Mia sedang duduk di ruang kerja dengan jari tangan kanan yang menyentuh pelipis kanannya. Dia terus memfokuskan pikirannya pada beberapa lembar kertas milik Theodore. Informasi yang berada di berkas itu terkadang mampu membuat dahi Mia mengernyit.
Pasien 301
Nama: Benjamin Oliver Ascott
Tempat, tanggal lahir: Georgia, 2 April 1977
Usia: 52 Tahun
Riwayat Penyakit: Gangguan psikotik, Jantung, Gangguan obsesif-kompulsif, Depresi.Dilepasnya kacamata yang dia kenakan dan langsung menghela napas dengan menyenderkan punggung pada kursi ruang kerja. Mia memijit pangkal hidungnya untuk sejenak. Dia teringat akan Tessa yang memiliki riwayat penyakit hampir sama dengan tuan Ascott.
"Gangguan obsesif-kompulsif." Mia bergumam. "Tessa juga memiliki riwayat penyakit itu yang membuat dirinya terus terlihat cemas dan tidak terkendali. Terlebih saat aku memperlihatkan kalung itu. Kalung yang ternyata ada hubungannya dengan masa lalu. Lalu, apa yang membuat tuan Ascott memiliki penyakit itu?"
Tidak lama kemudian, ponsel milik Mia yang berada di atas meja bergetar. Dia melihat ada panggilan masuk berasal dari Luke yang membuat raut wajahnya terlihat datar. Mia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju jendela ruang kerja untuk menjawab panggilan masuk tersebut.
Melalui seberang telepon, Luke mengatakan bahwa Mia sangat dibutuhkan untuk membantu mengungkap kasus mengenai keluarga tuan Anthony yang belum sempat mereka selesaikan setelah 12 tahun berlalu. Mia menghela napas untuk kesekian kalinya dan mengatakan kepada Luke bahwa selepas dia kembali dari rumah sakit, mereka bisa bertemu dengannya di sebuah restoran cepat saji yang terletak di samping gereja katedral.
Panggilan itu telah diakhiri. Mia menatap layar ponselnya dengan mengatup kedua bibirnya ke dalam. Kembali menyelidiki sebuah kasus merupakan keputusan terberat yang akan Mia hadapi. Jam menunjukkan pukul 1 siang, wanita itu memutuskan untuk mengambil stetoskop yang berada di atas meja kemudian pergi meninggalkan ruang kerjanya.
🔱🔱🔱
Di sekolah Emily, kontes pidato itu akan segera dilaksanakan di ruang basket yang berada di dalam gedung sekolah. Suara dukungan dari masing-masing peserta memeriahkan ruangan tersebut. Dari balik panggung, Emily merasa grogi karena penampilannya kali ini akan dilihat oleh ratusan pasang mata dan bahkan bisa ribuan. Dia terus menggerak-gerakkan kakinya dengan kepala yang mengarah ke sekitar. Rasa canggung Emily rupanya menarik perhatian Alvin; teman sekelas Emily yang merupakan salah satu peserta kontes pidato. Lelaki itu berjalan mendekati teman sekelasnya. Dia menyodorkan sebotol minuman sambil tersenyum. Emily seketika terdiam dan menatap Alvin. Diambilnya minuman tersebut dan digenggamnya dengan kedua tangan. Alvin memutuskan untuk duduk di samping Emily.
"Apa kau merasa grogi?" tanyanya.
Emily mengangguk perlahan.
"Kau tidak perlu takut. Bukankah kau sudah terbiasa berdiri di depan kelas?" ucap Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret Friends
HororHIGHEST RATING: #2 in MYSTERY out of 16.5k [02/12/22] #1 in HORROR-THRILLER [20/05/19] #3 in TEMANKHAYALAN [19/06/19] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [3]: Emily Dawson. "You can never run from us." ["Kau tidak akan pernah bisa lari dari ka...