12- Perjaka tua

33 25 0
                                    

"Kurasa cinta pertama ada kadaluarsanya"
- Juna


Pria berumur 26 tahun.

Memakai setelan jas yang pas. Dengan jam tangan melingkar gagah di pergelangan tangannya. Rambutnya yang mengkilap ingin di jambak. Serta manik mata yang berkilauan di tempatnya, ditambah senyuman yang membius para yeoja.

Arjuna Panji Argani.

Seorang pria yang berhasil lulus dari fakultas hukum, dan sekarang notabene nya sebagai Pengacara salah satu firma hukum di Jakarta.

Kini ia sibuk berkutat dengan layar laptopnya. Namun, kini pandangannya membuyar ketika melihat seorang gadis yang sedang menghentakkan kakinya kesal di atas tanah.

Ia akan bertemu dengan gadis itu.

****

Ia pulang dengan tangan kosong.

"Open the door!" Bentak Raina di depan pintu berharap pintu itu terbuka dengan sendirinya.

Ia berjalan gontai masuk ke kamarnya. Dengan muka masam di tekuk macam kanebo kering. Ia melepas sepatunya lalu berbaring di kasur andalannya.

"Hp gue! Ya ampun semoga aja bisa nyala," Raina mengambil charger di atas nakas, namun terdengar suara ketukan pintu rumahnya.

"Siapa?" Gumam Raina setengah berbisik.

Ia berjalan hendak membuka gorden jendela. Namun, langkahnya tertahan ketika mendengar suara yang sangat ia kenal.

Eza.

Buru-buru Raina keluar dari kamar, ia sempat melirik kaca untuk melihat penampilan nya.

"Maaf za lama--"

"Lo nggak papa?" Ujar Eza tanpa basa-basi.

"I.. iya gue baru pulang," Raina bingung dengan sikap Eza yang nampaknya sangat khawatir. Ia sedikit mengulum senyum saking senangnya melihat sikap Eza.

"Kok Lo malah senyum?" Selidik Eza.

"Hmm.. gue nggak kenapa-napa za," sahut Raina.

"Bagus deh, ya udah gue pulang."

"Udah gitu doang?" Ujar Raina tidak percaya.

"Hmm." Eza hanya mengangguk dan tersenyum.

Kini motor milik Eza melaju meninggalkan pekarangan rumah Raina.

"Kirain khawatir beneran," Raina kembali masuk dan menutup pintu rumahnya.

Tanpa sengaja tangannya masuk ke dalam saku cardigan yang tadi pagi ia pakai. Raina menemukan secarik kertas di tangannya. Ia melihat nama yang tertera di kertas tersebut.

"Arjuna Panji Argani," lirih Raina nyaris tak terdengar.

"Gue telepon sekarang!" Ia sedikit berlari mencari handphone di kamarnya.

"Hp canggih, Untung nyala. Tapi gue tetep minta ganti rugi," Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menghubungi nomor tersebut.

Tersambung.

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang