FATE XIX

90 11 0
                                    

Di dalam ruangan sempit berdinding baja, tak ada suara apapun yang terdengar kecuali suara tetesan air yang mengenai lantai ruangan. Tetesan air itu berasal dari pakaian yang dikenakan oleh dua orang lelaki berbeda postur tubuh. Keduanya saling diam, hanya remasan - remasan pada jalinan tangan mereka yang menjadi bentuk komunikasi non verbal meneriakan kata - kata yang hanya diketahui oleh keduanya.

Ting!

Bunyi yang telah ditunggu - tunggu akhirnya berdenting, diikuti dengan terbukanya salah satu dinding baja yang menjadi jalan masuk dan keluar dari ruangan bergerak itu. Tak mau membuang waktu lebih lama, lelaki yang lebih tinggi lebih dulu melangkah keluar diikuti oleh lelaki yang lebih pendek tanpa melepaskan jalinan pada kedua tangan mereka. Baekhyun sedikit kewalahan mengikuti tempo dari langkah kaki Chanyeol saat menyusuri lorong untuk mencari pintu yang memiliki nomor yang sama dengan nomor yang tertera pada kartu yang tengah lelaki jangkung itu pegang. Baekhyun hanya diam, karena sejujurnya Ia juga sudah tidak sabar untuk segera menemukan pintu itu. Setelah menemukan pintu yang dicari, Chanyeol segera menempelkan kartu itu pada sensor yang terdapat di samping gagang pintu. Lampu hijau menyala menandakan bahwa kunci ruangan tersebut telah terbuka.

Dhump!

Suara pintu tertutup sedikit keras terdengar akibat hantaman dari tubuh Baekhyun yang menabrak pintu. Lelaki mungil itu tengah dihimpit oleh lelaki yang lebih jangkung tepat di belakang pintu. Kedua bibir mereka saling melumat, meraup bongkah kenyal masing - masing untuk menyalurkan dorongan yang berasal dari dalam tubuh mereka. Kedua telapak tangan Chanyeol tengah memegang rahang Baekhyun, sedikit mendongakanya agar Ia lebih leluasa menggiati bibir tipis yang terasa manis itu. Sedangkan Baekhyun sudah mengalung kedua lenganya di leher jenjang Chanyeol, berpegangan kuat di sana agar tubuhnya tidak terjatuh karena lututnya yang kehilangan daya.

"jika kau ingin berhenti, katakan sekarang.." ucap Chanyeol tepat di depan bibir Baekhyun. Ia menatap lekat manik mata Baekhyun, menunggu jawaban dari lelaki mungil berwajah bak kepiting rebus.

"tidak...aku tidak ingin berhenti." Jawab Baekhyun sebelum Ia meraup bibir plum lelaki jangkung di hadapanya lagi. Ciuman itu semakin panas dan basah, keduanya sudah terbakar oleh gejolak yang berasal dari dalam dada masing - masing.

Dengan satu kali hentakan, Chanyeol dengan mudah membawa tubuh Baekhyun ke dalam gendonganya. Baekhyun refleks mengalungkan kedua kakinya ke pinggang Chanyeol karena tidak mau terjatuh dari tubuh jangkung itu. Tanpa melepas tautan kedua bibir mereka, Chanyeol berjalan membawa Baekhyun menuju tempat tidur yang sedari tadi sudah memanggil - manggil nama kedua lelaki yang sedang bercumbu itu. Sebelum bergelung di atas tempat tidur, keduanya saling menanggalkan kain basah yang sedari tadi membalut tubuh mereka ke atas lantai begitu saja.

"Kau sangat cantik Baek..." bisik Chanyeol dengan suara basnya saat Ia perlahan merebahkan tubuh polos Baekhyun ke atas tempat tidur.

Tak ada perlawanan dari lelaki mungil itu karena Ia tahu, jantungnya hanya berdebar untuk lelaki yang sedang berada di hadapanya itu. Ia dengan ikhlas menerima setiap sentuhan dan perlakuan lembut dari lelaki yang sudah menggenggam hatinya itu. Sesekali Ia turut mengekspresikan perasaanya yang tidak cukup hanya diungkapkan dengan rangkaian kata.

Keduanya saling berbagi hangatnya buah kasih hingga sang dewi malam mulai kembali ke peraduanya. Mereka tutup malam terkenang itu dengan senyuman yang terplester di wajah masing - masing saat perlahan memasuki alam mimpi dengan raga yang saling mendekap di balik hangatnya selimut.

Pagi itu matahari bersinar lebih cerah, cahaya keemasanya menyeruak menghapus kegelapan malam yang menyelimuti bumi. Begitupun dengan seorang lelaki barwajah manis yang perlahan membuka kedua kelopak matanya, menampakan manik jernihnya yang berwarna seperti lautan. Baekhyun, perlahan menggapai kesadaranya, seulas senyum manis perlahan terbentuk kala netranya malihat sebuah telapak tangan maskulin yang baru saja semalam menjamahi tubuhnya tengah menggenggam telapak tangan miliknya, ingatanya memutar kembali memori indah yang baru saja tadi malam Ia lalui.

The Cursed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang