Fate V

117 17 0
                                    

Seoul
00.15 a.m.

Di dalam sebuah kamar sederhana tanpa penerangan, seorang lelaki tengah berbaring tak nyaman. Kepalanya bergerak tak beraturan dengan kening yang penuh dengan peluh. Wajah yang biasanya terlihat cerah, kini dipenuhi dengan rona hitam seakan ancaman sedang memburunya. Nyatanya acaman itu memang ada, namun berada di alam bawah sadarnya. Di sana Baekhyun melihat seorang anak laki – laki dengan pakaian tradisional korea tengah membuka sebuh kotak yang penuh dengan tempelan kertas kuning dengan aksara latin berwarna merah. Tanpa diduga sesosok bayangan hitam keluar dari dalam kotak dan bergerak cepat hendak menyerang anak laki - laki yang tengah tersungkur di lantai. Baekhyun berlari menghampirinya, ia merentangkan tubuhnya seakan ia adalah tameng yang dapat menghalang bayangan hitam tadi. Detik berikutnya Baekhyun terjatuh ke lantai, pandangannya mendadak kabur, tenaganya seakan menguap meninggalkan tubuhnya. Netranya masih mampu menangkap anak laki – laki yang tengah menangis di depanya. Baekhyun berucap dengan senyum di wajahnya "tidak papa, aku akan melindungimu". Sejurus kemudian kesadaranya seakan dihempaskan kembali ke dalam jazadnya. Ia terduduk dengan nafas tersengal dan peluh mengalir deras di seluruh tubuhnya. Ia tengok jam weker di atas mejanya yang menunjukan pukul dua dini hari. Baekhyun kembali membaringkan tubuhnya, membungkusnya dengan selimut rapat – rapat karena sekarang tubuhnya tengah menggigil kedinginan.

Tak berbeda jauh dengan Baekhyun, Chanyeol rupanya juga mengalami mimpi buruk malam ini. Dalam mimpinya seorang anak kecil berambut panjang dengan warna mata seperti miliknya tengah membentangkan tubuhnya tepat di depanya. Chanyeol memekik ketika bayangan hitam pekat tengah bergerak memasuki tubuh kurus anak laki - laki tadi. Ia melihat bagaimana tubuh itu terkulai di lantai, namun senyuman malah terbentuk di wajah ayunya sambil melantunkan kalimat yang membuatnya semakin histeris. Teriakanya beresonansi hingga ke alam nyata. Chanyeol terbangun di atas tempat tidurnya dengan pelipis yang basah dengan air mata. Ia menarik nafas dalam berusaha menenagkan dirinya.

" itu terasa sangat nyata." Ucap chanyeol ketika ia masih dengan jelas mengingat setiap kejadian di dalam mimpinya. Setelah tenang, Chanyeol kembali membaringkan tubuhnya kasar dan menarik selimut hingga batas dadanya.

-----------------------------------
3

hari menjelang upacara penobatan

"Apa perlu saya memanggil Dokter Soo untuk memeriksa kondisi Anda Tuan Muda?" Tanya Tuan Kim yang baru saja meletakkan semangkuk bubur hangat di atas meja di samping tempat tidur Chanyeol.

"Tidak perlu Paman. Aku hanya butuh istirahat lebih lama." Jawab Chanyeol yang sedang duduk bersandar pada sandaran tempat tidurnya. Tubuhnya masih terasa berat saat ini, ia berencana untuk kembali tidur setelah memakan buburnya.

"Baik Tuan. Selamat beristirahat, semoga Anda segera sehat kembali. Dan jika Anda membutuhkan sesuatu, Saya berjaga di luar kamar Tuan Muda."

Chanyeol mengangguk paham. " Terima kasih Paman."

"Kalau begitu Saya permisi." Pamit Tuan Kim sambil membungkukan tubuhnya.

Tak berbeda dengan Chanyeol, Baekhyun juga tengah berbaring lemas di atas tempat tidurnya. Matanya mengerjab lucu ketika telapak tanganya menyentuh keningnya sendiri merasakan suhu yang terasa lebih hangat dari biasanya.

" Sepertinya aku tidak jadi bertemu dengan Kyungsoo hari ini." Gumamnya. Ia mengambil handphone dari atas meja dan mengetikan rangkaian kata maaf beserta argumenya kepada teman kampusnya itu. Sejurus kemudian ia kembali meringkukan tubuhnya ke dalam selimut tebal untuk mencari kehangatan.
-----------------------------------
04.00 p.m
Chanyeol POV

Di dalam sebuh kamar mandi, air hangat mengalir melalui tubuh jangkung nan kokoh milik Chanyeol. Pria itu tengah menyegarkan tubuhnya yang sudah sangat lengket karena keringat dingin yang terus mengucur semalaman. Ya, sekarang Chanyeol sudah merasa lebih baik setelah istirahat seharian. Tubuhnya sudah tidak merasakan menggigil seperti beberapa jam yang lalu. Setelah dirasa cukup dirinya berada di dalam kotak kaca transparan, tubuh basahnya melangkah keluar, meraih handuknya yang menggantung di sudut ruangan. Ia lilitkan handuk itu sebatas pinggangnya, sambil berjalan menuju satu – satunya cermin lebar di dalam kamar mandi. Sedetik setelah netranya menangkap sosok tubuhnya sendiri di dalam pentulan cermin, keningnya mengernyit. Fokusnya tengah berpusat pada suatu 'noda' yang berada tepat di bagian tengah dada bidangnya. Jari panjangnya meraba noda tersebut, berusaha memastikan apakah yang dilihat oleh netranya itu nyata atau tidak. Dan memang nyata bahwa noda itu menempel di tubuhnya.

The Cursed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang