Part 19 ~ Kejutan

345 65 7
                                    

Tuhan menciptakan seseorang dengan hati yang tabah. Walaupun sering menerima luka yang parah. Dibalik semua cobaan dan tekanan kehidupan, tuhan memiliki rencana yang lebih Indah.

-Rafa Arkana-
______________

Sudah lama rasanya, Rafa tidak berkunjung ke rumah singgah. Semenjak ia pindah sekolah ke Jakarta, dikarenakan ia harus ikut bersama orang tuanya yang dipindah tugaskan. Sebenarnya bisa saja Rafa tetap tinggal di Bandung, nge-kost atau tinggal di rumah singgah. Namun, orang tuanya tidak mau meninggalkan Rafa sendiri, sepertinya takut jika Rafa akan melakukan hal semaunya tanpa pengawasan orang tua.

Di rumah singgah ini, banyak sekali yang ia lewatkan, momen kebersamaan bersama Nevan di sekolah, dan anak-anak penghuni rumah singgah lainnya.

Hari ini, Rafa baru saja sampai di Kota Bandung. Kemarin ia dikejutkan dengan kabar bahwa salah satu temannya—Zevan, yang telah berpulang ke hadapan Yang Maha Kuasa, Tuhan telah mengambil Zevan. Tentu Rafa sedih, marah, kecewa pada diri sendiri. Hanya satu yang ia bisa lakukan pada saat itu, menangis dan mengurung diri di dalam kamar, merutuki kesalahannya yang tidak ada di sisi Zevan di saat-saat terakhirnya.

Assalamualaikum.” Rafa membuka lebih lebar pintu utama yang terbuka sedikit.

Waalaikumsallam,” sahut Bunda Nana yang sedang bermain bersama anak-anak.

“Astaga, Rafa. Akhirnya kamu datang.” Bunda Nana menghampiri Rafa yang masih berdiri di ambang pintu. Kemudian Rafa bisa melihat Bunda Vio yang melangkah cepat dari arah taman belakang. Sepertinya mendengar kedatangannya.

“Astaga, Rafa. Kamu datang, ayo sini masuk. Ada Nevan di belakang,” ajak Bunda Vio merangkul pundak Rafa. Membawa Rafa ke halaman belakang di mana semua penghuni rumah singgah sedang berada di sana untuk merencanakan kejutan untuk Nyonya Tyo.

“Bunda.” Langkah Bunda Vio terhenti ketika suara Rafa memanggilnya dengan lirih.

“Kenapa?” tanya Bunda Vio.

Bunda Vio terlihat terkejut ketika Rafa tiba-tiba memeluknya. Mata Rafa berkaca-kaca, rasa bersalah kini menyelimuti perasaannya. Seharusnya kemarin ia cepat pergi ke Bandung agar ia bisa melihat Zevan untuk yang terakhir kalinya.

“Kamu kenapa?” tanya Bunda Vio, sambil mengelus punggung Rafa.

“Maafin aku, aku gak ada di saat Zevan pergi,” ucap Rafa terbata-bata. Selanjutnya, Rafa melihat Bunda Vio menganggukan kepala.

“Sudahlah, tidak apa-apa. Toh kamu tidak mungkin langsung ke sini sedangkan kamu di Jakarta sedang sibuk sekolah. Zevan pasti ngertiin kamu,” ucap Bunda Vio  menenangkan Rafa.

“Benar, kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Kamu hanya perlu mendo’akan Zevan saja,” sahut Bunda Nana yang masih berada di sana bersama Shana dan juga Ari, kedua bocah lucu yang sangat Rafa sayangi.

“Kak Rafa, jangan sedih dong. Kata Bunda, cowok itu nggak boleh nangis,” ucap Ari dengan polosnya. Rafa melepaskan pelukannya tersenyum menatap Ari yang Rafa rindukan.

“Kakak nggak nangis, malu dong sama Shana. Ya kan, Shana?” Rafa menatap Shana, dan Shana hanya mengangguk malu.

Sesampainya di rumah singgah, tidak ingin beristirahat terlebih dahulu Rafa langsung meminta Nevan untuk mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir Zevan.

***

Beberapa hari ini Rafa disibukkan untuk membantu para penghuni rumah singgah membuat kejutan untuk Nyonya Tyo. Dengan bantuan Erland, mereka membuat kejutan di kediaman Nyonya Tyo yang kebetulan sedang tidak ada di rumah.

Nevan sibuk dengan laptopnya menyiapkan video yang akan ditayangkan. Video yang Nevan buat bersama Rashi dan Rafa dulu ketika datang ke rumah singgah. Rafa bisa melihat mata Nevan yang berair saat memutar kembali video itu, pasti teringat masa-masa kebersamaan mereka.

“Dev, tolong dong pasang layar proyektornya di depan sana, jadi kan pas Nyonya Tyo masuk dia langsung liat tuh,” ujar Rafa yang sedang memperluas ruangan dengan menyingkirkan beberapa kursi dan meja ke pinggir.

“Oke.” Deva langsung menata layar beserta menata proyektor-nya.

Seketika rumah Nyonya Tyo disulap menjadi rapi oleh anak-anak rumah singgah, semua sudah siap, kini tinggal menunggu Nyonya Tyo pulang.

Rafa melihat ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang kurang. “Land, tanyain dong. Nyonya Tyo udah sampe mana?” tanya Rafa.

“Bentar. Gue chat dulu deh.” Erland merogoh kantung saku jaketnya untuk mengambil Ponsel-nya.

Sudah pukul tujuh malam dan Nyonya Tyo belum juga ada kabar. Sembari menunggu kabar Nyonya Tyo, Rafa berlatih beryanyi bersama Shana, mereka berlatih lagu yang akan mereka nyanyikan untuk Nyonya Tyo. Lagu yang akan mereka nyanyikan adalah sebuah lagu milik Armada band yang berjudul Keluarga. Rafa memilih lagu itu karena dari lagu tersebut ia belajar, bahwa jika ingin bahagia, maka kalian harus mensyukuri segala nikmat yang sudah Tuhan berikan.

Tak lama Erland mengatakan bahwa mamanya sedang dalam perjalanan pulang. Semua pun bersiap mengambil posisi masing-masing. Tidak lupa semua lampu dipadamkan.

Terdengar suara Nyonya Tyo membuka pintu lalu menutupnya kembali. Nyonya Tyo pasti merasa heran ketika memasuki rumahnya yang terlihat gelap. Dapat Rafa lihat Nyonya Tyo memasuki rumahnya lebih dalam lagi, dengan berjalan pelan takut kakinya terantuk meja atau pun kursi tungkai saat kakinya memasuki ruang keluarga.

“Loh, kok gelap sih. Pada ke mana orang rumah?” gumam Nyonya Tyo.

Rafa bisa menyaksikan Nyonya Tyo yang terkejut ketika layar proyektor itu menyala menampilkan video anak-anak yang sedang bermain, tertawa bersama, berlari kesana-kemari tanpa beban.
Terlihat Ari yang merengek minta digendong oleh Rashi. Kebersamaan anak-anak singgah yang sedang mengadakan piknik ala-ala di halaman belakang.

Dan di akhir video anak-anak rumah singgah berkata,“untuk Nyonya Tyo, kami mohon untuk tidak lagi mengusik rumah kami! Kami bahagia berada di rumah singgah ini. Apa Nyonya Tyo tega melihat kita bersedih?” Rafa berharap semoga cuplikan video tersebut mengundang simpati Nyonya Tyo, karena dari tempat Rafa berdiri dia bisa melihat Nyonya Tyo terpaku menatap layar proyektor dengan mata berkaca-kaca.

Di ujung ruangan Nyonya Tyo mendengar suara petikan gitar yang semakin terdengar jelas, Nyonya Tyo tidak bisa melihat jelas dia siapa, karena ruangan yang gelap dan hanya ada cahaya dari proyektor saja, itu pun remang-remang.

Rafa bersama Shana perlahan berjalan ke tengah ruangan sambil bernyanyi.

Aku berdiri sendiri
Mensyukuri yang kumiliki
Tempatku yang paling indah

Awal mula semua bahagia
Tak ternilai tak terganti
Di sini tempatku mencurahkan segalanya
Keluh kesah di dalam hidupku
Tak peduli kata dunia
Karena di sini ... di sini keluarga ....

Di pertengahan lagu, Rafa menitihkan air matanya. Walaupun ia jarang sekali berkunjung ke rumah singgah, namun Rafa sudah menganggap rumah singgah ini rumah kedua baginya. Maka ia tidak rela pada siapa pun yang mengusik penghuni rumah singgah.

Ku bersyukur mendapatkan segalanya
Tempat membagi bahagia
Inilah yang paling utama
Karena disini ... disini keluarga ....

Aku berdiri sendiri
Mensyukuri yang ku miliki
Tempatku yang paling indah
Awal mula semua bahagia
Tak ternilai tak terganti
Di sini tempatku mencurahkan segalanya
Keluh kesah di dalam hidupku
Tak peduli kata dunia
Karena di sini ... di sini keluarga ....

Kubersyukur mendapatkan segalanya
Tempat membagi bahagia
Inilah yang paling utama
Karena di sini ... di sini keluarga
Ooooo dalam setiap sedihku
Ada tempat …..

Rafa menangkapnya, momen di mana Nyonya Tyo terpaku oleh hasil kerja keras mereka. Seharusnya Nyonya Tyo merasa bersalah karena telah mengusik penghuni rumah singgah.

_____________________________________

  Writen By jasminecns and SweetStoryArea members.

GLIMMER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang