Help

1.7K 286 67
                                    

Johnny as supportive boyfriend
***

"Hei. Kok murung, kenapa?" Johnny menghampiri gue yang lagi duduk hening di sofa apartment dia. Dia duduk di sebelah kanan gue. Tangan kiri refleks ke bagian belakang gue, kayak ngerangkul tapi ngga, dia cuma naro tangan doang di belakang gue. Tangan kanan megang segelas air putih hangat. Kata Johnny jangan sering-sering minum dingin, biar lebih sehat. Bhaiq.

"Ini, masa temen kuliahku ada yang meninggal. Depresi trus bunuh diri."

"I am sorry to hear that, dear." Johnny merangkul pundak kiri gue, sambil tangannya mengusap-usap lengan kiri gue.

"Hmm thank you. Aku ga terlalu deket sih sama dia, tapi sedih, John, ga kebayang kalo temen deketku ada yang begitu. Kayaknya aku bakal hancur, karena aku merasa ga berguna jadi temen. Dan kamu mesti tau, alasan dia depresi adalah diputusin pacarnya.

Oke, ini terdengar sepele banget, tapi kamu tau kan rasanya udah sayang sama orang, trus tiba-tiba dia "berubah" menjadi orang lain. Yup, I know I know, people change. But not all changes are good, or having good impacts for others. Like... she kept asking why, what went wrong, and so on. While her man can't even give the answer, and left her behind, drowning in her depression. Ga tau lah, John. Aku pusing sendiri."

Johnny masih mengelus lengan gue, dan entah gimana itu sangat membantu membuat gue lebih kalem. Yep, gue sering gini nih, mikirin yang ga perlu dipikirin. Heu. Ngeribetin diri sendiri. Tapi beneran deh, kalo itu kejadian di inner circle gue, pasti gue akan nyalahin diri sendiri dan merasa gak berguna. Kalo kata Johnny, gue mikirin orang lain boleh, tapi jangan sampe mengabaikan diri sendiri.

"Kenapa coba dia bisa sampe bunuh diri? Gue ga ngerti, John. Dia kan bisa cerita sama temen-temennya, jadi bebannya gak ditanggung sendirian."

Johnny senyum.

"Sayangnya ngga semua orang bisa dijadiin temen cerita yang baik, setidaknya menjadi pendengar yang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayangnya ngga semua orang bisa dijadiin temen cerita yang baik, setidaknya menjadi pendengar yang baik. Lo pernah denger kan, orang itu seringkali mendengarkan suatu cerita untuk membalas atau memberikan saran. Padahal belom tentu si pencerita pengen dikasi saran. Dia cuma pengen didengerin. Yang ada temennya malah kayak ngasi ceramah, ya si pencerita jadi males cerita lagi lah."

"Ya atau dia bisa berdoa kan, John, mendekatkan diri sama Yang Di Atas? Tuhan kan pasti dengerin doa umat-Nya."

"Emang lo tau dia berdoa atau ngga? Itu kan urusan dia sama Tuhannya. Menurut gue, ga semua orang merasa doanya didengar atau dijawab oleh Tuhan. Ga semua orang peka dengan tanda-tanda yang dikasi Tuhan. Yang ada malah mikirnya 'ah sama aja gue mau doa apa ngga.' Pahadal bisa aja Tuhan udah ngasi jawaban, tapi dia ga peka, atau dia menolak jawaban yang dikasi Tuhan."

"Emangnya dia ga inget keluarga dia ya? Kan ada keluarga yang support dia terus? Kenapa ga lari ke mereka?"

"Lo sadar gasih, gak semua orang bisa sedeket lo dan keluarga lo. Ada yang malah merasa kasih sayang keluarga itu menjadi beban tersendiri, kalo dia emang ga bisa ngeliat sisi positifnya. Apalagi kita tau seringkali keluarga kita ngarepin kita macem-macem, dan kita keburu panik duluan sama harapan keluarga kita. Padahal mungkin bisa aja dibawa santai."

Gue nengok ke dia. Sejak kapan pacar gue bijak banget??

"Kenapa ngeliatin? Nanti makin naksir loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ngeliatin? Nanti makin naksir loh."

"IDIH PEDE BANGET MALES."

Johnny ketawa, kayanya bahagianya hanyalah sebatas ngeliat gue sewot salting gara-gara ucapan dia, kesel.

"Makanyaaa, kamu kalo ada apa-apa cerita sama aku, aku siap dengerin. Aku ga akan ngasi komentar kecuali kamu minta. Dan, ya, bener, people change, tapi balik lagi ke tiap orang akan menghadapi perubahan itu seperti apa. Pada dasarnya semua orang harus siap terhadap segala macam perubahan, dan harus selalu open minded, biar ga stress sendiri."

Dia nyubit pipi gue.

"Dan kamuuuu, karena kamu bukan psikiater atau psikolog, don't overanalyze everything, sewajarnya aja. Kita ngga depresi, dan kita ngga akan pernah ngerti sama mereka yang mengidap depresi. Tapi gimana pun juga, kita bisa do simple things to help them, cerita sesederhana apapun buat kamu mungkin ga berarti, tapi buat dia bisa jadi banyak maknanya. Dengerin kalo temen-temen kamu cerita, kadang mereka cuma butuh pendengar, dan bebannya udah sedikit terangkat. Tetep jadi orang yang berempati, tapi juga rasional."

"Well-noted, Sir!" gue nyengir sambil hormat ke dia. "Gue makin sayang deh, John, sama lo."

"Iya, gue juga makin sayang sama gue."

"BODOAMAT."







Dear Johnny, thank you for the wise words and your presence, it always gives me strength.

***

Hi, sorry for being so sentimental huhu. Ini dimulai dari gue baca Webtoon yang ada cerita tentang depresinya, kangen Jonghyun (dan SHINee ot5), macem2 :) trus gue juga pernah bahas sama temen-temen gue tentang depresi hingga bunuh diri, sebuah misteri yang sampe sekarang belom terpecahkan.

Sama gue lagi suka banget Underwater-nya Rendy Pandugo (iya lagi ngga kpop-an huhu), bikin gue merenung sendiri ga penting hha.

Anw dari cerita ini gue cuma pengen kita sadar bahwa bisa jadi temen-temen kita sendiri ada yang sedang butuh diperhatikan, tapi kita ga peka, cenderung menyepelekan, atau malah mengabaikan. Jadi, jangan males basa basi, a simple "pakabaaar brosissss" aja udah cukup kok, sebelum semuanya terlambat :) Kecuali emang dia udah super menutup diri, ya apbolbu alias apa boleh buat, tapi setidaknya kita udah mencoba lebih peduli kaan.

Yak karena makin lama makin bacut kusudahi di sini ya notesnya. Buat pembaca baru, HALOOOOO! Semoga sukaaa yaa sama karakter Johnny di sini. See you next week guys! xox 🌻xox

Dear JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang