Menegangkan #3

30 10 10
                                    

EMPAT HARI KEMUDIAN..

Suatu pagi yang tenang.

   Yola ingat kalo pagi ini ia akan pergi ke sekolah barunya. Bergegas ia mencari Ady abangnya. Dan ia mendapati Ady di bawah tengah menonton tv.

   "Bang, temenin ke sekolah baru gue yuk"

   "Mau ngapain?"

   "Gue mau mengambil seragam dan buku untuk nanti awal sekolah" balas Yola dengan santai.

   "Ooh..ok ok..kuy lah"

   Ady mengantar yola ke sekolah barunya...Pelita Nusantara...

   "Yuk turun" ucap Ady menandakan sudah sampai.

   "Bang, sekolah nya besar ya?"

   "Iya lah, namanya juga di ibukota! Hmm..biasa aja kali yol, mulutnya nggak usah sampe kebuka gitu" ucap Ady sambil cengengesan.

   " paan sih lo bang, gue udah pernah kesini tau" balas Yola malu malu.

   "Trus knpa gitu" sambil menyipitkan mata.

   "Gpp"

   Ini bukan  pertama kalinya Yola memasuki sekolah yang super tinggi dan luas di kawasan Jakarta itu. Pada saat menjalani tes penerimaan murid baru kemaren ia sudah kemari dan diliputi rasa takjub yang luar biasa. Bagaimana tidak? Gedung sekolah itu benar-benar  besar dan mewah, serta dilengkapi fasilitas terbaik!

   Yola senang sekali Papa ziko memilihkan sekolah terbaik untuknya. Dengan memiliki keluarga baru, sekolah baru yang keren banget dan tentunya calon teman-teman baru juga, Yola yakin masa SMA nya bakalan sangat menyenangkan.

   "Yol, lo bisa pergi sendiri kan?

   "Bisa dong!!, mang nya lo mau kemana bang?" Yola balik nanya.

   "Gue mau ke bengkel dulu bentar, deket deket sini kok"

   "Owh ok, lo jangan lama ya bang" Yola mengingatkan Ady.

   "Sip" Ady mengangkat jempolnya.

   Dengan wajah berseri seri penuh semangat, Yola keluar dari ruang administrasi sambil membawa tas plastik yang berisi serangam sekolah nya yang baru yang berada di tangan kiri.

   Di tangan kanannya Yola menenteng tas plastik superberat yang berisi buku-buku pelajarannya.

   "Hati hati ya bawa nya, pastik itu agak tipis dan bisa saja tiba-tiba jebol" ucap petugas administrasi.

   Sambil menuruni eskalator, Yola memeriksa tas plastiknya. Kayaknya sih... oke oke aja, Hmm..Emang agak tipis sih... tapi kayaknya enggak masalah deh. Pikirnya.

   "Duh, bang ady lama bener sih!!" Ucapnya sendirian di depan sekolah.

   Kata Ady, kalo ia bosan menunggu ia bisa ke BookField, Music & Me, atau The Big East Cafe. Ketiganya terletak di seberang gedung SMA Pelita Nusantara.

   Ketiganya menarik. Yola tersenyum sambil membandingkan dengan sekolahnya dulu di kampung. Di daerah sekitar sekolah nya hanya ada warung mi, bakso, dan gerobak es kacang hijau milik nya mas panji. Tidak ada toko buku yang nyaman, music store komplet, maupun cafe Kecil seperti sekarag ini.

   Jalan raya di depan sekolah cukup ramai. Mobil demi mobil lalu lalang begitu saja. Yola menguatkan genggamannya pada dua kantong palstik besar yang ada di tangannya dan bersiap menyebrangi jalan. Ia berjalan agak cepat melewati Zebra Cross.

   Ketika hampir sampai di seberang, mendadak ia merasakan tangan kanannya terasa enteng. Yola kaget! Ia menoleh ke belakang dan mendapati tas plastiknya yang robek dan membuat buku-bukunya berceceran di tengah jalan.

   "Ya tuhan! Gimana ambil nya" pekik Yola sambil melihat kearah datangnya mobil. Kosong, pikir Yola. Ia punya kesempatan untuk memunguti buku-bukunya. Ia berlari kecil dengan tergesa-gesa, lalu berjongkok untuk memunguti buku-bukunya.

   Tanpa ia sadari sebuah truk besar melaju kencang ke arahnya. Truk itu terus membunyikan klaksonnya. Yoal tidak sanggup bergerak. Matanya membelalak dan ia hanya berteriak.

   "Maamaaaaa.." teriak Yola kencang.

   Aku akan mati, aku akan mati!!! Serunya dalam hati.

   Yola memejamkan matanya, yakin bahwa sekalipun ia bergerak itu sudah terlambat. Ia hanya bisa gemetaran dan memeluk buku-bukunya, inilah detik detik terakhir hidupnya. Namun.....

Jangan tegang yak..ceritanya digantung dulu..wkwk..

Jangan lupa vote + komen nya..
Mksh...

YOLANDEGA [ Slow Up ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang