Chapter 14 : Pemaksaan

37 15 2
                                    

"Sikapmu seakan-akan membuatku ragu akan apa yang aku pikirkan selama ini."

***

Saat jam pelajaran telah usai, semua siswa-siswi telah berhamburan keluar dari kelas masing-masing, tapi tidak dengan Nada dan ketiga sahabatnya. Mereka menunggu hingga keadaan mulai sepi, tidak ingin berdesak-desakan hanya untuk pulang.

Setelah di rasa sekolah telah sepi, mereka keluar dan berjalan beriringan.

Dengan jarak yang kurang dari 50 meter, Nada melihat cowok yang beberapa hari ini terus menghantuinya, siapa lagi jika bukan, Mika.

Nada mempercepat langkahnya. Ketiga sahabatnya mengerti akan situasi yang Nada hindari, mereka pun mengikuti langkah Nada dengan melangkah lebih cepat.

Nada terus berdo'a dalam hati agar tidak diganggu oleh cowok itu.

Langkahnya semakin dekat dengan Mika, Nada mencoba untuk tidak memandang ke cowok itu.

Tiba-tiba...

Hap..

Langkah Nada terhenti, lengannya ditarik saat akan melewati Mika.

Ketiga sahabatnya juga berhenti, cukup terkejut dengan apa yang dilakukan cowok itu.

“Pergi kalian,“ ucap Mika datar pada ketiga cewek yang berada beberapa langkah darinya.
Nada menggeleng, ia tidak ingin berdua saja dengan cowok itu.

“Nggak!“ ucap Anggi mendekat dan menarik sebelah tangan Nada.

“Gue lagi gak pengen adu mulut sama cewek, cepat pergi!“ usir Mika.

Tangan Nada ditarik oleh dua orang dengan kasar, membuatnya merintih kesakitan.

“Kak lepasin, sakit,“ mohon Nada.

“Gak, suruh temen lo pulang!“

“Aku mau pulang sama mereka,” tolak Nada.

“Cepat suruh mereka pergi!“ ucap Mika dengan terus mencengkeram lengan Nada.

Nada semakin merintih kesakitan, tidak ada pilihan lain.

“Kalian pulang aja, aku gak apa-apa,“
Ketiganya menggeleng, aura di sekitar Nada terasa semakin panas.

Melihat ucapannya dihiraukan.

Sekali sentakan, lengan Nada lepas dari Anggi. Tangannya ditarik paksa oleh Mika.

“Aaww.. “ rintihnya.

Mika menariknya dengan paksa menuju parkiran sekolah.

Saat tiba di depan motornya, Mika melepaskan cengkeramannya.

Nada mengelus pergelangan tangannya yang sangat sakit.

“Aku gak mau pulang sama Kak Mika!“

Mika mengangkat sebelah alisnya. “Siapa juga yang mau pulang sama lo, jangan kepedean jadi orang!“

Nada melongo mendengar pernyataan dari cowok di hadapannya. Jika tidak ingin pulang, kenapa ia di tarik ke parkiran?

“Terus?”

“Jaket, gue mau minta jaket gue,“

Nada menggeleng tidak percaya, hanya gara-gara jaket tangannya di tarik paksa.

Dasar cowok gila, maki Nada dalam hati.

Nada segera mengambil jaket itu dari dalam tasnya. “Nih!”

Nada memberikan jaket dengan cepat dan berlalu pergi dengan menendang semua yang bisa dijangkau kakinya

Mika yang melihat tingkah cewek itu hanya tersenyum puas, ia juga tidak tahu mengapa dirinya seperti itu jika bersama dengan dia.

Tiba di depan gerbang, mulut Nada masih komat-kamit melontarkan segala sumpah serapahnya pada Mika. Hanya karena jaket saja ia harus menunggu angkutan umun yang tak kunjung datang. Kakaknya tidak bisa menjemputnya, tadi ia ingin pulang dengan sahabatnya, tetapi gara-gara cowok gila itu, ia harus menunggu angkutan umum. Jangan tanya kenapa tidak memesan ojek online? Ponselnya mati saat menerima pesan dari Kakaknya.

Oh Tuhan , sempurna penderitaannya.

Saat menunggu, tiba-tiba sebuah motor berhenti di hadapannya.

“Naik,”

Nada hanya diam, bukannya tadi dia bilang tidak ingin pulang bersama.

“Kakak lo nyuruh gue anterin lo pulang,“

“Gak, aku pulang naik angkot,“

“Perlu gue tarik lo naik?“ tanyanya yang membuat mata Nada melotot.

“Gak mau! Pulang aja sana,“ ucap Nada bersikeras.

“Gue hitung sampe tiga lo gak naik, gue telepon kakak lo dan bilang kalo lo jalan sama cowok,“ ancam Mika.

Mata Nada melotot sempurna, bisa mati dia jika kakaknya mendengar perkataan Mika barusan.

“Satu,”  Mika mulai menghitung.

Nada tetap diam.

“Dua, “

Tangan Nada bertautan tanda ia sedang ragu.

“Ti— “ hitungan Mika berhenti saat Nada telah berada di samping jok motornya.

“Nyebelin banget sih jadi orang!“

“Biarin,”

Nada kesal setengah mati melihat cowok di hadapannya.

Ia pikir cowok itu baik dan, Ah entahlah!

Ada naik dengan cepat dan hampir saja mereka terjatuh jika Mika tidak menahan motornya dengan kuat.

“Nih, paha lo gak menarik buat dipandang,“ ucap Mika memberikan jaketnya kembali.

“Biarin, gak usah dilihat,“ ucap Nada cuek, “Cepetan jalan.”

“Gak akan gue jalan kalo lo gak pake jaket ini,“

Nada ingin sekali memukul kepala orang di depannya ini.

Nada menggeram menahan emosinya yang telah sampai di ubun-ubun.

Dengan emosi tertahan, ia mengambil jaket itu dan menutupi pahanya.

“Udah,”

Setelah mendengar ucapan Nada, Mika melajukan motornya dengan sedang.

Ia melirik pada spion motornya, melihat gadis di belakangnya terus memasang wajah kesalnya, sudut bibirnya terangkat melihat itu.

Setelah beberapa menit, akhirnya Nada sampai dan tak lupa memberikan jaket Mika.

“Makasih,” ucapnya dan berjalan masuk.

“Besok gue jemput lo,“ teriak Mika.

“Gak mau!“ balas Nada tanpa membalik badannya dan segera masuk ke rumahnya.

Mika hanya mengedikkan bahunya acuh, ia tidak menerima penolakan. Ia pun melajukan motornya dengan cepat.

***

Ohiya, mau jelasin dikit aja.
Mungkin ada yang bingung, kok Nada pake 'Aku', tapi yang lainnya 'Lo-Gue'?
Itu karena disini, aku buat Nada jadi cewek yang sopan saat berbicara.

Jangan lupa vomentnya guys❤️❤️



Starting From The Song [Mika&Nada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang