Chapter 15 : Perasaan Mika

65 17 4
                                    

"Terkadang seseorang bersifat berbeda hanya untuk memberikan sesuatu yang terbaik."

***

Sesampainya di rumah, Mika melihat kakak perempuannya sedang duduk menonton di ruang keluarga.

“Darimana?“ tanya Salsa-Kakak Mika dengan tetap melihat ke depan.

“Menurut lo, gue dari nguras jamban jam segini?“ tanya Mika cuek.

“Siapa tau lo dari ngecengin cewek,“

“Kalo iya kenapa? Masalah buat lo!”

Salsa membulatkan matanya dan refleks menghadap ke adik es-nya itu.

“Lo udah move on?”

“Apaan sih lo,“

“Terus maksud lo apaan ngomong kayak tadi?“

“Gak kenapa-kenapa, lo kepo banget sih jadi kakak,“

Mika berlalu ke kamarnya tanpa menghiraukan gerutu Kakaknya yang sangat cerewet itu.

***

Tiba di kamarnya, Mika segera membersihkan tubuhnya yang terasa telah sangat lengket karena kegiatan di sekolahnya.

Setelah selesai, ia segera berbaring di kasur empuknya, memandangi langit kamarnya yang berwarna abu-abu tua itu.

Semoga dengan kehadirannya bisa membantu gue melupakan dia yang telah lama pergi, batin Mika.

Mika terus membayangkan wajah Nada, ia sendiri tidak tahu dengan dirinya sendiri. Rasa ingin memiliki seorang Nada mulai muncul saat melihatnya di Upacara bendera waktu itu. Ya, siswa yang mengamati Nada waktu itu adalah Mika. Dari sana perasaan Mika bermula dan ditambah dengan kepolosan yang dimiliki cewek itu saat bertemu dengannya di kantin.

“Gue harap lo bisa ngerti dengan semua perhatian yang sudah gue berikan. Suatu saat nanti, gue akan buat lo mengerti akan perasaan memaksa gue selama ini.“ Mika bermonolog pada dirinya sendiri.

Mika mengambil ponsel yang berada di dekatnya, mengirimkan pesan untuk Nada.

***

Sementara Nada baru saja selesai dengan ritual membersihkan tubuhnya. Setelah berpakaian, ia segera membaringkan tubuhnya dan baru saja saat ingin memejamkan mata, ponselnya berbunyi yang menandakan seseorang telah mengirim pesan. Benar saja ada satu pesan WhatsApp dari Mika.

Mika :
Besok gue jemput lo.

Ya, pesan itu dari Mika. Cowok yang menurutnya sangat aneh dengan sikapnya yang akhir-akhir ini terus memaksa.

Nada membalas pesan.

Nada:
Gak perlu, ada Kak Ical

Tak berselang lama, pesannya di balas kembali.

Mika :
Bodo amat, gue gak peduli. Gue udah bilang sama nyokap lo kalo setiap pagi gue akan jemput.

Nada melotot melihat balasan itu.

Bisa-bisanya sang Mama membiarkan anak gadisnya dengan orang lain.

Nada:
Kak Mika kenapa sih? Gak usah repot-repot begitu.

Mika:
Gue gak ngerasa di repotin, jadi lo gak usah ngebantah.

Nada:
Tau deh, serah Kak Mika aja.

Mika:
Bagus.

Nada tidak membalas kembali pesan dari Mika. Percuma saja berdebat dengannya, tidak akan bisa terbantahkan.

Nada memejamkan matanya, ingin mengistirahatkan tubuhnya dari segala kegiatan yang di lakukannya di sekolah tadi, walaupun hanya duduk dan mendengarkan, tapi itu sangat melelahkan.

***

Nada yang sedang tidur tiba-tiba terbangun mendengar ketukan pintu di kamarnya.

Ternyata sangat Mama yang mengetuk pintu.

“Sayang, ayo makan malam,“ ucap Luna—Mama Nada lembut.

“Tunggu di bawah aja, Ma. Nada cuci muka dulu,“

“Cepat ya,” ucap Luna dan berlalu pergi ke meja makan.

Nada segera mencuci muka dan turun ke bawah untuk makan malam bersama.

Saat menuruni tangga, Nada terkejut melihat sang Papa telah duduk membelakanginya. Ia pun segera berlari dan memeluk laki-laki yang terhebat untuknya.

“Papa,“ ucapnya dengan berlari ke arah Papanya, Husein.

Husein yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik dan mendapati sang anak perempuan satu-satunya telah berlari ingin memeluknya.

Nada berhambur ke dalam pelukan Papanya.

Sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan laki-laki yang telah membesarkannya itu.

“Papa, Nada kangen,“ ucapnya manja.

“Iya, Papa juga kangen sama anak perempuan yang manja ini,“ ucap Papa Nada dengan mengacak rambut sang putri.

“Papa bawa oleh-oleh buat Nada, kan?“ tanyanya antusias.

“Pastilah, kalau tidak nanti kamu terus cemberut sampai dua hari,“

Nada hanya tersenyum mendengar ucapan Papanya.

Husein melepas pelukannya dari sang putri dan menyuruhnya untuk duduk. Nada pun duduk di samping Mamanya.

Tak lama, Musical datang dengan keterkejutan yang sama seperti adiknya.

“Papa,”

“Iya, ini papa. Kamu cepat duduk sana,“

Musical hanya mengangguk dan mengambil tempat duduk di depan adiknya.

Mereka pun makan seperti biasa, hanya dentingan sendok dan garpu tanpa ada yang bersuara.

***

Maaf baru bisa post, soalnya lagi gak ada ide kemarin.

Buat para readers, terima kasih banyak yang udah baca cerita yang masih amatiran ini.

Dengan vote dan krisan kalian sangat membantu banget.

Ada yang penasaran gak nih kelanjutannya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Starting From The Song [Mika&Nada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang