12 tahun kemudian.
Matahari mulai menampakkan dirinya di langit cerah yang menandakan seluruh masyarakat Amerika Serikat lebih tepatnya di kota Corolado, memulai aktivitas mereka masing-masing.
Terlihat seorang perempuan cantik di salah satu rumah sedang duduk menyisir di kursi riasnya. Rambut panjang itu dia biarkan terurai indah. Dengan mengenakan bandana berwana coklat muda, dia tampil lebih manis dari biasanya. Suara ketukan pintu dari luar membuat dirinya menatap pintu tersebut dari pantulan cermin. Seorang wanita menyembulkan kepalanya masuk ke dalam kamar bernuansa peach itu.
"Mama pikir kau belum terbangun," tegurnya.
"Aku bangun lebih awal karena aku akan mengikuti kontes pidato yang diadakan di sekolahku, ma," balas anak tersebut.
Perempuan itu bangkit dari kursinya dan meraih tas punggung yang berada di atas ranjang.
"Anak mama sudah besar," ucap wanita itu tersenyum memandang anak semata wayangnya dari atas hingga ke bawah.
"Apa penampilanku memalukan?" Perempuan tersebut memastikan.
Gelengan kepala dengan senyuman lebar dari wanita itu menandakan bahwa penampilan anaknya sangatlah luar biasa. Mereka berdua segera berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama sebelum mereka memulai aktivitas.
"Apa papa hari ini akan datang?" tanya perempuan itu sambil memotong panekuk di atas piring saji.
Wanita itu menyeruput secangkir teh di atas meja sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari anaknya.
"Mama tidak tau. Papamu tidak menghubungi mama," jawabnya sedikit acuh.
"Ma."
Wanita itu menatap kedua bola mata anaknya.
"Aku sudah besar. Aku sudah beranjak dewasa. Aku tidak ingin kalian menyembunyikan sesuatu dariku. Kalian harus menceritakan apapun itu kepadaku," pintanya.
"Kalau kau sudah selesai, kunci rapat semua pintu karena mama akan menunggumu di dalam mobil," balas wanita itu yang mengalihkan pembicaraan mereka dan langsung bangkit meninggalkan ruang makan.
Di dalam mobil, wanita tersebut menatap dirinya dari kaca dalam mobil. Kedua bola matanya menyimpan banyak kesedihan yang selama ini ia pendam. Entah dia belum siap atau memang dia akan menyimpan rahasia itu rapat-rapat dari anaknya. Dia juga belum bisa memutuskan hal itu untuk saat ini.
Tidak lama setelah wanita itu menunggu anaknya dari dalam mobil, perempuan tersebut berjalan menghampiri ibunya. Mereka segera meninggalkan rumah menggunakan mobil yang melaju dengan kecepatan sedang. Mobil miliknya sudah tiba di lingkungan sekolah menengah atas yang cukup ramai. Wanita itu menoleh ke arah anaknya untuk sesaat. Setiap kali melihat wajah anak tersebut, membuat pikirannya terus mengarah akan kejadian 12 tahun yang lalu.
"Aku akan masuk ke dalam. Aku mencintaimu, ma," ucapnya yang langsung keluar dari dalam mobil.
"Aku juga mencintaimu, Emily," balas wanita itu dari dalam mobil.
Emily menoleh ke belakang sambil melambaikan tangannya. Setelah mendapat senyuman dari ibunya, dia melihat mobil itu melaju kembali pertanda wanita tersebut akan berangkat untuk bekerja. Emily melangkahkan kakinya menuju lorong sekolah yang sangat ramai. Beberapa dari mereka yang melihat perempuan cantik itu berusaha untuk menyapanya dan tidak jarang pula Emily membalas sapaan mereka dengan tersenyum ramah.
Perempuan itu sudah tiba di dalam kelas dan langsung duduk di kursi belakang. Tidak lama kemudian, seorang perempuan datang memasuki ruang kelas yang sama dengannya lalu duduk di kursi yang berada di depan Emily.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret Friends
TerrorHIGHEST RATING: #2 in MYSTERY out of 16.5k [02/12/22] #1 in HORROR-THRILLER [20/05/19] #3 in TEMANKHAYALAN [19/06/19] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [3]: Emily Dawson. "You can never run from us." ["Kau tidak akan pernah bisa lari dari ka...