"Pa, uang tunjangan bulan ini sudah masuk rekening belum?" ucap Mama manis ketika Papa menghampirinya yang sedang memasak.
"Belum, Ma. Besok, ya. Papa mampir ke kantornya sambil lewat." Papa memeluk Mama dari belakang.
"Iya, Pa. Kebutuhan kita semakin banyak soalnya," lanjut Mama menatap Papa penuh harap.
***
"Pa, jangan lupa, ya! Mampir dulu ke kantornya. Tanyain!" ucap Mama lembut seraya mengambilkan nasi untuk Papa.
"Iya, Ma." Papa menerima nasinya. Kemudian mengambil lauk sendiri.
"Nunu, lauknya mau apa, Nak?" tawar Mama padaku dengan lembut.
"Aku ambil sendiri saja, Ma."
"Oh, ok. Makan yang banyak! Mama lihat kamu kurang nafsu makan akhir-akhir ini."
"Tuh, dengerin, Mama! Anak Papa nggak boleh kurus!" Papa mengelus kepalaku lembut. Pria yang pulang hampir sebulan sekali ini selalu membuatku merindukannya. Ketulusan kasihnya pada keluarga membuatku selalu merasa aman. Aku sayang Papa.
"Papa hari ini keluar kota lagi. Bulan depan mungkin baru bisa pulang. Kamu harus jaga Mama dan adik, ya!" Aku mengeluh dalam hati, tapi senyum Papa menentramkanku.
"Nah, iya! Makannya harus pintar jaga kesehatan. Makan yang banyak dan habiskan susu! Biar makin disayang Papa," lanjut Mama sambil tersenyum. Papa mengenggam tangan Mama.
Sejurus kemudian ... Papa akhirnya pergi. Mama menggenggam tanganku. Tangannya yang lain melambai ke arah Papa. Mobil Papa pun berlalu.
Tiba-tiba ... genggaman Mama mengendur.
"Cepat bereskan meja makan!" ucap Mama ketus seraya menuju adik bayiku yang terlelap di keranjangnya.
Ya, sudah biasa! Apalagi setelah akhirnyaMama melahirkan anak kandungnya setahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara Tunggu (COMPLETED)
Short StoryKumpulan CerPen yang kami buat secara amatir. (Update tiap Hari Minggu, Selasa dan Rabu)