Recomended movie... Udah nonton dan baca bukunya berulang kali tapi ga pernah bosan. Padahal waktu baca bukunya, lebih suka Lara Jane sama John. Eh pas dibikin film malah baper sama peter :(((
Abaikan saja curhatan gue ini-----
Jennie berbaring terdiam diatas kasur dengan mata menerawang. Suara getar handphone miliknya sejak tadi tak kunjung berhenti, dengan nama yang terus berganti tertera di layar yang menyala. Semua orang jelas sedang mencemaskan Jennie saat ini.
Jika bicara tentang seberapa kacau pikiran gadis Kim satu itu. Maka jawabannya adalah amat teramat kacau. Dia bahkan ingin sekali memekik dan meraung saat ini.Segala hal yang memenuhi otaknya akhir-akhir ini dan ditambah dengan masalah hari ini yang ikut mendesak masuk, seolah ingin mengisi penuh otaknya tanpa meninggalkan ruang sedikitpun.
Dan seketika, lamunan Jennie buyar saat ketukan pada pintu kamarnya terdengan keras. Jennie tau jelas siapa itu. Adik kesayangannya yang sejak tadi mencoba membujuknya makan dan keluar. Tapi mendengar ketukan yang semakin keras, membuat Jennie berpikir jika sesuatu sedang terjadi.
Dengan enggan kedua kaki kecil Jennie turun dari ranjang. Gadis itu berjalan ke arah pintu untuk menghentikan Lisa yang mungkin saja tangannya sudah memerah karena memukuli pintu secara brutal. Dan saat pintu terbuka, dapat dia lihat ada orang lain disana, tepat dibelakang Lisa. Seseorang yang sangat ingin dia hindari, tapi juga ia butuhkan saat ini.
***
"Jadi, apa yang jimin katakan itu benar?" Tanya Taehyung memulai pembicaraan. Mereka sekarang sedang duduk di ruang tengah, berdua.
"Kau cukup gila untuk datang kesini pada saat aku sedang dirumorkan berpacaran dengan teman satu groupmu" Balas Jennie tanpa memperdulikan pertanyaan Taehyung barusan.
"Siapa yang peduli!. Aku sedang bertanya Jen. Jadi, jawab!" Suara Taehyung meninggi. Kedua matanya tengah menatap Jennie penuh intimidasi. Seolah mengurung gadis itu dan tak memperbolehkannya pergi sebelum ia dapat apa yang ia mau. Jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Apa yang jimin katakan?" tanya Jennie yang mulai melunak. Gadis itu tau betul pemuda didepannya sedang marah besar entah pada siapa. Terlihat jelas dari rahang Taehyung yang mengeras dan tatapan super tajamnya.
"Kau tau sedekat apa kami. Tentu saja dia tidak akan sanggup menyembunyikan sesuatu dariku. Jadi kau tinggal jawab saja. Apa yang dikatakan Jimin itu benar?"
"Ya" Jawab Jennie singkat. Dia tau kalau dia tak bisa lagi mengelak. "Aku hanya tak yakin tentang Dispact dan publikasi hubungan kita. Jika yang kau maksud tentang meminta Jimin meyakinkanmu agar membatalkan publikasi hari ini, maka jawabannya 'Iya'." Lanjutnya yang balik menatap Taehyung dengan yakin.
"Seharusnya kau bisa langsung katakan padaku Jen. Soal kau ragu atau takut. Bukannya meminta bantuan pria lain. Dan coba lihat apa yang terjadi. Selamat!!! Kau membuat semuanya semakin runyam!?!!" Sudut bibir Jennie agak bergetar, agak takut dengan suara Taehyung yang lagi-lagi makin meninggi. Pemuda itu jelas tak bisa lagi mengontrol emosinya dengan benar.
"Dan apa kau bilang tentang rencanamu dengan Dispact padaku?" Taehyung yang baru saja akan mulai kembali bicara mengurungkan niatnya. Kedua belah bibirnya terkatup rapat.
"Aku bahkan mendengarnya dari agensi karena Dispact ingin kami mempersiapkan diri saat berita kita keluar." Taehyung makin bungkam. Keduanya sekarang saling terdiam dengan suara gerimis yang mulai terdengar dari luar.
Mereka saling melirik sesekali, sebelum akhirnya kembali menunduk atau kembali menatap keluar jendela. Hujan makin deras dan ruangan itu makin sunyi. Sampai suara pintu dibanting keras disertai suara langkah kaki terdengar. Jisoo, dan Rose, keduanya baru saja pulang dari jadwal syuting salah satu variety show.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Still Love You (It's Called Love Vol 2)
Storie breviHe's never changed --------- [Shisi, Maret 2018]