04- Serendipity

80 43 2
                                    

"Kata orang ini adalah keberuntungan, tapi menurutku ini adalah masalah"
- Raina Adhyaksa

Sore ini Raina harus kembali bekerja. Ya benar, Raina bekerja paruh waktu. setelah pulang sekolah ia langsung menuju ke tempat kerjanya yang tidak jauh dari sekolah.

Jarak dari sekolah menuju mini market tempat ia bekerja tidak terlalu jauh. Sehingga ia bisa berjalan kaki. Namun jika jarak menuju rumahnya, bisa dikatakan jauh. Maklum saja rumah Raina bukan diperumahan ataupun kompleks orang-orang elit.

"Selamat sore, maaf sedikit terlambat," Sapa Raina seraya tersenyum.

"Ah, tak apa. Cepat kau Ganti baju,"  Ucap Ulfa, ia adalah kasir yang akan bergantian shif dengan Raina. Sekaligus teman bagi Raina.

Raina memang bekerja bergantian shif. Biasanya bekerja sampai pukul 21.00 WIB. Ia sudah terbiasa pulang malam.

"Sudah siap kak." Raina tiba-tiba berdiri disebelah Ulfa. Ulfa memang jauh lebih tua daripada Raina. Ia sudah kuliah sedangkan Raina masih SMA.

"Kamu jaga kasir dulu ya, sebentar saya mau membereskan bagian pojok."

"Lho. Memangnya kak Ulfa tidak pulang? Bukannya shif kakak sudah selesai?" Raina sedikit bingung.

"Tidak, sekarang shif kakak sama kaya kamu, karena mata kuliah kakak pagi. Jadi kakak ambil shif malam." Ulfa pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Raina sibuk membereskan meja kasir.

Cekklekk..

Pertanda pintu mini market dibuka seseorang. Siapa lagi kalau bukan pembeli.

"Mba, ada lemon tea kaleng?" Suara khas laki-laki membuat Ulfa sedikit mengintip meja kasir.

Seorang laki-laki bertubuh jangkung, memakai baju santai dengan sepatu sneaker. Ditambah masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Layaknya seperti oppa-oppa Korea. Tak heran jika Ulfa memandang dari samping pojok tanpa bisa berkedip

Namun yang berdiri di belakang meja kasir tidak menggubris pertanyaan tersebut, ia tengah sibuk menunduk sambil mengotak-atik PC mini market.

"Mas.. biar saya ambilkan," teriak Ulfa sambil melambaikan tangannya agar terlihat oleh si pembeli itu.

Cukup 1 menit bagi Ulfa untuk menuju lemari pendingin itu. Lalu kembali ke kasir membawa 3 kaleng pesanan si pria yang menurutnya sedikit cool itu.

"Ini mas minumannya," Ulfa segera berdiri disebelah Riana.

"Hey!" Ulfa memberi kode dengan mata yang mendelik kearah kaleng dan PC kasir. Raina tau artinya, sudah tugasnya sebagai kasir.

"Semuanya jadi Rp 36.000-," Ucap Raina tidak ramah. Memang sudah kebiasaan Raina jika pembeli nya laki-laki ia akan sedikit malas melayani sebagai kasir.

Lalu si pria membayar dengan nominal uang yang besar. Raina segera memberikan kembalian kepada pria itu.

"Terima kasih, selamat berkunjung kembali."  Jawaban khas mbak-mbak kasir setelah pembelinya pergi. Namun bukan Raina yang melakukannya melainkan Ulfa.

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang