Gedung resepsi sudah siap sejak sore tadi. Tapi kesibukan masih terasa di sana-sini meski beberapa pekerja sudah ada yang pulang dengan senyum mengembang di bibir mereka. Puas dengan apa yang mereka lakukan hari itu. Gedung yang semula kosong dan monoton kini telah disulap menjadi begitu indah dengan dominasi warna merah marun dan gold. Tempat duduk pengantin berdiri kokoh dikelilingi hiasan bunga yang menjuntai disekitarnya. Lampu kecil-kecil warna warni berkelip-kelip diantara bunga-bunga mawar yang semerbak harumnya.
Di sebelah kiri ada panggung khusus untuk band pengiring. Seorang artis terkenal Ibu Kota akan menjadi wedding singernya. Para pekerja dari sebuah katering yang ditunjuk nampak mondar-mandir mempersiapkan segala hidangan untuk para tamu yang akan berdatangan. Menu yang dipilih calon mempelai adalah masakan tradisional dan Eropa.
Sebentar lagi para tamu undangan akan memenuhi gedung ini. Beberapa pria berbadan tegap dibalik tuxedo hitam nampak berbicara melalui walkie talkienya untuk memantau keadaan.
Tidak lama kemudian para tamu undangan mulai berdatangan diiringi lagu-lagu cinta yang dinyanyikan sang wedding singer yang nampak anggun dengan balutan dress warna putihnya. Suasana gegap gempita saat kedua mempelai memasuki gedung.
Acara demi acara mulai digelar. Tidak ada yang membahagiakan selain ketika si mempelai wanita melemparkan sebuket bunga mawar merah kepada para gadis-gadis yang berdesakan. Jerit kegembiraan dan tawa para tamu undangan membahana tatkala bunga itu menjadi rebutan. Seorang gadis cantik memakai gaun malam yang indah yang beruntung mendapatkannya. Ia tertawa menggenggam bunga itu di dadanya. Mungkin dalam hatinya ia pasti akan segera menyusul sang pengantin.
"Anna."
Sebuah suara memanggil Anna yang sedang duduk di sudut ruangan menyaksikan acara yang digelar. Anna mencari sumber suara itu dan mendapati Wati yang sedang melambai-lambaikan tangannya kepadanya. Anna berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Wati yang sedang berbicara dengan seseorang.
"Kemana saja kau? Dari tadi aku mencarimu." Kata Wati dengan nada protes. Wati, meskipun dia adalah asisten Anna di tempatnya bekerja, tapi dia adalah juga tetangga sekaligus teman akrabnya. Wajahnya manis dengan rambut panjang melebihi bahunya. Tubuhnya sedikit gemuk tapi sangat lincah. Ia selalu tersenyum memamerkan kedua lesung pipinya.
"Ah...aku tidak kemana-mana."jawab Anna.
"Oh iya...aku ingin mengenalkanmu pada seseorang."kata Wati sembari menoleh pada laki-laki yang berdiri di sampingnya yang tadi mengobrol dengan Wati. "Dia adalah adik dari pengantin pria itu dan dia juga temanku waktu kuliah dulu."sambung Wati dengan wajah gembira.
Anna menoleh dan pandangan mereka beradu. Anna tersenyum sekilas. Sesaat ia merasa seperti mengenal laki-laki itu tapi entah dimana karena ia tidak begitu peduli dengan yang namanya lelaki.
"Bukankah anda yang telah menolong saya tadi siang? Bersama keponakan saya." Laki-laki itu berkata.
"Ah...benarkah?" Anna terkejut. "Aduh...maaf kalau ingatan saya sangat buruk." ujar Anna sembari mengangguk kecil dan sedikit gugup.
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan Annapun menyambutnya.
"Leo."
"Anna."
Anna tersentak saat merasakan genggaman tangan lelaki itu yang sangat kuat. Hanya dengan menyentuh tangannya saja hati Anna menjadi bergetar. Leo bukanlah laki-laki tampan seperti Sammy. Namun daya tariknya sungguh luar biasa melebihi Sammy. Postur tubuhnya tinggi tegap dibalik tuxedonya yang tidak bisa menyembunyikan kalau laki-laki ini sepertinya suka dengan olah raga. Tatapan matanya tajam. Hidungnya mancung, bibirnya sensual sedikit sinis serta rahangnya yang kokoh membuat laki-laki ini sungguh sempurna di mata para wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enggannya mencinta
RomanceTrauma tentang masa lalunya membuat Anna berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan makhluk yang namanya lelaki sampai ia bertemu dengan Leo yang telah memporak-porandakan hidupnya dan cintanya.