Lihat mulmed dulu sebelum baca, itu mukanya Tetet minta disosor banget ya. Jennie mana Jennie!!! :)
Kapan lagi gue nulis sepanjang ini :)))
------------
Taehyung mendudukkan diri di sebuah bangku yang sudah disediakan untuk tiap pengunjung disana. Terlihat polisi yang tadi mengantarkannya ke ruang jenguk sudah menghilang dibalik pintu. Disusul suara pintu dari arah berlawanan yang terbuka.
Seseorang yang begitu familiar terlihat mendekat dengan pengawalan dua orang polisi wanita dari sisi kiri dan kanannya. Gadis yang lebih tua darinya itu memakai pakaian tahanan yang sering Taehyung lihat hanya dari televisi lewat drama-drama. Beberapa luka yang sudah mengering dapat Taehyung lihat di lengan kanan dan kirinya. Wajahnya hanya terdapat beberapa goresan tak berarti yang mungkin akan segera menghilang tak berbekas beberapa Minggu lagi.
Melihat hal itu membuat Taehyung merasa makin marah. Bahkan Jennie harus terbaring tak sadarkan diri saat ini. Bahkan Jennie belum bisa menatap matahari pagi. Bahkan Jennienya hanya bisa bertahan dengan alat-alat medis yang melekat pada tubuh. Benar-benar tak adil.
Saat sudah sampai di sebrang meja dari kursi yang Taehyung duduki, Gadis itu ikut duduk disana. Tepat didepan Taehyung. Saling berhadapan. Masih dengan wajah menunduk dan pandangan wajah kearah bawah. Terlihat menyedihkan dan memprihatinkan. Tapi tidak bagi Taehyung dalam situasi saat ini.
"Apa Noona senang sekarang?" Tanya Taehyung memulai, saat kedua orang berseragam disana sudah menghilang. Meninggalkan mereka berdua saja diruangan itu. Lama, gadis itu hanya terdiam sebelum sebuah ucapan lirih terlontar begitu pelan.
"Maaf" Gadis itu masih tak berani menunjukkan wajahnya pada Taehyung. Entah karena takut, malu, atau menyesal. Mungkin juga ketiganya.
"Aku bahkan sempat memakinya dan menyumpahi gadis yang begitu aku cintai. Tanpa tau bahwa dia mungkin bisa saja mati malam itu" Gadis itu terlihat menitikkan air mata mendengar betapa menyedihkannya nada bicara Taehyung barusan. Kentara sekali menunjukkan kehancurannya.
"Aku... Aku hanya tidak bisa membiarkan gadis sepertinya mencoba menghancurkan kalian... Tae... Kau tau, kalian adalah segalanya bagiku... Tapi gadis itu datang begitu saja merayumu dan Namjoon. Bahkan dia membuat nama Jimin ikut terseret....Aku..." Gadis itu menangis sekarang, tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Tangisan itu entah bagaimana membawa Taehyung pada ingatannya beberapa tahun silam. Saat gadis yang sama juga menangis saat itu, karena mereka-BTS- Berhasil memenangkan Tropi pertama untuk lagu mereka di acara musik. Tapi kali ini bukan tangis bahagia seperti saat itu. Entah yg terlihat sekarang adalah air mata penyesalan atau ketakutan.
"Aku mencintainya... Sangat... Gadis yang Noona begitu benci itu adalah segalanya bagiku. Aku ingin sekali membenci Noona karena membuatku hampir kehilangan bagian dari diriku. Tapi Noona pasti tau, aku tidak bisa melakukannya" Taehyung ikut menitikkan air matanya. Mengingat bagaimana gadis didepannya menjadi orang pertama yang tersenyum kearahnya saat dia merasa tak akan ada yang bisa menerima keberadaanya di BTS. Gadis didepannya adalah Fansite pertama miliknya. Orang pertama yang meneriaki nama Taehyung saat dia pikir, tidak ada yang mengenalnya karena dia yang menjadi hidden member waktu itu. Menjadi orang pertama yang mengarahkan kamera dan membuat Taehyung tersenyum untuk menghasilkan foto terbaik.
Seharusnya gadis itu sadar seberapa besar luka yang baru saja dia berikan untuk Taehyung. Membayangkan jika Noona yang begitu dia hormati menyebabkan Gadis yang sudah menjadi nafasnya terbaring tak berdaya. Taehyung kira, dia hanya akan menemukannya dalam drama. Tak pernah membayangkan akan ada rasa yang sebegini sakitnya.
"Noona... Tak bisakah kau mempercayaiku? Tak bisakah kalian-Army- mempercayai pilihanku?" Air mata Taehyung mulai mengalir deras. Diikuti beberapa kali helaan nafas berat. Taehyung akui, dia benar-benar cengeng dan lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Still Love You (It's Called Love Vol 2)
Short StoryHe's never changed --------- [Shisi, Maret 2018]