Saat itu benar, aku mencintai hujan.
Padanya; aku menemukanmu -- menemukan rindu tentang kita, yang tak lagi kita.
Sedikit kenangan darimu.Saat itu...
Pada senja yang kelabu,
kita berteduh.
Saat itu pun...
Kita masih malu-malu.Aku yang sangat menyukaimu, tapi takut untuk mengungkapkan.
Dan kamu yang malu-malu, pun tak ingin memulai lebih dulu.Hujan reda, ku beranikan diri tuk menyatakan rasa.
Rasa yang telah lama kupendam.
Rasa padamu...Kamu itu bagaikan tinta,
pada tiap tulisanku.
Kamu selalu melahirkan inspirasi, pada tiap baitnya.Namun sial!!!
Pada suatu waktu, ada lelaki lain datang mengganggu.
Merebutmu dariku!
Dan kamu pergi meninggalkanku!Meninggalkan luka yang begitu dalam.
Hingga aku seperti kapal karam.
Seketika inspirasiku pun hilang, lenyap, tak tersisah.
Bagaimana aku dapat menulis, jika pena ini tak bertinta.
Bahkan sempat terpikir untuk mengakhiri ini semua.Kini... Aku membenci hujan!
Sebab ia selalu membawa rindu.
Kini.......... Aku membenci rindu!
Sebab ia selalu membawa kamu.
Dan kini... Aku membencimu!
Sebab kamu telah membuat duka.Terimakasih atas duka
yang kau buat.
Semoga kau bahagia.
Aku, kan mencoba kuatKini, saatnya ku katakan,
selamat tinggal masalalu.
Dan saatnya ku persilahkan,
selamat datang cinta yang baru.-Randy Riffal-

KAMU SEDANG MEMBACA
Rangkaian Sederhana
PoetryTidak ada yang istimewa dari tulisan ini. Hanya unek-unek pikiran. Dan dari lelahnya rasa. Aku menamainya, rangkaian sederhana. #1 Bait on 8 September 2018 #1 Syair on 8 September 2018 #1 Sajak on 12 September 18