Tidak lama kemudian, kedua bola mata Mia membulat sempurna. Dia melihat Jennie begitu ketakutan dan sempat mendorong meja sekuat tenaga agar pintu ruangan tersebut tidak dibuka oleh seseorang yang bahkan sampai sekarang Mia belum mengetahui apa yang sedang terjadi dengan temannya. Suara dobrakan pintu terdengar semakin jelas hingga membuat Jennie berteriak histeris. Seseorang berpakaian serba hitam berhasil menerobos paksa untuk masuk ke dalam ruangan tersebut dan mendekati Jennie dengan mendorong kencang tubuh wanita itu ke sebuah lemari.
Orang tersebut mencekik leher Jennie hingga membuat wanita itu kejang-kejang. Jennie pun berusaha menendang kencang ke bagian perut hingga orang itu merintih kesakitan lalu melepaskan cekikan yang berada di lehernya. Jennie melempar vas bunga dan berhasil menghantam kepala orang tersebut. Tudung hitam yang menutup kepalanya tidak sengaja terlepas hingga memperlihatkan seorang lelaki dengan tatapan bengis ke arah Jennie.
"Dia siapa?" tanya Mia heran.
"Perhatikan terus," pinta Owen.
"Kau pikir kau bisa menghentikan aksiku untuk membunuh mereka meskipun kau adalah seorang detektif?" Lelaki itu berjalan mendekat kembali. "Kau adalah seorang wanita menyebalkan yang hampir saja membuatku tertangkap. Namun untungnya, kau tidak terlalu cerdas."
Satu buah tamparan berhasil membuat pipi kanan Jennie memerah dan wanita itu hanya bisa terdiam dengan kedua bola mata membulat.
"Kau tidak ingin berteriak?" ledeknya. "Agar semua orang tau bahwa aku adalah pembunuh yang sebenarnya."
"Kenapa kau melakukan hal ini pada teman-temanmu sendiri?!" tanya Jennie.
"Teman-temanku?" Lelaki itu terkekeh. "Aku tidak merasa memiliki seorang teman. Mereka hanyalah segilintir orang bodoh yang berhasil masuk ke perangkapku."
"Apa kau juga orang yang menyebarkan pesan ancaman melalui ponsel Emily?!"
Dia tertawa dengan kedua tangan yang bertolak pinggang, "Tepat sekali."
🔱🔱🔱
Emily dan Alvin sudah tiba di tempat tujuan yang benar-benar begitu sepi. Suasananya terlihat menghijau dengan udara sejuk yang membuat Emily tersenyum lebar. Dia keluar dari dalam mobil dan menghirup udara di sekelilingnya dengan dalam. Terdapat banyak pepohonan rindang, rumput-rumput hijau bergoyang seilir dengan angin yang berhembus. Di sebelah rumah bertingkat 2 bergaya klasik itu, Emily melihat terdapat sebuah danau dengan dermaga kecil dan juga sebuah perahu.
Alvin berjalan membuka bagasi mobil untuk mengambil barang-barang mereka. Tidak lama setelah itu, Emily berjalan mendekat dan menyenderkan pundaknya pada mobil lelaki itu.
"Bagaimana menurutmu mengenai tempat ini?" tanya Alvin yang menutup bagasi mobilnya kembali. "Apa kau suka?"
"Aku suka sekali. Siapa pemilik rumah ini?" tanya Emily.
"Seorang kerabat dari papaku. Rumah ini jarang sekali ditempati karena keluarga mereka memutuskan untuk pindah ke kota," jawabnya.
Lelaki itu mengajak Emily untuk masuk ke dalam rumah. Rumah yang besar dengan nuansa klasik membuat Emily merasa takjub. Terdapat beberapa guci dipajang di atas meja, sebuah tangga menuju lantai dua tepat berada di tengah ruangan dan juga sebuah lampu kristal yang menggantung indah saat pertama kali mereka masuk ke dalam rumah tersebut. Gorden berwarna merah maroon masih menutupi seluruh jendela rumah. Emily berjalan masuk ke ruang tamu dengan tatapan yang masih menelusuri ke sekitar sementara Alvin sendiri disibukkan dengan membuka gorden rumah tersebut.
"Di lantai dua, terdapat 3 buah kamar. Kau bisa memilih salah satu di antara kamar tersebut. Ruang makan terletak dekat dengan dapur belakang. Kalau kau lapar, kau bisa memakan apapun yang berada di dalam kulkas," seru Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret Friends
TerrorHIGHEST RATING: #2 in MYSTERY out of 16.5k [02/12/22] #1 in HORROR-THRILLER [20/05/19] #3 in TEMANKHAYALAN [19/06/19] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [3]: Emily Dawson. "You can never run from us." ["Kau tidak akan pernah bisa lari dari ka...