Kenapa gue kayak gini sih? I was so rude! Juno berbaring di tempat tidurnya. Termenung menatap kosong layar laptop yang menampilkan e-mail kakeknya tadi siang. Sudah nyaris sebulan kakek Dega menetap dirumahnya di singapura, karna sedang dirawat seorang dokter singapura yang juga sahabat Yoga Taradipa.
Baris demi baris e-mail itu dibaca Dega, semuanya menyiratkan kesehatan kakeknya telah membaik dan beliau sangat merindukan Dega.
Pikiran Dega melayang kemana-mana. Ia masih bertanya-tanya, mengapa ia begitu kasar. Begitu kasar pada cewek yang bernama Yola yang bakal jadi guru privat Yuliana mulai besok.
Jujur saja, ketika ibunya memperkenalkan mereka, Dega kaget bukan main. Dan kayaknya cewek itu jauh lebih kaget menemukan Dega kakak calon murid privatnya.
Dega sama sekali tidak tersenyum pada cewek itu, apalagi menyodorkan tangan sebagaimana mestinya orang berkenalan. Ia hanya mengucapkan "Hai" singkat dan mengangkat alisnya dengan santai, seolah-olah malas banget berkenalan.
Cewek itu jadi rikuh dan tersenyum gugup.
"Dega, kalau kamu tidak keberatan, bisakah mengantar Yola kerumahnya? Ini sudah cukup malam dan berbahaya untuk seorang perempuan naik taksi sendirian."
Dega melepas jas seragamnya. "Pak jamin lagi nganggur di pos satpam kok, ma," jawabnya cuek, menyebut salah satu nama sopir keluarganya. Dari matanya ia melihat Yola kelihatan serbasalah.
"Tidak usah, saya pulang sendiri saja, Tante," kata gadis itu lembut.
"Jangan. Begini saja, biar pak jamin yang antar, ya" Junisa Taradipa meyakinkan Yola. "Oh, no!" Saya terlupa sesuatu. Wait a minute.." katanya sebelum berjalan kedapur, meninggalkan Dega dan Yola di ruang tengah.
Dega melonggarkan dasinya yang sudah longgar.
Yola berdehem pelan. "Ehm.. waktu itu terima kasih udah menolong.," ucapnya.
Dega diam saja. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Buat apa sih dibesar-besarkan? Waktu itu gue cuma kebetulan lihat dia hampir terlintas mobil. Jadi reflek menyelamatkan.
"Tas sepatunya, besok gue kembaliin di sekolah," Yola menambahkan.
Sebelum Dega sempat bicara, ibunya keluar dari dapur membawa kotak makanan plastik yang agak besar. "Ini ada kimbap spesial dari marta untuk kamu dan keluarga."
"Terima kasih, Tante!" Yola menerima pemberian itu. "Saya pulang dulu Tante," pamit Yola.
"Iya, hati-hati ya" balas Junisa sambil tersenyum.
💣💣💣
"Kenapa kamu bersikap seperti itu padanya?" Junisa bertanya pada putranya setelah Yola pulang diantar pak jamin. "Dega, seharusnya kamu belajar bersikap baik kepada semua orang, bukan hanya kepada keluarga dan teman-teman dekatmu saja," wanita itu berkata dingin.
Kini Dega menarik napas panjang dan membuangnya dengan sekali embusan cepat. Dega tidak tau harus menjawab apa pada ibunya tadi, jadi ia hanya mengangguk cuek lalu ngeloyor ke kamar. Ia memang bukan tipe cowok yang banyak bicara dan mudah akrab.
Tadi berhadapan dengan Yola membuatnya tidak kepingin bicara banyak, apalagi tersenyum. Entahlah, sejak pertemuan pertama mereka seminggu yang lalu di depan Book Field, Dega merasa ada sesuatu pada cewek itu yang membuat emosinya nggak stabil. Membuatnya kepingin pergi jauh supaya nggak perlu berhadapan dengan sepasang mata coklat itu lagi, dan tidak melihat binar jernihnya.
What's wrong with me? Dia cuma cewe SMA yang lugu dan belum begitu mengenal dunia. Kenapa gue harus ribet begini menghadapinya? Kenapa perasaan gue enggak tenang dan emosi gue nggak stabil hanya karna dia? Jeleknya lagi, kenapa dia harus jadi guru privat Yuliana, yang artinya kami bakalan sering bertemu dirumah ini..
Dega sekali lagi menarik napas panjang dan menghembuskannya keras-keras. Sambil mencoba tidak memikirkan hal itu ia mengklik REPLY button dan membalas e-mail kakeknya.
💣💣💣
DI KAMAR YOLA, PADA WAKTU YANG SAMA..
Dasar cowok aneh! Snobbish!..
Kriiinng..kriiinng..
Yola mengambil hp nya dan melihat nama Junisa disana.
"Ya, hallo Tante"
"Hallo Yola, maaf tadi saya lupa beritau bahwa besok Yola sudah resmi menjadi guru privat nya Yuliana ya, besok udah bisa bekerja," jewab Junisa di seberang telpon menjelaskan.
"Oh iya Tante, terima kasih" ucap Yola.
Yola sangat senang mendengarnya, walaupun serbamewah dan membuat takjub. Tetapi..Dan saat itu juga Yola jadi teringat kepada Dega. Apakah gue akan betah kerja disana.. pikir yola..
Yola ingat dia ingin mengembalikan tas itu besok. Yola mengeluarkan tas sepatu itu dari lemarinya. Saat ia melempar tas itu ke keranjang cucian seminggu yang lalu, benda berbahan kain itu menimbulkan pertanyaan dari Mama.
"Yola, Mama tidak pernah ingat kamu punya tas itu?" Tanya Mama Yola tiba-tiba sambil menatap heran tas itu.
"Ehh Mama, ehmm itu.." Yola membasahi bibirnya, "kemaren tas plastik Yola jebol, dan seorang teman meminjamkan tas itu." Yola tidak mau menceritakan bagian di saat ia nyaris mati dilindas roda truk besar, karna hanya akan membuat Mama khawatir. Dalah hati yola berjanji akan lebih dan selalu hati-hati dijalan raya sehingga hal berbahaya semacam itu nggak bakal terjadi lagi!
"Teman?"
"Kenalan, maksud Yola," ralatnya sambil meneguk segelas air putih.
Kini Yola terduduk lunglai dikarpet tipis berbentuk beruang putih yang sedang telungkup. Cewek uty memegangi tas sepatu Dega. Besok ia akan menemui Dega di sekolah dan mengembalukan tas itu.
Orang macam apa yang nggak menyahut ketika ada yang bilang terima kasih? Bahkan disaat ketiga kalinya ia berterima kasih, Dega tetap diam dengan gaya angkuhnya.
Sosok Dega terus terbayang di benak Yola. Rahangnya yang bagus tirus, halus, sekaligus tegas. Sepasang mata sipit yang menusuk, dilengkapi alis tebal membuat sorot matanya makin tajam. Hidung mancubg dengan garis yang ramping. Tangan yang besar dan kuat, menggenggam tangannya saat itu, menariknya, menyelamatkan nya saat itu. Serta perasaan nyaman dan terlindungi yang di dapati Yola ketika berada di dalam pelukannya. Aroma itu..
Sesuatu berdesir dalam hati Yola. Ia mendapati dirinya seperti orang tolol. Memikirkan cowok itu. Cowok yang sejak pertemuan pertama mereka sudah membuatnya tidak mampu berkata-kata. Membuatnya terpukau, seolah ada mantra khusus dalan darah Dega yang bikin Yola merasakan sesuatu yang berbeda terhadap cowok itu. Perasaan yang belum diketahui Yola. Perasaan apakah ini?
Dengan pelan Yola melipat rapi tas itu, kemudian memasukkan ke tas sekolahnya. Tas itu siap di kembalikan pada pemiliknya besok.
...JANGAN LUPA VOTE + COMENT
MAKLUMIN YA KLO ADA YANG SALAH..
TERIMA KASIH..
KAMU SEDANG MEMBACA
YOLANDEGA [ Slow Up ]
عشوائيCover by @Trahexavemb Sembilan tahun lalu,Gilang memberikan sebuah buku harian yg terkunci kepada Yola,berjanji akan memberikan kunci nya pada hari ulang tahun gadis itu. Namun Gilang tak pernah muncul,hanya meninggalkan buku harian dan kenangan yg...