Enggannya mencinta 4

24.2K 771 7
                                    

Pagi ini cuaca sangat bersahabat. Matahari bersinar begitu indahnya meski harus menerobos rumah-rumah yang berdesakan. Cahayanya yang bisa membuat hangat sekujur tubuh tak mengurangi aktivitas semua orang yang harus bekerja di pagi hari. Termasuk seorang pemuda yang berhenti di depan toko bunga milik Anna. Ia mengambil sebuah tabloid di dalam tas yang ada di boncengan sepedanya lalu menghampiri Anna yang kelihatan sedang sibuk menata bunga-bunga yang masih segar. 

"Bu Anna, tabloidnya..." Kata pemuda itu setelah berdiri di samping Anna sambil mengangsurkan tabloid yang dipegangnya. Anna menoleh lalu tersenyum padanya.

"Ah...kau sudah datang. Baiklah...sebentar ya?" Ujar Anna lalu meletakkan sebuah pot bunga yang ditumbuhi mawar kuning yang sudah bermekaran di sebuah bangku kayu panjang yang di atasnya sudah berjajar rapi bunga mawar sejenis. Anna menerima tabloid itu lalu mengambil sejumlah uang dari saku celananya dan  memberikannya pada pemuda itu. 

"Terima kasih bu Anna...aku harus meneruskan pekerjaanku." Pemuda itu berpamitan.

"Ya...pergilah. Apa kau membantu ibumu hari ini?" Tanya Anna kepada pemuda itu yang dijawab dengan anggukan kepalanya sembari tersenyum lebar. "Baiklah...hati-hati di jalan ya.."

Pemuda itupun pergi meninggalkan toko Anna dengan mengayuh sepedanya. Pemuda yang rajin. Pagi-pagi ia pasti sudah berkeliling menyerahkan koran-koran kepada beberapa langganannya lalu ia pulang dan membantu ibunya membuka warung kecil miliknya sebelum berangkat sekolah.  Masakan ibunya sangat enak. Anna sesekali membeli nasi pecel di warung pemuda itu.

Anna melihat sampul tabloid itu sebentar lalu melangkah ke dalam tokonya. Ia mengambil tempat duduk yang ada di dekat deretan bunga krisan. Kursi malas dari rotan yang selalu ia duduki ketika tak ada lagi pekerjaan yang harus ia kerjakan. Dua orang yang bekerja padanya sudah datang dan kini mengambil alih pekerjaan yang ia lakukan tadi. Ia mulai membuka satu persatu lembaran tabloid yang dibelinya barusan. Masih seputar gosip artis-artis yang sedang hangat diperbincangkan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di negeri ini. Begitu asyiknya ia membaca sampai-sampai ia tak menyadari seseorang telah berdiri di depannya.

"Ternyata kau suka gosip ya...."

Sebuah suara yang berat membuat Anna yang sedang membaca dengan serius terkejut. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Leo yang berdiri di depannya sambil mengamati dirinya. Refleks Anna langsung berdiri. Dan sialnya, kenapa jantungnya berdentum lebih keras dari pada tadi?.

"Kau...? Sendirian?" Tanya Anna sembari melihat di belakang Leo melewati bahu laki-laki itu. Tak ada seorangpun di belakangnya.

Leo mengangguk cepat lalu ia berjalan begitu saja menuju sebuah sofa panjang yang ada di sebuah ruangan, tempat dimana Anna biasa menerima tamu yang akan memesan jasanya, lalu laki-laki itu menghempaskan tubuhnya di sana. Anna dibuat heran oleh kelakuan laki-laki itu, bahkan ia belum mempersilahkannya masuk, laki-laki itu malah sudah menyelonjorkan kakinya. Baru kemaren ia mengenalnya tapi lagaknya seperti ia pemilik rumah ini.

Anna menghampiri Leo lalu duduk di sebuah kursi yang ada di depannya. Diletakkannya  tabloidnya di atas meja. Kini ia memperhatikan Leo yang menyandarkan kepalanya di sofa. Heh!! Semalam laki-laki itu begitu rapi dan necis. Begitu angkuh dan sombong. Tapi pagi ini? Ia seperti bukan lelaki yang dikenalnya semalam. Leo nampak kusut. Meski aroma sabun yang maskulin tercium oleh hidung Anna yang tanpa sadar menghirup aroma itu perlahan. Mata Leo terpejam dan kini wajahnya terlihat sedikit relaks. Kelakuan lelaki itu yang tak biasa, membuat Anna sedikit gusar.

Ah...kenapa kehadiran laki-laki itu membuat jantungku bergetar tak normal? Kenapa aku tak bisa bersikap biasa-biasa saja seperti saat aku berhadapan dengan laki-laki lain yang berusaha mendekatiku? Anna mengeluh dalam hati.

Enggannya mencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang