Part 5 ~ Kebahagiaan Kecil Di Balik Rasa Takut

1.2K 151 49
                                    

"Mamas Depan! "

Devan yang tengah duduk-duduk santai di teras sembari memainkan ponselnya, dibuat menoleh paksa saat sebuah suara cempreng bocah cadel terdengar. Dari dalam rumah singgah, Ghifari Syauqi atau yang kerap disapa 'Ari' terlihat berlari menuju ke arahnya seraya tersenyum lebar.

Devan balas tersenyum lalu mematikan ponselnya dan menyimpan benda tersebut di saku celana. Untuk kemudian menyambut kehadiran Ari, bocah berusia empat tahun itu dengan gembira.

Devan anak tunggal, dan ia sangat ingin memiliki seorang adik. Dan rumah singgah seolah mewujudkan mimpi anak itu. Sebab di sanalah ia dipertemukan dengan Ari juga Shana, bocah lucu, cerewet, dan kelewat pintar yang menjelma sebagai adik perempuan baginya.

Tak hanya itu saja, Devan juga seakan mendapat bonus tambahan dengan adanya perhuni lain, yang berperan layaknya Kakak dan para pengurus rumah singgah yang seakan sudah seperti anggota keluarga sendiri.

Ah. Rasanya Devan tak akan pernah menyesal, untuk tinggal di sini.

"Mamas Depan! Moli niih! "

Cepat saja fokus Devan tertuju pada Ari ketika dengan bangganya bocah berbalutkan kaus bergambar Thomas and Friends itu menyerahkan Moli- kucing kecil nan imut itu kepadanya.

"Pegangin ya," ujar bocah itu.

Devan mengiyakan, memangku anak kucing itu sambil memperhatikan Ari yang tampak sedang menggeret kotak pelastik berwarna kuning seperti kandang tikus ke dekatnya. Namun sedetik berselang, Devan terlonjak ketika menyadari ternyata hewan yang ada di dalam kotak itu adalah anak bebek. "Ari, it-itu kamu bawa Ce- Ceci?" tanya Devan, geli melihat kepala Ceci menyembul dari celah berbentuk jendela di kandangnya.

Ari mendongak, menatap Devan dengan mata beningnya sambil menjawab, "Heeh."

"Kenapa Ceci dibawa segala, sih? " tanya Devan. Raut ketakutan tak lagi bisa disembunyikan lelaki itu.

Ari mengerjapkan matanya beberapa kali, memandang Devan, lalu Ceci, Devan lagi, dan Ceci lagi sebelum akhirnya dia menjawab, "Kan Cecinya 'kan mau ikut sini. Mau main sama Moli aja," jawab Ari polos.

Dalam hati, Devan ingin mengumpat saja. Memangnya bisa ya, kucing dan bebek bermain bersama? Memangnya apa yang akan kedua makhluk berbeda jenis itu lakukan jika bermain bersama?

Hmm. Memang dasar ya, pola pikir anak anak itu terkadang tak masuk di akal. "Terus, itu sekarang gimana? " Devan menatap Ari dan Ceci bergantian.

Ari mengrenyitkan dahinya, tidak mengerti. Apanya yang 'gimana? "Ceci mau main sini," jawabnya asal.

Devan mendesah pasrah sekaligus ingin tertawa ketika melihat Ari kebingungan. Dia lantas menunduk sambil mengelus tubuh Moli yang berada dalam buaiannya kemudian menatap Ari . "Gimana kalau sekarang kita mainnya di sana?" tawar Devan sembari menunjuk sebuah karpet yang terbentang di teras. Tempat anak anak bermain, atau para pengurus panti bercengkerama di sore hari.

Ari mengangguk saja sambil sibuk memperhatikan tingkah Ceci yang berada di kandang. Sebelum akhirnya Devan menuntun lengannya untuk berjalan ke karpet yang dia maksud.

Devan mendudukkan bokongnya di atas karpet besar berwarna-warni itu, sembari memangku Moli yang mulai nyaman bersamanya. "Ari, duduk sini. "

Bocah itu menggeleng. Manik matanya mengitari halaman rumah singgah yang cukup luas ini, dan berhenti pada sebuah keran air. Devan diam saja memperhatikan apa yang kira kira bocah bertubuh gempal itu akan lakukan.

"Mamas Depan, " panggil Ari.

Devan berdeham sekali, sembari memperhatikan wajah Ari.

"Nan eh Sana-Sana mana? " tanya Ari. Bocah itu terlihat memperhatikan sekitar, mencari keberadaan Shana, si gadis kecil penghuni rumah singgah yang kerap menemaninya bermain jika ia sedang dititipkan seperti hari ini.

GLIMMER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang