"Anak mami, udah sholat maghrib belum?" ucap maminya setengah berteriak di depan pintu kamar anaknya.Aretta yang baru saja selesai menunaikan ibadah maghrib pun bergegas membuka pintu kamarnya.
"kenapa mamiii? Ini baru aja selesai sholat" ujar Aretta ketika membukakan pintu untuk maminya -- Renata --.
"kamu siap - siap gih, sehabis isya kita temenin papi ke pertemuan kolega" ucap maminya lagi sembari masuk ke kamar Aretta dan membuka lemari besar yang menempel di dinding kamar Aretta.
"kan biasanya mami doang yang ikut, kok tumben aku diajak juga" ucap Aretta. Sungguh dia sangat malas untuk mengikuti acara semacam itu. Pastilah membosankan.
"sekali - kali, kan kamu anak semata wayang nya mami sama papi, masa orang - orang nanti ga kenal kamu" jawab maminya lagi. Aretta pun mengangguk dan menghela nafasnya.
'baiklah, aku menurut, lagian cuma duduk doang kan? Terus tebar senyum, and problem solve' ucapnya dalam hati.
Hampir setengah jam mereka berdua habiskan untuk memilih gaun yang akan Aretta kenakan.
"nah ini cantik ini, apalagi anak mami satu ini yang bakal pake" ujar maminya kepada Aretta sambil menunjukkan gaun pilihannya.
-------
Seusai menunaikan sholat isya, Aretta bersiap - siap. Dia mengenakan make up natural yang pasti tidak menor. Pilihannya jatuh pada gaun sederhana namun terlihat sangat elegan, berwarna hitam cukup mekar dengan lengan seperti kimono jepang yang lebar, dengan hiasan dibagian lehernya. Sedangkan untuk kerudung, Aretta memilih jilbab dengan bahan organza berwarna hitam juga.
Dia mematut dirinya di depan cermin kamarnya yang sangat besar itu.
"oke fix, kelar. Oh iya sepatu hampir lupa" ujarnya, kemudian segera membuka lemari sepatunya. Dipilihnya wedges sederhana bewarna hitam juga dan lengkap sudah penampilannya malam ini.
Dia memegang cluth (sejenis tas tangan gitu) di tangan kanannya lalu bergegas keluar kamar menuju lantai dasar tempat kedua orang tuanya berada.
"Ecaa, udah cantik belum? Turun hayuukk" teriak maminya dari bawah. Pas sekali Aretta menuruni tangga.
"iya mi, udah kok hehe" Aretta nyengir kuda sambil memandang kedua orang tuanya.
"oke, karena semua sudah siap, ayo kita pergi" ajak Papinya.
Mereka pun segera menuju mobil yang dikendarai oleh papinya, maminya disamping kemudi dan Aretta di belakang.
-------
Mereka bertiga memasuki sebuah ballroom tempat diadakannya acara pertemuan kolega Utsman --Papi Aretta-- disana.
"selamat malam Pak Utsman"ucap seseorang, sepertinya teman dari papi Aretta. Mereka bersalaman dan mulai bercengkerama.
Karena merasa diangguri oleh kedua orang tuanya, Aretta pamit mencari udara segar dibagian balkon.
"mami, aku kesana ya" kata Aretta.
"jangan, disini aja, ayo sama mami kita duduk aja" ajak maminya, kemudian mereka duduk di meja bundar yang memang disiapkan untuk para tamu pada acara tersebut.
"Ibu Renata, duh udah lama banget ya ngga ketemu" ucap seorang wanita menghampiri mereka.
"iya bu, aduh tahun lalu ya terakhir ketemu" ujar maminya ramah.
"ini Aretta ya? Jarang sekali kamu ikut acara sayang, cantik banget" ujarnya. Aretta hanya menyalami tangannya dan tersenyum anggun. Kemudian, kedua wanita itu asik bergosip ria.
Setiap para pramusaji lewat yang menawarkan minuman, tak ada satupun yang Aretta pilih. Dia lebih tertarik kepada benda pipih di tangannya saat ini. Sedangkan si mami, sudah bergosip ria dengan istri kolega papinya yang lain.
Ketika membuka aplikasi yang berlogo kamera, dia menemukan sebuah post dari seseorang yang sangat menyebalkan dihidupnya.
Foto itu seolah menjelaskan kalau mereka tengah berada di lokasi yang sama. Sebuah foto yang menampilkan salah satu bagian ballroom hotel ini, tapi dengan filter monokrom. Foto itu diunggah beberapa saat yang lalu oleh Salman. Tapi segera Aretta tepis pemikiran itu.
"mami, Papa Zafran kesini juga ya mi?" tanya Aretta.
"iya, kenapa? Udah liat papa Zafran nya?" tanya sang mami kembali.
"belum sih mi, nanya doang" kata Aretta. Kemudian dia kembali membuka benda pipih itu untuk sekedar berkeliling di dunia maya.
Cek cek cek!
Itu suara seseorang yang mengecek fungsi dari mikrofon di atas panggung ballroom tersebut.
Aretta segera mengalihkan pandangannya ke arah panggung yang tak jauh dari tempat dimana dia dan maminya duduk.
"Selamat malam dan salam sejahtera kepada semuanya. Saya selaku pengundang disini sangat berterima kasih kepada seluruh kolega yang telah menyempatkan waktu untuk hadir pada acara ini...." ternyata itu adalah Utsman -- papi Aretta --.
"loh mi? Ini kita yang punya acara?" Aretta cukup terkejut akan hal itu. Sang mami hanya tersenyum dan mengangguk.
"langsung saja ke acara inti dari pertemuan pada hari ini, yaitu acara pertunangan dari penerus 2 perusahaan" ujar papinya. Hal itu membuat Aretta sangat sangat kaget bukan main.
"mi, papi punya anak tiri?" Aretta bertanya.
"ngga sayang, mana ada anak tiri papimu itu" ujar maminya.
"lah terus?...." Aretta menunjuk dirinya sendiri dan maminya mengangguk sambil melempar senyum.
"mami sama papi kok ngga ada konfirmasi dulu ke aku?" Aretta sedikit kesal, tapi dia tak mau malu pada akhirnya.
"nanti di rumah mami jelasin ya sayang, Eca tenang dulu, mami sama papi tahu yang terbaik buat Eca. Yakin ya sama mami dan papi" ujar maminya sambil tersenyum dan mengelus punggung tangan Aretta yang saling bertaut.
"iya mi, aku yakin kok" ujar Aretta lesu. Mau bagaimana lagi? Kalau dia menolak mentah - mentah pertunangannya di tempat ramai ini, pasti akan sangat malu sekali.
Dia belum tahu siapa yang akan bertunangan dengannya. Tidak mungkin seorang lelaki tua bukan? Orang tuanya tak sejahat itu.
-------
Suara riuh tepuk tangan memenuhi tersebut.
"kamu janji kan udah nerima ini semua" ujar seseorang.
"iya" ujarnya singkat.
-------
Rasa penasaran ga? Wkwk kayaknya ngga deh wkwk.
See you on the next chapter guys.
Kalo masih mau baca sih ya sok atuh gapapa.
Bye
Regard, author cantik
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Rules✔ [BELUM REVISI]
Novela JuvenilStart : 13 Februari 2019 Finish : 21 Juni 2020 Follow dulu sebelum bacaa hehe Cerita ini belum revisi, masih terdapat beberapa typo dan kekurangan penggunaan diksi. Bagaimana jika dua muda mudi yang sudah tidak akur sejak kecil dipersatukan dalam s...