Chapter 7 : Kenalan

65 25 6
                                    

Biasakan vote sebelum membaca yah! Buat nambah semangat lanjutin cerita.

***

"Mengapa harus ada syarat untuk memulai? Bukankah cinta itu menerima apa adanya dan tidak merubah karakter seseorang yang ia cintai."

***


“Lo ngapain di kafe tadi?“ tanya orang itu memecahkan keheningan.

Nada yang mendengar suara segera melirik sekilas orang yang bertanya padanya.

“Emmm.. tadi aku janjian sama temen, tapi mereka pulang duluan,“

Orang itu hanya mengangguk mendengar jawaban Nada.

“Terus, kenapa lo ngga pulang? Malah nunggu di depan?“

“Tadi mau naik taksi,“

“Lo bilang tadi lagi nungguin kakak lo?“

“Mmmm.. itu, tadi aku ngga mau ngerepotin orang lain," jawab Nada gugup.

Orang itu menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban Nada.

“Tapi, lo naik juga?“

“Kan tadi kakak yang maksa, jadi aku naik,”

“Oh, jadi lo terpaksa nih? Ya udah, lo gue turunin aja di halte depan,"

Nada yang mendengar akan diturunkan segera menggeleng.

“Jangan kak, aku takut sendirian, udah gelap juga,“ ucap Nada yang terdengar seperti permohonan.

“Ya udah, gue ngga turunin lo, asalkan ada syaratnya!“

Nada yang mendengar pernyataan orang itu terus memikirkan apa yang harus dia jawab, jika dia terima mungkin hanya syarat kecil saja dan jika dia tolak bisa saja dirinya akan diturunkan di halte yang sudah terlihat semakin dekat.

“Gimana? Lo mau ngga nerima syaratnya?“

Mau tak mau, Nada harus menerimanya.

“Iya, aku terima,“

“Pilihan yang tepat,“ ucap orang itu dan sebuah senyum kecil tercetak di bibirnya, tapi Nada tidak melihat itu.

Hening kembali menyelimuti mobil itu.

Hingga...

“Kak,“ Nada memanggil orang itu, tapi tetap tidak melihat ke arah orang yang sedang berada di sampingnya.

“Apa?”

“Kalo boleh tau, nama kakak siapa?“ tanya Nada memberanikan diri.

“Perlu gue jawab?“ Orang itu berbalik memberi pertanyaan.

“Perlu, kan kakak mau kasih aku syarat,“ ucap Nada polos.

“Cuma itu alasannya?“ Orang itu bertanya dan melirik ke arah Nada.

Nada melihat ke arah orang itu, hingga mata mereka bertemu beberapa detik.

Nada segera mengalihkan pandangannya.

“Aku juga mau terima kasih,“

“Untuk?“

“Kakak jawab dulu siapa nama kakak, baru aku kasih tau!“

Orang itu mengernyit mendengar pernyataan Nada.

“Nama gue Dinamika Putra Narendra panggil aja Mika,“ jawab Mika, “terus, nama lo siapa?“

Ya, orang itu Mika.

Nada yang telah mendapat jawaban atas jawabannya mengangguk mengerti.

“Nama aku Senada Putri Husein biasa dipanggil—“ ucapan Nada dipotong oleh lawan bicaranya.

“Nada,“

“Kok kakak tau?” tanya Nada penasaran.

“Ya kali nama lo Husein? ngga mungkin kan!"

“Iya, juga sih,” ucap Nada dengan suara pelan tapi masih terdengar oleh Mika.

“Lo tadi mau terima kasih buat apa?“

“Ohiya, aku mau terima kasih buat waktu itu kak Mika udah kasih aku meja,“

“Oh, soal itu, sama-sama,“

“Rumah lo jalan mana? tanya Mika.

"Nanti aku tunjukin arahnya," jawab Nada dengan melihat ke arah jalanan yang tampaknya hujan telah reda.

Mika hanya mengangguk dan terus melajukan mobil ke arah jalan yang di tunjuk Nada.

10 menit berlalu, Mobil Mika sudah berada tepat di depan gerbang rumah Nada.

Nada yang menyadari telah berada di depan rumah akan segera turun, tapi hampir saja dia lupa mengucapkan terima kasih.

“Kak Mika, makasih udah anter aku pulang sampe rumah,“ ucap Nada dengan memberi seulas senyum.

“Oke, inget! lo punya syarat yang harus lo tepati.“ Mika mengingatkannya agar tak lupa dengan persyaratan yang belum dia berikan.

“Iya, aku ingat, memang syaratnya apa, kak?“ tanya Nada.

“Nanti gue kasih tau syaratnya, lo masuk aja dulu, udah malem.“

Nada yang mendengar ucapan Mika hanya mengangguk dan segera turun dari mobil Mika.

Mika melajukan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Nada.

Nada yang melihat mobil yang baru saja dia tumpangi sudah pergi, segera masuk ke dalam rumahnya dan berdoa semoga saja dia tidak dapat ceramah dari mama dan kakaknya.

Tbc

Jangan lupa vomentnya yah!!

Starting From The Song [Mika&Nada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang