"Tak peduli ku di bully, omongan lo gue beli!"
***
Hari ini ia berangkat ke sekolah dengan bersemangat. Ditambah senyuman sumringah khas orang yang sedang jatuh cinta. Dan benar saja, ia jatuh cinta kepada nasibnya.
"Heh, liat tuh gatau malu banget kan? Hahhaha."
"Awas jangan deket-deket, bahaya nanti."
Desas-desus menggema di setiap lorong kelas yang dilewatinya. Tapi, ia tetap tenang.
"Pembunuh berdarah dingin." ucap seseorang.
Disela-sela kekesalan nya, ia mendengar kata pembunuh pun langsung berbalik dan berteriak.
"Siapa yang berani berbicara seperti itu hah? Jangan jadi pengecut!" Ucapnya marah dengan nafas memburu.
Mendengar kemarahan Raina, satu persatu siswa pun bubar. Namun tidak dengan seseorang laki-laki yang sedang melihat kejadian tersebut. Tatapannya nanar, begitu dalam menatap Raina.
Begitupun Raina, ia tersadar bahwa ada seseorang yang tidak ikut menjauh darinya, tidak seperti orang-orang sebelumnya.
Setelah bertatapan sepersekian detik. Raina baru sadar..
Apa arti tatapan itu? Dan siapa dia?
Belum sempat Raina bertanya kepada laki-laki itu. Ia sudah melenggang pergi ditarik oleh temannya, mungkin.
Raina benar-benar tidak tahu siapa lelaki itu. Kakak kelas kah? Adik kelas atau seangkatan? Nyatanya memang tidak tahu. Terlalu dikucilkan sampai tidak hafal nama siswa disekolah nya.
Ia menggelengkan kepala, tidak ingin memikirkan hal-hal yang tidak penting bagi hidupnya.
Terlalu lama berdiam diri ditempat. Ia disadarkan dengan suara bell sekolah, pertanda KBM akan segera dimulai. Ia segera pergi lalu masuk ke kelasnya.
Saat sudah sampai diambang pintu Baru selangkah masuk. Ia sudah mendapatkan sarapan pagi.
"Woyyy!! Cepat semua duduk. Jangan sampe ganggu anak mantan napi." ujar si Aji, salah satu teman kelas Raina. Entah teman atau bukan.
"Bukan mantan napi namanya kalau ga meninggal kena karma!" Sahut teman Aji entah siapa namanya Raina tidak tahu.
Persetan dengan nama! Sekarang ia marah!BRAKKK!!!
"Denger ya! Kalian ga tahu apa-apa bisa diam nggak? Sudah berapa kali gue bilang kalau bokap gue itu bukan pembunuh!!" Jerit Raina menggema.
"Haha mau apa Lo? Image lo dan bokap lo itu udah ancur disekolah ini! Lo ga usah ngelawan, tinggal diem dengerin apa yang gue bilang, kalo bokap lo itu--"
Plakkkk!!!
Marah. Raina tidak sanggup mendengarnya, ia tidak tahu harus dengan cara apa ia menjelaskan nya.
"Brengsek!!!" Seru Raina setelah menampar Aji.
Bukan tamparan balik ataupun kemarahan yang Raina terima dari Aji dan teman kelasnya. Melainkan tawa mereka yang begitu menyayat bagi Raina. Seolah olah ini adalah bahan lelucon.
Tidak lucu!
"Hehh.. hehh! aduhh ada apa ini?? Bubar..! pagi-pagi sudah buat keributan! Kamu lagi Raina? Kenapa wajahmu merah?" Tanya Bu kasih gelagapan.
Raina hanya bisa diam menahan emosinya. Lalu tatapan Bu kasih berpindah ke depan raina.
"Aji? Raina? Sekarang ikut ibu keruangan BK!".
Tamat sudah nasib Raina.
⚖️***********************************
Udah chapter 2 aja nih, wkwk:v
Maap yaa ceritanya sedikit amatiran, tapi sebisa mungkin aku lanjutin kok:'Terus stay yaaa..
Oiyaa jangan lupa follow ig; @iisandr_

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Novela Juvenil(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...