Bagian 4 - Jatuh

2.1K 98 1
                                    

Terhitung sudah hampir dua bulan Hana bersekolah di SMA Adiyaksa. Gema menjadi sorotan dikelasnya bukan hanya karena ia pintar, tapi ia selalu mendahulukan kepentingan Hana. Misalnya seperti saat ujian bulanan, jika dilihatnya Hana masih belum selesai saat kertas harus dikumpulkan maka Gema akan memperlambat gerakkannya agar Hana selesai saat ia sudah sampai dimejanya.

Sama saat seperti Hana merasakan sakit diperutnya. Dengan sigap Gema meminta izin kepada guru dan membantu Hana ke UKS.

Melihat tingkah dan sikap Gema, Tiffany pun mulai merasakan sesuatu yang semakin runyam. Awalnya dia membiarkan perasaannya terhadap Gema dari kelas sepuluh mengalir begitu saja namun sekarang seperti ada bebatuan besar yang menghambat aliran itu. Kehadiran Hana mempersulit Tiffany mendapatkan perhatian Gema.

"Hana, ada yang mau aku bicarain." kata Gema.

"Apa tuh?"

"Nanti pulang sekolah bareng aku,ya?"

Hana melirik Nathan, berharap pria itu menolongnya. Paling tidak dengan mengatakan sesuatu yang bisa membantu Hana menolak ajakan Gema. Namun tak seperti yang diharapkan. Nathan sibuk dengan ponsel dan earphonenya.

"Oke." jawab Hana pasrah.

Setelah Gema pergi Nathan pun tertawa kecil. Dia seolah sedang meledek Hana.

"Gausah ketawa. Gak ada yang lucu." Ucap Hana dengan suara kecil.

•••

Bel istirahat berbunyi. Para murid berhamburan kelas dengan bringas. Seperti biasa, kursi disudut sebelah kanan kantin sudah diisi dengan anggota genk hitam. Setelah satu persatu kembali dari membeli makanan. Wajah Andre terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Gue kepikiran sesuatu." celetuk Andre.

"Apaan?" tanya Gilang.

"Gue ini kan lumayan ya. Tapi adek-adek gue lebih ganteng aja ketimbang gue. Sekarang gue tau kenapa."

"HILIH!" Haris menceletuk.

"APAAN CEPAT BILANG!" tanya Gilang tak sabaran.

"Orang tua gue dulu pas bikin gue kayaknya masih coba-coba dulu."  jelas Andre.

"Tapi gue anak pertama. Paling ganteng pula." ucap Gilang.

"Yaiyalah... ade lo cewek semua anjir!" 

Hanya Gilang yang selalu membalas dan menanggapi Andre. Haris, Deryl, Susan hanya dia memperhatikan kedua bocah beradu mulut. Sesekali mereka juga tertawa. Walaupun demikian, Andre dan Gilang saling membutuhkan satu sama lain. Mereka duduk bersama dikelas, bahkan Andre tau semua rahasia yang Gilang miliki.

"Susan!" panggil Andre. "Lo pacaran sama gue aja mau? Daripada lo kasian gak punya pacar karena temenan ama kita." sambungnya.

"Andre... lisan lo dijaga." ucap Haris.

"Tau nih! Nanti Susan baper." seloroh Deryl sambil tertawa.

Susan langsung menimpuk kepala Deryl dengan sedotan bekas es teh manis dingin.

"Kurang ajar lo." kata Susan.

"Susan... Andre serius..." ucap Andre.

"Lo kalau mau pacaran sama gue, nilai lo harus diatas rata-rata." Seloroh Susan.

POSESIF NATHAN [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang