Hari itu di pinggiran kota baru saja diadakan diskusi besar-besaran yang selalu diadakan tiap tahun. Kelompok-kelompok dari segala penjuru kota berkumpul. Bahasan yang diangkat adalah terbuangnya kami tanpa ada pertanggujawaban sama sekali. Sebagian besar dari kami merasa tersinggung dan sangat keberatan atas perlakuan mereka.
"Kita harus melakukannya lagi!" ucapnya berapi-api dalam diskusi itu. Disambut riuh persetujuan.
"Kali ini harus berhasil! Biar mereka sadar!" jerit yang lain, juga membakar semangat kami untuk balas dendam.
Kami yang terbakar api semangat, bersorak-sorai memekikkan kekesalan yang telah lama kami bendung.
***
Malam itu langit kelam. Awan-awan hitam membumbung.
Yes! Rencana kami akan berhasil! Kami berbondong-bondong bergerilya melewati gorong-gorong.
"Itu dia saluran airnya!"
"Ayo kita bentuk formasi!" sahut yang lain memerintah.
Udara di sekeliling kami memanas. Di atas, kami dengar rintik hujan mulai berdenting. Kami bersiap dengan formasi yang telah direncanakan.
"Kita sumbat tempat ini biar mereka tau rasa!"
"Iya, biar mampus sekalian!"
Semuanya bersemangat. Membara! Kami telah membentuk aliansi dengan semua cabang di seluruh penjuru kota. Kekecawaan kami pada mereka telah kelewat batas. Tidak ada lagi toleransi. Bertahun-tahun berulang, tidak ada perubahan.
"BERSIAP!!!" Aba-aba diteriakkan, kami bersatu.
"Kita sumbat saluran air ini!"
Kami menguatkan kuda-kuda. Gemuruh air bah dari hujan di gorong-gorong mulai bergaung. Kami saling merapatkan diri. Kami tidak takut! Mereka harus merasakan akibatnya.
Kemudian ... Dua jam berlalu. Hujan deras tidak berhenti. Satu kota manusia tergenang. Tahun ini, kita berhasil lagi. Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara Tunggu (COMPLETED)
Short StoryKumpulan CerPen yang kami buat secara amatir. (Update tiap Hari Minggu, Selasa dan Rabu)