Part 21~ Kehilangan Lainnya

628 71 2
                                    


“Kehilangan memang menyakitkan. Ditinggalkan memang menyedihkan. Hancur, kemudian tangisilah! Setelah itu bangun, dan sadari bahwa kalian lebih kuat dari sebelumnya.”

--Habi🐘--

Lunch meeting Tyo hari ini berjalan lancar. Tidak ada topik yang tertinggal yang harus di-follow up pada pertemuan berikutnya. Namun, sayangnya, sebagai PIC, Tyo harus pulang terlambat karena ada beberapa vendor yang dibawahinya rewel tentang pembagian booth.

“Kekhawatiran kalian tidak beralasan! Ini event besar, ada lebih dari tujuh ratus vendor berpartisipasi.”

Berdiri dari kursinya, Tyo tersenyum, kemudian mengangkat ponsel pintarnya untuk memperlihatkan sesuatu.

Event map sudah di-release, pilihan kalian. Take it or leave it,” tukas Tyo dengan senyum yang sulit diartikan. Kemudian melenggang pergi, meninggalkan pemilik vendor favors and gifts juga bridal/dress, attire dalam pilihan sulit. Antara berlapang dada menerima jatah booth yang letaknya kurang strategis dan berakhir sepi pengunjung, atau tidak berpartisipasi sama sekali dan melewatkan kesempatan besar untuk dikenal dunia.

Tyo memang ahlinya menyudutkan seseorang.

***

Niat Tyo ingin pulang tepat waktu ternyata belum terkabul. Dia baru keluar dari restoran The Trans Luxury Hotel pukul empat sore, pada jam sibuk, dan berakhir terjebak oleh kemacetan yang mengular. Panjang dan menjenuhkan.

Sedari tadi ponsel Tyo terus bergetar, paling juga Erland yang menanyakan posisinya dan jam berapa dia akan sampai rumah. Tyo heran, tidak biasanya Erland seaktif ini. Baru berselang lima belas menit dari pesan terakhir Erland yang Tyo balas, bahkan Nissan Terra yang membawanya belum bergulir bebas, Erland sudah mengirim pesan-pesan lain dengan isi yang sama dengan sebelumnya.

Karena itu, Tyo membalas pesan Erland singkat kemudian beralih pada nomor lain. Nomor telepon orang kepercayaan Tyo di rumah.

“Halo, iya Ibu?”

“Apa terjadi sesuatu di rumah?”

“Hmm … ada beberapa teman Mas Erland berkunjung ke rumah, Ibu.”

Tyo bisa mendengar getar keraguan dari ujung panggilan. Membuat rasa curiganya semakin menjadi.

“Teman Erland? Yang mana?”

“Hmm sebenarnya ….”

“Gavin?” 

“Iya, Ibu. Dan juga ….”

“Anak-anak rumah singgah? Ada perlu apa mereka ke rumah?”

“Saya kurang paham, Bu. Tapi sepertinya, mereka sengaja menyiapkan sesuatu untuk Ibu.”

“Benarkah?”

“Apa saya harus bertindak, Bu?”

“Jangan, jangan dulu. Biarkan saja mereka! Ajak yang lain juga untuk menyingkir ke belakang, tunggu panggilan telepon dariku.”

“Baik, Bu.”

Sambungan telepon terputus, dan Tyo hanyut dalam prasangkanya. Mulai memikirkan banyak kemungkinan di balik kedatangan penghuni rumah singgah ke kediamannya.

Tyo memejam, menyandarkan tubuhnya pada kursi penumpang senyaman mungkin, coba menghilangkan penat yang akhir-akhir ini begitu menjerat.

Isi kepala Tyo penuh, dalam pejamnya memikirkan banyak hal. Erland dan sakit yang dideritanya, event tahunan berskala internasional yang akan terselenggara minggu depan, dan sekarang dia harus memikirkan penghuni rumah singgah.

GLIMMER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang