Chapter 4 : Memikirkan dia

75 40 10
                                    

"Memikirkanmu bagaikan sesuatu yang sangat sulit untuk ku lupakan, jangan menyiksaku dengan pikiran aneh itu."

***

Sore ini, Mika dan kedua sahabatnya berada di Cafe tempat mereka sering kumpul bersama. Selain untuk itu, sore ini mereka di sana untuk menagih traktiran Mika yang tertunda tadi siang.

Mika orang yang selalu menepati ucapannya, pantang baginya mengingkari apa yang sudah dia katakan.

"Pesen aja apa yang lo berdua mau, ntar gue yang bayar!" suruh Mika pada keduanya.

"Yaiyalah, masa gue yang bayar! kan elo yang kalah," balas Aksa dengan suara mengejeknya.

"Sialan lo! gue juga ngga bakalan kalah kalo lo ngga curang, Anjir!" protes Mika pada sahabatnya itu yang jelas-jelas telah membuatnya kalah.

"Udahlah, Mik, lo jangan kebawa emosi mulu ama si kampret! Lo tau sendiri orangnya kayak gimana," kata Radit menengahi pertikaian kedua sahabatnya itu, walaupun itu sering terjadi antara mereka bertiga.

Mika dan Aksa yang mendengar ucapan dari Radit memutar bola matanya. Di antara mereka bertiga, Radit yang paling bijak dan mampu menengahi mereka.

"Yaudah, sekarang pesen aja," suruh Mika lagi.

"Siap!" kata Aksa yang sudah kembali ke mode menjengkelkannya.

Aksa memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa makanan dan minuman, begitu juga dengan Radit dan Mika.

"Gue hampir lupa," ucap Aksa yang melihat Mika, "Mik, tumben banget lo tadi siang baik banget! Kemasukan jin apa lo?" tanya Aksa.

Mika memutar malas bola matanya mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

"Salah kalo gue ngasih meja sama cewek itu? Lo juga duduk ngga liat sekitar!"

"Kok jadi gue yang salah? Kan gue lihat meja kosong yah gue dudukin dong! Kalo cewek tadi udah duduk terus gue ambil, baru gue yang salah." kata Aksa yang tak terima disalahkan.

Radit yang mendengar mereka beradu mulut terlihat kesal dengan tingkah kedua sahabatnya, kadang ia berpikir kenapa harus bersahabat sama dua makhluk yang kadang akur kadang berantem terus. Tapi, ia tahu kedua sahabatnya itu memiliki sifat yang baik meski tertutup oleh sifat dingin dan cuek Mika, serta sifat jail Aksa.

"Bisa ngga sih lo berdua ngga ribut mulu? Capek juga gue denger lo berdua ribut dan lo Sa, ngga usah bahas soal tadi siang bisa ngga sih, kan sekarang gantinya lebih bagus!" ucap Radit yang tampak kesal dengan kedua sahabatnya itu.

"Yaelah tegang amat lu, gue cuma penasaran aja sama si es batu! Tumben banget baek sama cewek biasanya juga dicuekin," ujar Aksa santai.

"Gue biasa aja. Tadi gue ngasih cuma kasihan aja, ngga lebih. Dan jangan ada yang ungkit kejadian itu lagi, gue bosen banget dengernya." ujar Mika yang merasa bosan dengan pembahasan mereka saat ini.

Radit dan Aksa yang mendengar itu mengangguk tanda setuju karna keduanya pun sama-sama bosan, mereka ribut hanya karna cewek yang ingin duduk di meja kantin.

Ya seperti itulah mereka, kadang akur kadang berantem. Sama kayak persahabatan lainnya yang tak menarik jika tak ada pertengkaran di dalamnya.

Sementara menunggu pesanan, Mika terlihat memikirkan sesuatu. Hingga, Radit merasa heran dengan sifatnya yang tidak biasa itu.

“Mik,“ panggil Radit.

Mika yang dipanggil tidak merespons, dia masih terus memikirkan siswi tadi pagi dan siang yang terus mengusik pikirannya. Entah mengapa ada sesuatu yang dia rasakan sejak melihat dan bertemu dengan siswi itu.

Radit yang tidak mendapatkan respons, menepuk bahu Mika.

Mika seketika tersadar dari lamunannya.

“Mik, lo mikirin apa? “ tanya Radit.

“Ngga, gue ngga lagi mikirin siapa-siapa! “ sangkal Mika yang berusaha memperlihatkan sikap tenangnya.

“Oohh,“ Radit mengangguk kepala.

10 menit kemudian datang pelayan membawa pesanan mereka. Aksa yang melihat pesanannya sudah datang tersenyum bahagia, bagaimana tidak? Di antara kedua sahabatnya, pesanannya yang lebih banyak. Ia berpikir kapan lagi ditraktir Mika, momen langka jadi harus dimanfaatkan dengan baik.

"Makasih mbak," ucap Aksa ketika semua pesanan sudah tersaji di depannya. Pelayan itu hanya tersenyum mengangguk dan kemudian pergi meninggalkan meja mereka.

"Surga dunia udah dateng, ngga boleh ada yang kelewat ini mah," ucap Aksa yang segera melahap makanan yang tersedia.

Sedangkan kedua sahabatnya hanya menggeleng kepala melihat sahabatnya itu makan seperti orang yang tak pernah makan berminggu-minggu.

"Lo belum makan berapa minggu, sampe tu perut longgar banget?" tanya Mika yang melihat Aksa telah menghabiskan makanannya.

"Gue makan tiap hari, tapi hari ini kan lo traktir jadi gue puas puasin aja, kan jarang banget lo traktir kita," kata Aksa yang memegang perutnya yang sudah terisi penuh makanan.

Mika yang mendengar ucapan Aksa hanya memutar bola matanya malas, dia tak mau ambil pusing mengingat kekalahannya itu. Ya, benar juga dia jarang mentraktir sahabatnya jika tidak ada sesuatu yang telah mereka sepakati. Seperti taruhan dan jika kalah dalam bermain sesuatu.

"Yaudah, gue mau pulang. Udah sore, lo berdua mau balik atau masih mau tinggal?" tanya Mika pada keduanya.

"Gue juga mau pulang." jawab Radit yang diikuti anggukan dari Aksa.

Mika dan kedua sahabatnya keluar dari Cafe tersebut yang sebelumnya dia telah menyimpan beberapa lembar uang di mejanya. Mereka berpisah di parkiran Cafe itu.

"Gue duluan! " ucap Mika yang telah menaiki motor sportnya.

Kedua sahabatnya hanya mengacungkan jempol dan Mika segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

***

Jangan lupa vomentnya!!

Starting From The Song [Mika&Nada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang