Enggannya mencinta 8

19K 692 13
                                    

Hi readers.....

Jangan lupa......

Kritiknya....

Sarannya....

Votenya.....

Happy reading......

 *************************************************************************************

2 bulan kemudian....

Mendung menggelayut dengan cepat. Awan biru yang tadi pagi masih bersahabat kini berganti menjadi hitam kelam. Suara guntur mulai terdengar sepersekian menit. Hawa panas akibat hujan yang belum mau turun, membuat peluh terus saja menetes. Sebuah kilat menyambar bak foto raksasa yang memotret semua makhluk di bumi oleh tangan Sang pencipta. 

Tak berapa lama hujanpun membasahi bumi. Para pejalan kaki berlarian mencari perlindungan dari curahan hujan yang tiba-tiba saja datang. Kini yang terlihat hanyalah mobil-mobil yang lalu lalang yang nampak samar saking derasnya air hujan. 

Sebuah mobil BMW warna hitam berhenti di depan toko Anna. Seorang laki-laki keluar dari mobil itu dan berlari masuk ke dalam toko Anna lalu kedua tangannya mengibas-ngibaskan titik-titik air yang menempel di bajunya. Kini tangannya terangkat dan melakukan hal yang sama pada rambutnya yang ikal. Ia lalu melangkah lebih dalam sambil memperhatikan bunga-bunga yang berjajar rapi.

Hari ini Anna membolehkan 2 penjaga tokonya untuk pulang lebih awal karena toko tak begitu ramai pada saat musim hujan begini. Wati sedang membeli makanan yang ada di warung seberang jalan dan kemungkinan ia belum bisa kembali karena terjebak hujan. Anna beranjak dari kursinya dan menghampiri laki-laki yang berdiri membelakanginya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Anna dengan nada sopan.

"Ah ya...aku ingin mengunjungi teman relasiku yang sedang sakit. Kira-kira bunga apa yang cocok untuknya?" tanya laki-laki itu tanpa menoleh kepada Anna.

Anna merasa ada sesuatu dalam suara itu. Suara yang pernah dikenalnya. Tapi siapa?, batin Anna menebak-nebak. Ah, sudahlah. Anna tak menghiraukannya.

"Apakah anda tahu bunga kesayangannya?" tanya Anna.

"Ya. Ia suka bunga mawar merah." jawab laki-laki itu sembari menoleh bertatapan  muka dengan Anna. 

Anna terperanjat. Matanya terbelalak tak percaya dengan penglihatannya. Bibirnya tiba-tiba terasa kelu dan jantungnya serasa melompat keluar dari tempatnya. Bayangan sakit hati di masa lalu kini muncul kembali bagai meteor yang menghantam bumi. Keras dan menghancurkan. Bara api yang hampir padam mulai tersulut dan cepat menyebar keseluruh tubuhnya. Mendidihkan otaknya. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Rahangnya mengatup dengan keras. Matanya berapi-api memancarkan kemarahan yang tak bisa ia bendung lagi.

Lain halnya dengan laki-laki itu. Wajahnya mendadak pucat pasi seputih kertas menatap Anna seperti melihat hantu yang siap membunuhnya. Tubuhnya gemetar. Bukan karena hawa dingin yang mulai menyergap karena hujan deras yang mengguyur, namun bayangan kesalahan masa lalu yang membuatnya tak bisa bergerak dari tempatnya. Pundaknya melorot.

"A_Anna??" sebut laki-laki itu dengan suara tercekat.

Anna memandangnya dengan pandangan jijik. Matanya menyipit dan bibirnya tersenyum sinis. Anna mendengus dengan keras.

"Cih!! Kemana saja kau selama 9 tahun ini, huh?"tanya Anna dengan nada tinggi.

Laki-laki itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Ketakutan nampak jelas dari raut mukanya yang masih tampan meski kini sedikit berubah agak tirus. 

Enggannya mencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang