Ketel tua berornamen bunga teratai itu tampak mengepulkan banyak uap. Aleysha duduk di sebuah bangku garden resto di suatu akhir pekan. Ia hanya menggunakan kemeja berbahan silk sederhana dan jeans hitam yang membungkus kaki pendeknya dengan pas. Gadis itu menggunakan topi baret, memoles wajahnya dengan make up tipis dan juga lipstick berwarna peachy yang sedikit lebih mencolok dari kesehariannya.
Pada akhirnya, Aleysha setuju untuk mengikuti kencan buta yang ditawarkan Kirin sejak berminggu-minggu yang lalu.
Ia sudah memikirkannya dengan baik semenjak terakhir kali berinteraksi dengan Jeno usai survey lapangan mereka kala itu. Setelah makan siang berakhir, lelaki itu mengantarkannya pulang usai mengambil beberapa barang di kantor. Jeno tidak mengatakan apapun. Lelaki itu selalu lebih banyak diam setiap kali ia kedapatan tengah berdua dengan Aleysha oleh orang-orang terdekatnya.
Aleysha pikir, mungkin Jeno menyesali keputusannya karena telah menghabiskan aktu bersama Aleysha. Bagaimanapun ia bukanlah siapa-siapa bagi Jeno. Namun beberapa orang terdekatnya kini justru mulai mengenal Aleysha dan berpikiran terlalu jauh tentangnya. Keluarga Jeno mungkin menaruh harapan padanya karena—seperti yang selalu mereka katakan—Aleysha adalah gadis pertama yang mereka temukan bersama Jeno setelah sekian lama. Andai saja mereka tau jika harapan itu sesungguhnya tidak akan pernah terwujud. Sebab Jeno tidak menyimpan perasaan yang sama pada Aleysha.
Kirin pernah berkata bahwa obat patah hati paling mujarab adalah jatuh cinta lagi. Aleysha bercerita padanya perihal Jeno dan kemudian Kirin memberi saran agar Aleysha ikut kencan buta.
Lagi.
Kirin bilang mungkin saja Aleysha akan bertemu sosok baru yang dapat membuatnya jatuh cinta dalam sekali pandang. Membuatnya mampu melupakan Jeno dalam sekejap. Jadi akhirnya.. Aleysha setuju untuk bertemu salah satu teman lelaki Kirin. Lagi pula, tidak ada salahnya kan mencoba hal baru?
"Aleysha?"
Tapi—apa-apaan ini? Aleysha justru menemukan Jeno berdiri di depannya dengan tatapan heran sore itu. Gadis itu berdiri menyambut Jeno dengan sorot mata kebingungan. Tapi Jeno tidak duduk. Tentu saja, ia bukanlah tamu yang Aleysha tunggu.
"Kamu sendirian?"
"Ya, Mr. Lee—"
"Jeno." ujar lelaki itu mengoreksi.
Aleysha berdehem pelan. "Sunbae?" tawarnya.
Jeno akhirnya menghela napas, lalu mengangguk setuju.
"Kamu sendirian?"
Jeno mengulang pertanyaannya dan Aleysha menggeleng.
"Sunbae sendiri, ada urusan apa di akhir pekan seperti ini?"
"Aku ada janji dengan teman-temanku. Apa yang kamu lakukan?"
Aleysha kembali berdehem pelan. Ia menyelipkan uraian rambut yang jarang sekali ia biarkan tidak terikat ke belakang telinga lalu menatap Jeno tidak nyaman.
"Aku.. menunggu seseorang." jawab Aleysha seadanya. Berharap Jeno tidak mengerti maksud di balik jawabannya. Tapi,
"Kencan?" tebak Jeno dengan tepat.
Aleysha belum sempat menjawab saat sosok yang ia tunggu sudah berdiri di depannya.
"Aleysha Lee?"
"Oh? Koo Junhoe-ssi?"
Lelaki itu mengangguk dan menjulurkan tangan yang disambut Aleysha dengan ramah.
"Aku pikir Aleysha-ssi sudah memiliki tamu lain, jadi aku sempat sedikit ragu untuk mendekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Querencia | Jeno Lee
Romance[Fallacious Side Story] Bagaimana jika Aleysha datang saat Jeno masih menyimpan perasaan yang sama pada Evelyn?