Fate II

145 19 0
                                    

“Baekhyunee, kau harus berhati-hati saat hari ulang tahunmu ke 20 semakin dekat. Nenek percaya padamu, kau merupakan anak yang kuat dan tangguh, nenek yakin kau bisa melalui semua cobaan yang terjadi padamu kelak. Dan jangan lupa hubungi nenek ketika kau merasa membutuhkan nenek. Hiduplah denga baik sayang, temuilah takdirmu di sana.”

Tiba – tiba air matanya jatuh tanpa disangka-sangka. ia dengan sigap mengelapnya dengan telapak tangan. Ia teringat dengan neneknya yang sudah sangat tua di sana. Mengingat bagaimana cara tangan itu menyentuhnya dengan lembut, memijat kakinya ketika ia terjatuh dari sepeda, dan membuatkan makanan yang lezat setiap hari hanya untukya. Baekhyun berjanji, ia akan memegang erat - erat pesan dari neneknya itu, dan menjalani hidup dengan tegar di Seoul.

“sepasang emerald?” Baekhyun bergumam sambil memikirkan maksud dari pesan aneh yang neneknya sampaikan. Apakah itu nama seseorang? ataukah kiasan yang menggambarkan sesuatu? Baekhyun berusaha menerka nerka maksud dari kata tersebut. Ia belum mengetahui bahwa emerald yang dimaksud adalah dirinya. Tepatnya manik matanya.

“Aku harap semuanya akan baik - baik saja” gumam Baekhyun.
------------------------------------
Sepasang kaki basah melangkah keluar dari kamar mandi, melangkah menuju  lemari pakaian yang terletak di ujung ruangan. Sembari melangkah aroma kopi menyeruak, menyapa indera penciuman yang menggunggah semangat pagi itu. Secangkir kopi panas terletak elok di atas meja kaca bersebelahan dengan sofa merah besar tempat pria yang sedang memakai pakaian itu menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca sebuah buku. Di seberangnya terdapat sebuah tempat tidur dengan ukuran king-size yang sudah tertata rapih. Sepertinya pelayan merapihkanya saat pemuda itu mandi. Tak banyak barang di dalam ruangan dengan nuansa krem yang terkesan tenang, namun yang paling mencolok adalah rak buku berbentuk zigzag yang terpasang di dinding, dan tentunya dipenuhi oleh buku-buku tebal.

Setelah selesai dengan urusan pakaianya, pemuda jangkung itu lantas merapikan tatanan rambutnya yang berwarna pirang dan sedikit bergelombang. Ia sengaja membiarkan rambutnya tergerai tanpa sentuhan gel rambut. Itu nampak sangat serasi dengan penampilnya bak seorang street boy. Tak lupa ia gambar sebuah titik hitam kecil di dekat matanya yang sebelah kanan menggunakan tinta khusus.

“Sip, kau sudah tampan” sambil menunjukkan deretan gigi rapihnya pada bayangan yang terpantul di cermin. Ia kemudian duduk di sofa merah mencolok dan menenggak habis kopi yang sedari tadi menunggunya. Tiba – tiba terdengar suara ketukan pada pintu kamarnya,

“Permisi Tuan Muda ?”

“Masuklah Paman” jawab pemuda pirang.

“Selamat pagi tuan” sapa lelaki tua itu dengan senyum ramahnya.

“Selamat pagi. Hari ini aku  akan berangkat menggunakan bus saja. Apakah tidak masalah?” pemuda itu sembari mengemasi barang-barang yang ia butuhkan dan memasukanya ke dalam tas ranselnya.

“ Tentu tuan.”

“Baiklah aku akan berangkat sekarang. Aku pamit, Paman” pemuda itu melewati lelaki yang tengah membungkuk 45 derjat.

“Semoga harimu diberkahi” gumam lelaki tua itu sambil menutup kembali pintu kamar.
------------------------------------
Rambut ikal itu bergoyang terkena terpaan angin saat pemuda jangkung itu melangkah memasuki gerbang kampusnya. Ia merupakan mahasiswa tingkat dua yang baru saja menyelesaikan ujian akhir seminggu yang lalu, dan tempat pertama yang ia tuju adalah papan pengumuman. Dari kejauhan netranya telah mampu menangkap gerombolan mahasiswa yang berebut untuk melihat isi dari papan pengumuman itu. Beberapa mahasiswa terlihat mengeluh, dan beberapa ada yang lompat kegirangan. Netranya kembali menangkap seseorang yang ia kenal berlari kearahnya dengan wajah sangat menyebalkan.

The Cursed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang