"Mak, Miko berangkat ngaji dulu, ya!" seru Miko yang telah berpakaian lengkap dengan peci dan sarung.
"Iya, Ko! Hati-hati di jalan!" jawab Emak yang sudah bersimpuh berdzikir di atas sajadahnya sembari menunggu Magrib di kamar.
Miko pun pergi. Miko anak Emak satu-satunya. Setelah Abah meninggal, mereka hidup berdua dalam rumah sederhana di sebuah pedesaan. Bagi Emak, Miko adalah segalanya, Miko yang selalu juara kelas dan rajin mengaji setiap malam adalah kebanggaan yang tak ternilai. Dalam doa Emak yang tidak pernah kenal putus, nama Miko selalu menjadi urutan pertama bahkan sebelum doa selamat bagi dirinya sendiri.
"Ko, besok-besok coba merk lain dong!" ucap Nadi datar.
"Iya. Santai! Gampang." jawab Miko tanpa beban.
"Udah Isya, Ko, balik, yuk!" ajak Nadi setelah mendengar kumandang adzan. Nadi dan Miko merapikan sarung dan pecinya, kemudian mereka pun berpisah setelah menghabiskan rokoknya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara Tunggu (COMPLETED)
NouvellesKumpulan CerPen yang kami buat secara amatir. (Update tiap Hari Minggu, Selasa dan Rabu)