8. Different

1.9K 364 33
                                    

Aleysha, bisa menemaniku survey lapangan hari ini?’

Aleysha mengerutkan keningnya merasa heran dengan pesan yang baru saja ia terima dari Jeno.

Seriously? Di weekend seperti ini?’

Aleysha tidak ingin terlalu perhitungan dengan pekerjaannya. Tapi jujur saja ia memiliki janji lain dengan Junhoe sejak jauh-jauh hari dan ia tidak mungkin membatalkannya begitu saja.

‘Sudah memiliki agenda lain?’

‘Hari ini aku ada janji dengan Kak Junhoe..’

Setelahnya, tidak ada balasan lagi dari Jeno.

Lelaki itu seolah menghilang ditelan bumi. Jadi Aleysha berkesimpulan jika hari itu mereka tidak jadi melakukan survey lapangan. Mungkin Jeno akan menggantinya di hari Senin nanti. Dan itu tidak masalah karena Aleysha bisa menemaninya kapanpun kecuali hari ini.

Aleysha berdiri di sebuah halte menunggu Junhoe setelah seharian berpikir harus menggunakan baju apa dan sibuk meminta pendapat Kirin mengenai penampilannya. Walau bagaimanapun, ia tidak ingin mengecewakan teman kencannya. Saat Aleysha setuju untuk keluar bersama Junhoe, itu berarti ia siap dengan segala resiko per-kencan-an yang ada termasuk menjadi repot karena berusaha berpenampilan seperti gadis yang terlalu girly sebab Kirin bilang, Junhoe suka gadis yang seperti itu.

Aleysha menggunakan rok berwarna cream tidak terlalu pendek—tapi itu berada di atas lutut— dan sesungguhnya Aleysha merasa sedikit tidak nyaman tapi ia pikir mungkin itu hanya karena ia belum terbiasa. Gadis itu mengenakan atasan kemeja hitam juga sebuah cardigan jaring berwarna pink pale.

Junhoe datang dengan mobil miliknya dan tersenyum begitu cerah. Aleysha tidak dapat menahan diri untuk membalas senyumannya meski jujur saja sampai saat ini masih merasa biasa-biasa saja terhadap lelaki itu.

Junhoe membawanya ke sebuah restoran untuk makan malam yang bisa dikatakan cukup romantis. Lalu mereka berjalan di sekitaran daerah Myongdong setelahnya.

Sepanjang makan malam, Junhoe tidak berhenti menatap Aleysha dengan mata runcing miliknya. Namun bukannya tersanjung, gadis itu justru mulai merasa sedikit tidak nyaman. Junhoe bukan hanya memandangnya dengan intens tapi juga diselipi senyum tanggung. Dan Aleysha mendapati diri merasa bahwa itu semua terasa sedikit mengerikan.

“Hati-hati, nanti kamu hilang.” ujar Junhoe sembari meraih tangan Aleysha dan menariknya untuk merapatkan diri. Refleks Aleysha melangkah memberi jarak dan menatap lelaki itu terkejut. Itu adalah gerakan yang sangat tiba-tiba meski Aleysha akui bahwa ia memang hampir menabrak seseorang sebelumnya.

Aleysha membebaskan jemarinya dari milik Junhoe secara perlahan. “Its okay, Kak. Aku bisa jalan sendiri.”

“Tapi jalanannya sedang padat sekali.” balas lelaki itu bersikeras kembali meraih tangannya.

Aleysha menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, berusaha menahan diri untuk tidak menarik jemarinya dengan kasar. Genggaman itu terus berlangsung hingga kencan berakhir dan mereka memutuskan untuk pulang.

“Mau kemana Kak?”

Aleysha bertanya usai melirik jalanan yang tidak terarah menuju apartment miliknya.

“Belum terlalu malam. Bersantai di pinggiran Sungai Han sebentar tidak masalah, kan?”

Aleysha melirik arloji di tangannya. Sudah lewat pukul sembilan. Sebenarnya ia lebih ingin pulang saat ini, tapi akhirnya gadis itu mengalah dan membiarkan mobil melaju menuju Sungai Han.

Aleysha adalah tipikal yang tidak terbiasa menolak, dan kini ia merasa kesulitan sendiri karena sikapnya yang satu ini. Terlebih lagi, Junhoe tidak membawanya ke taman Sungai Han. Lelaki itu justru berhenti di taman kecil dekat jembatan. Tidak terlalu ramai pengunjung di sana. Tapi perlu Aleysha akui pemandangan sungai dengan pantulan kerlip lelampuan malam juga dari kapal-kapal kecil yang lewat membuat ia sedikit menikmati keindahan Sungai Han dari sisi yang berbeda.

[✔] Querencia | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang