kaki. Gael mengalami tengkorak kepala yang hancur dan menyebabkan wajahnya separuh ikut hancur dari hidung hingga ke atas. Dari hasil otopsi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, terdapat kembali sebuah goresan yang bertuliskan 'MCMXXVIIL'. Disamping itu, barang bukti lainnya berupa baju yang dikenakan, sepasang sepatu, perhiasan berupa anting, jam tangan, dan bandana berwarna biru tua sudah dimasukkan ke dalam plastik agar tidak disentuh secara langsung oleh orang lain. Bukti yang terakhir adalah foto wajah milik Gael yang tersenyum lebar.

"Hanya ini?" Jennie memastikan.

"Benar Jenn. Apa kau mau aku mengambil semua barang bukti itu hari ini?" tanya Owen.

Jennie menoleh sejenak ke arah Emily, seorang perempuan yang sedang menyeruput secangkir minumannya. Dia kembali mengalihkan pandangannya kepada Owen dengan anggukan kepala. Owen pun segera bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan kafe tersebut. 

"Emily," seru Jennie.

Emily menoleh, ditatapnya lekat-lekat kedua bola mata wanita tersebut.

"Apa kau mengenali murid bernama Gaelina?" tanya Jennie.

"Tidak," jawab Emily.

Jennie pun memberikan bukti foto milik Gael kepada Emily untuk memastikan. Melihat foto tersebut membuat kedua bola mata Emily membulat sempurna. Bahkan, minuman yang berada di dalam mulutnya tertahan hingga membuat kedua pipinya ikut membulat.

"Dia adalah murid yang meloncat dari lantai 4 gedung sekolah hari ini hingga meninggal dunia," ucap Jennie.

Emily mengalihkan pandangannya kepada wanita tersebut dan menelan minuman yang berada di mulutnya. Emily mengatakan bahwa sebelum Gael meloncat dari lantai 4 gedung sekolah, pagi harinya dia sempat melontarkan kalimat kasar kepada Emily yang dituduh sebagai seorang pembunuh dari kedua teman-temannya dan dia mengatakan hal tersebut kepada Alvin di dalam kelas.

"Alvin?" Jennie berdecak kecil dengan menaruh rasa curiga.

"Benar. Namun saat itu tidak hanya Alvin yang berada di dalam kelas, Felix pun juga berada di tempat yang sama. Tidak lama kemudian Felix pergi meninggalkan ruang kelas dan sampai sekarang, aku belum bertemu dengannya," jelas Emily.

🔱🔱🔱

Setelah keluar dari ruang kerja milik Rebecca, pikiran Mia terus berputar mengenai semua ucapan yang diberikan oleh temannya. Dia berdiri sejenak di pertengahan koridor dan melihat berkas digenggamannya. Dia kembali berjalan melangkah hingga ke parkiran mobil rumah sakit Saint Joseph. Wanita itu pergi meninggalkan lingkungan kerjanya dengan mobil yang melaju kencang.

Setengah jam dalam perjalanan, Mia sudah tiba di rumah sakit Saint Renant; tempat di mana dia akan mencaritahu mengenai berkas kematian dari dua anak terakhir tuan Anthony. Dia pun berjalan masuk mendekati meja resepsionis untuk bertemu dengan seorang dokter bernama Alex.

"Apakah kau sudah membuat janji terhadap beliau?" tanya resepsionis tersebut.

Belum sempat Mia menjawab, dia mendengar suara seorang laki-laki yang memanggil namanya. Wanita itu pun menoleh dan melihat Alex berdiri tidak jauh darinya dengan tersenyum lebar.

"Sudah lama tidak bertemu," sapa Alex yang berakhir memeluk temannya itu.

Mia tersenyum dan membalas pelukan dari Alex, "Bagaimana kau tau bahwa wanita ini adalah aku?"

"Tentu aku tau. Apa kau lupa kalau kau dan aku sudah kenal sejak masih menjadi seorang mahasiswa." Alex tertawa kecil. "Ada yang bisa kubantu?"

"Kau benar. Aku pikir aku sudah terlihat berubah." Mia mengangguk. "Aku membutuhkan bantuanmu sekarang."

[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang