Empat

218 18 2
                                    

Diujung hari semua terasa tenang jika senja hadir dengan berbagai warna. Rasanya semua hal yang dilakukan ketika hadirnya senja menjadi nyaman dan damai.

Nayfa sedang memandangi indahnya senja dibalkon kamarnya, ditambah dengan buku diary nya yang sudah nayfa persiapkan untuk menulis berbagai kalimat penggambaran tentang senja.

Nayfa ingin sekali menikmati indahnya senja dengan pasangannya, namun semua itu hanyalah hayalan yang tidak akan mungkin terjadi.

Bagaimana tidak, pacar saja tidak punya apalagi mau memikmati senja bersama orang yang nayfa sayang. Mungkin saat ini orang yang ada dipikiran nayfa adalah raka pratama, orang itu sudah membuat pikiran nayfa melayang-layang setiap harinya.

"Ih bego, kenapa lu mikirin raka sih nayfa. Raka aja baru kenal kemaren, nggak mungkin banget raka suka sama gue, apalagi gue nggak cantik pasti raka nggak bakal suka" batin nayfa.

Nayfa memang belum bisa memikirkan kedepannya yang nayfa fikirkan saat ini adalah bagaimana dia kedepannya dan bagaimana nayfa bisa terus tersenyum walaupun dirinya masih sendiri.

Namun hati nayfa tetaplah hati yang selalu tertuju pada satu titik, dimana nayfa ingat sekali pesan kedua orangtuanya agar tidak memikirkan tantang pacaran diusia remaja.

Namun disisi lain nayfa ingin merasakan apa arti sebuah cinta yang sebenarnya selain kasih cinta kedua orangtuanya.

Kini hati nayfa tertuju kepada cowok tinggi yang notabetnya kakak kelasnya sendiri, namun nayfa juga tidak ingin merasakan sakit hati karna cintanya pasti akan bertepuk sebelah tangan. Dengan alasan hanya ada hati 1 yang ingin menyatu sedangkan hati 1 nya masih ambigu.

"Nayfa" panggil dina dengan membawa segelas susu putih kesukaan nayfa.

Nayfa langsung tersadar dari lamunannya, "iya ma,kenapa?" Tanya nayfa yang masih kurang fokus.

"Kamu ada masalah? Cerita sama mama sapa tau mama bisa bantu" tawar dina kepada anak perempuan satu-satunya.

"Enggak ada kok ma" jawab nayfa dengan menyembunyikan muka murungnya dengan tersenyum palsu.

"Tapi mama rasa kamu berbeda" tebak dina.

"Ahh mama bisa aja, mama bawa apa itu" ucap nayfa untuk mengalihkan pembicaraan.

"Mama bawa susu putih kesukaan kamu" jawab dina sambil menyodorkan segelas susu dihadapan nayfa.

Nayfa langsung menerimanya dengan senang hati sembari berkata "Hemm makasih ma, mama emang terbaik" ucap nayfa sambil  meneguk segelas susu buatan mamanya.

Dina hanya tersenyum  medengarkan ucapan anak perempuannya yang sudah mulai melewati fase remaja.

"Sekolah gimana? Ada kesulitan?" Tanya dina.

"Enggak kok ma, sekolah tetap aman, damai,sentosa" kekeh nayfa.

"Jangan bawa masalah luar dikehidupan sekolah kamu, kamu masih kecil bahkan belum bisa disebut dewasa, jadi pesen mama jangan aneh-aneh disekolah" pesen dina kepada nayfa.

"Iya ma, nayfa enggak bakal aneh-aneh" sahut nayfa.

"Iya udah, mama kebawah dulu mau nyiapin makan malem" ucap dina

"Oke ma" jawab nayfa dengan tersenyum.

Dina sudah keluar dari kamar nayfa, nayfa bisa dibilang bosan dengan rutinitasnya yang selalu begitu-begitu saja. Nayfa mengecek ponselnya untuk sekedar menghilangkan rasa bosannya.

Tiba-tiba ada notif masuk dari nomor tak dikenal.m

0856xxxxxxx

P

Ilustrasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang