3. A Date

1.8K 360 30
                                    

Jeno kembali dengan pakaian yang lebih kasual dan santai. Rambutnya terlihat masih sedikit basah. Tubuh tegapnya terbalut hoodie putih sederhana. Kaki jenjangnya dilapisi jeans biru pudar. Jeno menenteng tas ransel di salah satu pundak sementara satu tangannya lagi menggenggam sebuah topi.

“Kamu mau makan apa?”

Aleysha tersadar dan menurunkan pandangannya dari Jeno yang berdiri di depan. Bau sabun mandi lelaki itu menguar dan menimbulkan perasaan tenang. Jeno tercium seperti aroma pinus dan mint yang segar. Aleysha jadi berandai-andai jauh padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak jatuh semakin dalam.

“Aleysha?”

“Ya?" tersadar jawabannya sedikit tidak sopan, gadis itu buru-buru menggeleng. "Maksudku, haruskah kita pergi makan siang? Aku bisa mengambil berkasnya dan pulang. Mungkin Mr. Lee butuh istirahat.”

Jeno tersenyum menampilkan eye smilenya yang indah. Tidak tau jika itu bereaksi sangat cepat dan kuat pada diri Aleysha.

“Aku memaksa. Temani aku makan, oke?”

Dan Aleysha jelas tidak dapat menolak.

“Kalau begitu Mr. Lee saja yang memilih tempatnya.”

Jeno setuju dan mulai berjalan. Kali ini ia tidak meninggalkan Aleysha, Jeno menunggu hingga gadis itu sejajar dengannya lalu mereka berjalan beriringan keluar dari sport center.

Ini bukan kali pertama Aleysha duduk dalam satu mobil dengan Jeno, tapi kali ini suasana di antara mereka sedikit berbeda. Aleysha baru mengetahui sisi lain dari Jeno ketika atasannya itu berada di luar lingkungan kantor. Jeno tampak sangat santai dan tampan dalam balutan baju casual miliknya. Aleysha tidak pernah membayangkan ini. Ia pikir, Jeno adalah lelaki kaku yang hobi menghabiskan weekendnya mengurung diri di rumah.

“Aleysha?”

Gadis itu menoleh saat Jeno memanggil. Lagi-lagi terpaku, tidak bisa untuk tidak terpesona pada perawakan Jeno yang menyetir mobil dengan lengan hoodie yang disingkap naik mempertontonkan tulang hasta.

Aleysha menelan ludah berusaha untuk fokus.

“Ya, Mr. Lee?”

“Boleh aku minta tolong padamu?”

Aleysha mengangguk pelan.

“Tentang pembicaraan kita malam itu, tolong jangan katakan pada siapa pun.”

Mobil berhenti sejenak di sebuah lampu merah. Aleysha mengingat-ingat pembicaraan mereka malam itu lalu tersenyum tipis. Ia menatap Jeno yang juga menatapnya menunggu jawaban. Jadi Aleysha membuat gerakan seolah menutup kait resleting di bibirnya. Membuat Jeno tertawa karenanya.

“Mr. Lee tidak ingin Onni tau, ya?”

Dan tawa Jeno menghilang dalam sekejap.

Lelaki itu memandang Aleysha dengan mata membola. Dalam selaput beningnya, Aleysha temukan keterkejutan. Aleysha menelan ludahnya sendiri. Apa mungkin ia salah bicara?

“Dari mana kamu tau?”

Pertanyaan itu membuat Aleysha diam sejenak. Dari mana? Tentu saja dari Jeno sendiri. Memangnya lelaki itu tidak sadar betapa tatapannya terlihat sangat memuja Evelyn? Aleysha yang tidak berbakat dalam hal percintaan saja mengerti.

“Dari.. mata?”

“Mata?”

“Cara Mr. Lee menatap Onni sangat berbeda. Aku pikir semua orang yang melihatnya bisa tau.”

[✔] Querencia | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang