#9

23 7 10
                                    

   "Silahkan duduk, mau minum teh atau jeruk?"

   Yola menatap pelayan berusia lima puluhan itu sambil tersenyum. "Jeruk saja, terima kasih."

   "Baik, tunggu sebentar ya" pelayan berqajah ramah itu menjawab sopan, lalu sekali lagi mempersilahkan Yola duduk di sofa Putih besar di ruang tamu kediaman keluarga Taradipa. Pelayan yang memperkenalkan diri sebagai Martha itu mengatakan Nyonya Taradipa alias ibu Yuliana, akan segera menemuinya.

   Jantung Yola berdegup agak kencang, mata coklatnya menjelajahi ruang di sekitarnya. Rumah di bilangan Pondok Indah itu luar biasa besar, dengan taman yang luas dan terawat, dan air mancur dengan patubg cantik salah satu dewi dalam sejarah. Mungkin Dewi Venus?

   Dari luar, rumah berpagar hitam tinggi ini terkesan sangan melindungi. Ketika memasuki gerbangnya, Yola benar-benar kagum dan tidak menyangka akan mengajar di istana semegah ini.

   Dominasi sejuk dipandang mata dan menghadirkan kesan nyaman banget. Banyak lukisan digantung menghiasi dinding, sedangkan di sudut-sudut ruangan beberapa guci mahal berdiri dengan indahnya. Sempurna, Yola yang tidak tau apa-apa tentang arsitektur menduga bangunan ini bergaya mediterania.

   "Silahkan diminum, Nyonya akan turun sebentar lagi." Martha menyuguhkan segelas jeruk segar pada Yola.

   Yola mengangguk sopan. "Terima kasih," katanya pada wanita berkulit putih susu agak keriput dan bermata sipit itu. Tak lama setelah Martha lenyap  dari pandangan, Yola meraih gelasnya dan menyeruput air jeruk nya sedikit. Hmm, segar!

   "Yola?" Sebuah suara membuat Yola terlonjak kecil dan kontam menoleh.

   Seorang wanita berkebangsaan Korea berusia awal empat puluhan dengan perawakan ramping dan tinggi memasuki ruang tamu, mendatanginya. Wajahnya halus dan putih, bagai porselen. Kedua matanya hitam, rambutnya hitam panjang membentuk sanggul yang sederhana namun anggun.

   Yola segera berdiri setelah sejenak mengira durinya bertemu budadari. Ia menunduk, memberi salam.

   "Junisa," wanita itu menjabat mantap tangan Yola, memperkenalkan diri.

   Yola mengangguk pelan. Ia merasa canggung berhadapan dengan wanita ini.

   Junisa Taradipa, seperti tidak asing, Yola berbisik dalam hati. Tentu saja beliau cukup terkenal mengingat posisinya sebagai menantu salah satu konglomerat indonesia. Yola jadi teringat ia pernah membaca profil Junisa Taradipa di sebuah majalah bisnis milik Papa Ziko, yang membahas wanita ini dengan sempurna mambagi waktu untuk anak-anaknya dan untuk bisnis berlian miliknya.

   "Yola kesini sendirian?" Tanya Junisa

   Yola mengangguk, "Ya, Tante.."

   "Sebenarnya, saya memanggil Yola kemari sore ini untuk berkenalan. Saya ingin berkenalan dengan Yola, begitu juga Yuliana. Kalau semuanya cocok, Yola bisa mulai bekerja besok, membantu Yuliana belajar dirumah.

   "Bukannya apa, tetapi kami tidak ingin mempekerjakan orang yang salah." Wanita itu melanjutkan sambil tersenyum. "Jadi di perlukan perkenalan sebelum memutuskan apakah orang tersebut bisa bekerja di rumah ini. Sebaliknya juga, kami tidak ingin memaksa orang yang kurang sreg dengan kami untuk bekerja disini."

   Yola mengangguk. "Ya, tentu saja" jawabnya pelan.

   "Yola, apa kamu udah sering mengajar" tanya Junisa

   "Sering Tante, waktu dulu saya sering membantu kakak kelas mengajar les ketika di kampung. Dan tentunya prestasi anak-anak SD itu cukup gemilang." Jawab Yola.

   Setelah itu mereka berbincang-bincang  sejenak mengenai keluarga Yola. Cewek itu bercerita tentang Papa Ziko dan Kakak nya yang sedang kuliah arsitektur. Namun saat ini sedang menikmati liburan di tanah air. Juga tentang Mama, ibu rumah tangga yang sangat perhatian pada anaknya. Yola menyinggung sedikit mengenai bisnis yang digeluti ayahnya.

   Junisa Taradipa ternyata ramah dan tidak angkuh, batin Yola. Lambat laun ia merasa nyaman dan tidak lagi canggung duduk berdampingan dengan wanita itu.

   "Yola, ayo keruang belajar Yuliana. Di sanalah kamu akan mengajar putri saya bila jadi bekerja disini, dan itu berarti kamu perlu melihat kondisinya, bukan?"

   "Iya Tante.."

💣💣💣

DINING ROOM..

   Ketika selesai melihat-lihat suasana di ruang belajar Yuliana.. yang sangat besar serta lebih dari sekadar nyaman untuk mendukung pembelajaran.

   Sesi perkenalan yang menyenangkan antara Yola dan Yuliana Taradipa.
   "Yola, kamu makan malam  disini saja ya," Junisa menawarkan makan malam bersama keluarga mereka karena jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

   Terhitung sudah dua jam dilewati Yola diistana ini,

   "Terima kasih banyak, Tante Junisa. Tapi lebih baik saya pulang saja dan makan malam di rumah." Yola menolak sopan tawaran Junisa.

   "Tante telepon Mama kamu, ya. Supaya beliau tidak khawatir, sekaligus mengajak kamu dinner disini.."

   Yola tidak sanggup berkata apa-apa. Wanita ini benar-benar luar biasa. Selain segala kesempurnaan nya sebagao sosok yang anggun dan cantik tanpa cela, beliau juga ramah, dan bisa membuat orang semakin nyaman berada di dekatnya.

   Selesai makan malam, Yola berpamitan pulang. Sudah jam delapan lewat.

   "Oppa!" Yuliana tiba-tiba berteriak kesenangan, lalu berlari menghambur, membuat Junisa dan yola terkejut dan menoleh.

   Yuliana memeluk seorang cowok berseragam sekolah, seragam Pelita Nusantara, dengan jas biru muda keabu-abuan yang tidak di kancingkan dan dasi yang nyaris tidak di simpul.

   "How's your day, my little princess?" Tanya cowok itu lembut ketika ia jongkok dan membalas pelukan adiknya. Dan menyapa ibunya.

   "Dega, kenalkan ini Yola. Calon guru privat Yuliana yang baru," Junisa berkata pada putranya setelah menyahuti sapaan cowok itu.

   Saat itulah cowok itu mendekat dan Yola dapat melihat jelas. Wajah itu, ia bener-bener masih ingat wajah itu.

   Yola membuka mulut, hendak menyapa. Namun tak satu katapun yang meluncur dari mulutnya, begitu juga dengan cowok dihadapannya..yang kelihatannya juga masih ingat siapa Yola dan bagaimana pertemuan mereka tentang kejadian yang terjadi sebelumnya.

...

JANGAN LUPA VOTE + COMEN NYA GUYS..
TERIMA KASIH BANYAK..

YOLANDEGA [ Slow Up ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang