4. Cracked

1.8K 381 47
                                    


“Mau pergi jemput Jisung?”

Aleysha mendongak saat mendengar suara Jeno. Ia dapat melihat Eve yang baru saja keluar dari ruangannya, bersiap-siap untuk pergi. Dan juga Jeno yang berdiri di dekat kubikel Aleysha. Lalu gadis itu kembali menunduk. Terlalu malas melihat adegan yang selalu sama hampir setiap harinya: Jeno akan pergi bersama Eve untuk menjemput Jisung.

Aleysha tidak ingin merasa cemburu, tapi ia juga tidak dapat menolak perasaannya sendiri. Semenjak ajakan makan siang yang ditawarkan Jeno tempo hari, tiba-tiba perasaan yang pernah Aleysha coba kubur pelan-pelan seolah bangkit begitu saja.

Jeno terlihat rapuh kala itu dan Aleysha tidak ingin lelaki itu terluka. Aleysha tidak berlebihan, bukan? Karena setiap cinta secara naluriah memang akan selalu ingin melindungi.

“Hm-m. Mau ikut? Sekalian makan siang di luar.”

Aleysha tersenyum pias begitu mendengar jawaban dari Evelyn. Menyumbat pendengarannya dengan sebuah earpod, gadis itu memaksimalkan volume dan mulai menyibukkan diri dengan laptop serta tugasnya. Tidak menyadari jika Eve sudah berlalu pergi, hingga seseorang mencabut sebelah earpod miliknya tanpa diduga-duga.

“Mr. Lee?” pekik Aleysha terkejut.

“Jangan gunakan earpod dengan volume di atas 60% Aleysha, itu bisa merusak pendengaranmu.”

Aleysha buru-buru melepas sisa earpod dari lubang telinganya dan berdehem canggung untuk mengatasi keterkejutan. Melirik sekitar, Aleysha mendapati Eve sudah tidak ada. Gadis itu menatap Jeno bingung. Ia pikir, Jeno akan pergi bersama Evelyn. Lantas apa yang atasannya itu lakukan di sini?

“A-ada yang bisa saya bantu, Mr. Lee?”

Jeno tampak mengangguk ringan. “Ada laporan yang harus aku periksa bersamamu, tapi aku terlanjur kelaparan. Ayo berangkat.”

“M-mau ke mana?”

Aleysha berdiri dengan canggung. Bingung dengan situasi mendadak ini. Bingung untuk memutuskan harus ikut atau tidak.

“Makan siang, Aleysha. Sekalian kita periksa laporannya di sana.”

Hari-hari selanjutnya interaksi mereka seolah terjadi dengan begitu natural. Terkadang Jeno akan tersenyum tipis padanya. Atau berbicara lebih banyak pada Aleysha daripada Evelyn. Atau mencarinya terlebih dahulu untuk urusan tertentu. Padahal sebelumnya, Jeno hanya melakukan itu pada Eve.

“Mau ke mana?”

Hingga di suatu siang Jeno menyapa Aleysha di tengah kerumunan kafetaria untuk pertama kalinya. Gadis itu berdiri di tengah-tengah puluhan meja kafetaria kantor yang padat saat mendengar suara Jeno bertanya padanya. Lelaki itu duduk di depannya. Di sebuah meja bundar yang hanya cukup untuk ditempati dua orang.

“Ke ruanganku sendiri, Mr. Lee. Kafetaria terlalu penuh siang ini.”
Aleysha mengerjap ragu. Bingung bagaimana harus menguasai situasi mendadak ini.

“Duduk bersamaku saja di sini.”

Dan ternyata dugaannya benar. Aleysha melirik sekitar dan menemukan tatapan tidak menyenangkan dari beberapa staff kantor wanita lainnya. Yah, memangnya siapa pula yang bisa menolak pesona Jeno?

Dan meski mulanya Aleysha merasa sangat kebingungan, namun pada akhirnya mereka berakhir duduk dalam satu meja karena Aleysha tidak memiliki pilihan lain. Atau sebenarnya, ia punya. Hanya saja ada perasaan yang meronta-ronta dalam dirinya dan memaksa Aleysha untuk mengambil kesempatan duduk bersama Jeno.

“Kenapa? Kamu nggak nyaman?”

Jeno memperhatikan Aleysha yang tampak sedikit gelisah di hadapannya. Namun gadis itu menjawab dengan gelengan kecil dan tersenyum.

“Cuma rasanya sedikit aneh duduk sama petinggi perusahaan di kafetaria kantor.”

Kekehan Jeno membuat Aleysha terperangah dan semakin merasa tidak nyaman. Pasalnya, ia merasa ada banyak sekali mata-mata tajam yang siap menembus punggungnya saat itu juga. Jeno terkenal sebagai atasan yang tenang bahkan cenderung dingin. Tawa renyahnya adalah apa yang jarang orang-orang dengar di kantor.

Lalu kini, lelaki itu tertawa renyah di hadapan Aleysha.

“Memangnya kenapa?” tanya Jeno seolah tidak terjadi apa-apa.

“Nanti banyak yang cemburu.”

Aleysha memulai makan siang tanpa terganggu sama sekali dengan perkataannya sendiri. Ia sudah kelaparan setengah mati. Lagipula fakta yang ia lontarkan itu memang benar. Jeno sendiri pun pasti tau dengan jelas betapa banyaknya perempuan yang terpikat olehnya di kantor ini.

“Maksudnya aku dipelototin cowok-cowok sekantor gitu ya?”

Aleysha terdiam. “Mana? Enggak ada tuh.” ia melihat sekitar dan memang lebih banyak wanita yang memperhatikan mereka daripada pria. Jeno memang suka mengada-ada, mana ada lelaki yang mau melirik Aleysha.

“Udah kabur karna dipelototin balik.”

Dan tawa Aleysha berderai usai mendengar jawaban dari Jeno. Untuk pertama kalinya ia pikir, mungkin hubungan mereka sudah selangkah lebih maju. Peduli setan dengan mata-mata liar yang semakin menusuk punggungnya karena tampak terlalu akrab dengan atasannya sendiri.

“Minggu depan kamu ada jadwal keluar dengan Eve?”

Aleysha menggeleng. Pipinya sedikit berisi dan bergerak lucu mengunyah makanan.

“Kalau gitu kamu ikut aku survey lapangan, ya?”

Aleysha tersedak panik. Jeno benar-benar bersikap seolah mereka adalah teman lama. Dan tentu saja itu membuat harapan Aleysha pelan-pelan semakin melambung tinggi.

Hingga..

Ting!

Aleysha berjalan membawa dua cup coklat hangat di tangannya. Ia berniat memberikannya pada Evelyn. Wanita yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu terlihat sedikit tidak enak badan sejak pagi. Eve tampak sering termenung seharian ini, jadi Aleysha pikir ia butuh sesuatu yang hangat untuk menambah tenaganya.

Aleysha sudah merasa itu adalah keputusan yang tepat. Sebelum ia menemukan Jeno tengah memeluk Evelyn erat di antara celah pintu. Wanita itu tengah menangis pilu. Dan Jeno tampak menenangkannya dengan begitu lembut.

Dalam diam, Aleysha menutup pintu ruangan. Berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi apapun. Lalu gadis itu meletakkan cup yang ia bawa di atas meja miliknya sendiri, sebelum pergi ke mana saja asal tidak berada di kantor siang itu.

●●●●

Dee's Note:

Please kalau nggak komen gapapa yg penting jangan tulis 'next next' di sini ya, i hate it so much😣

Stay healthy, stay safe and stay hydrated everyone♡



With love,

Dee ☘️




[✔] Querencia | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang