Ruang ganti di backstage itu begitu sibuk dan bising. Puluhan gadis cantik tinggi semampai berebut menggunakan kaca untuk merapikan riasan yang luntur dibawa peluh.
Aku dan satu peserta lain kebetulan mendapat kursi khusus karena berhasil lolos ke babak final. Riasan kami ditanggung oleh make-up artist profesional sehingga tidak perlu repot berebut seperti yang lain.
Sebentar lagi pengumuman pemenang. Gaun indah harus kami kenakan untuk menyambut pindahnya mahkota kecantikan tingkat dunia.
"Lena, Maria, are you guys ready?" panggil seorang panitia, "one minute left to go," ucapnya yang kemudian berteriak kasar pada peserta lain untuk bersiap-siap.
Astaga! Aku takjub.
Di atas panggung, gemuruh suara pononton bergaung memekakkan telinga. Samar-sama kudengar namaku terlantun dalam sebuah yel-yel. Indah sekali.
Limabelas juri duduk bersidekap menatap kami intimidatif. Aku dan rivalku saling berpegangan. Kurasakan gemetar dari jemari gadis berwajah Amerika Latin itu. Aku mengeratkan genggaman. Kami saling lirik. Senyum.
"And the winner is ..." suara pemandu acara menggema memenuhi seluruh gedung diiringi genderang dram dan lampu gemerlap. "Lena from Indonesia!"
DEG! Namaku!!! Tak dinyana, air mata bahagia seketika terburai.
"Akhirnya, seseorang sepertiku bisa menjadi ratu kecantikan dunia!" syukurku dalam hati. Dan ... seketika aku mengingat betapa sulitnya perjuanganku memalsukan identitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara Tunggu (COMPLETED)
Short StoryKumpulan CerPen yang kami buat secara amatir. (Update tiap Hari Minggu, Selasa dan Rabu)