[11]

1.2K 41 1
                                    

•••

Kantin belakang memang selalu ramai, tapi tidak seramai sekarang yang dilihat Mawar, banyak siswa yang melingkar, dan bersorak-sorak hingga terasa sesak disini.

Apa yang terjadi? Semakin banyak orang Mawar semakin penasaran. Cewek itu menyelipkan dirinya dari kerumunan orang-orang agar bisa melihat apa yang terjadi.

Cewek itu langsung membeliak dengan mulutnya yang spontan menganga.

Vian? Gino? Mereka kembali bertengkar, ah bukan dari pada bertengkar kelakuan mereka lebih layak jika di sebut simulasi saling membunuh.

Keterlaluan.

"Vian!" Seru Mawar, entah kenapa cewek ini berteriak secara spontan.

Vian menoleh dan Gino memanfaatkan itu, saat Vian lengah , Gino menendang perut Vian dan meninju pipi kanan Vian.

Guntur langsung sigap menahan Gino yang emosinya sudah tidak bisa mereda. "Mawar lo bawa Vian, gue sama Ridho nahan si Gino, cepet!!" Teriak Guntur sambil menahan Gino.

"Lepasin gue bangsat!" Gino berontak.

Tanpa berpikir dua kali Mawar langsung menarik Vian dan membawanya ke rooftop.

Cowok ini sama sekali tidak ingin dibantu, untuk di papah saja Vian terus-terusan menepis.

"Ngapain lo bawa gue kesini? Pake otak dong!" Masih terasa emosinya.

"Kalem aja dong!" Mawar ikut berteriak jadinya. Cewek itu mengeluarkan sapu tangan, plester dan air mineral yang Mawar sebelum melihat Vian bertengkar.

"Kapan lo beli itu semua?" Tanya Vian, sekarang mimiknya sudah mulai agak ramah.

"Apa? Ini?" Tanya Mawar sambil memperlihatkan plester dan sapu tangan. Di balas anggukan Vian. "Setiap hari, kali aja gue jatoh atau kepeleset. Kalo minum baru gue beli," jelas nya.

Mawar mulai menuangkan air ke sapu tangan lalu membersihkan luka yang mengeluarkan darah di wajah Vian. Mawar meniupi luka Vian sambil meringis, merasakan sakitnya walaupun tidak ikut terluka.

Hingga akhirnya cewek itu terdiam nanap, baru sadar wajahnya terlalu dekat dengan wajah Vian, membuat cewek itu buru-buru menjaga jarak.

Mawar berdehem kencang, sengaja. Jantungnya seperti tidak di pompa dengan benar, degupnya terlalu cepat hingga terasa hampir meledak.

"Lo ngapain berantem sama Gino?" Tanya Mawar, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.

"Bukan urusan lo," jawab Vian.

"Ihh." Mawar memutar bola mata nya. "Gue tau kok, lo pasti ngerebutin cewek lo yang dulu itukan?"

Sontak membuat Vian menautkan alis. "Gosip dari mana?"

"Semua orang juga tau kali. Seluk-beluk tentang lo semua juga tau!" Jawab Mawar. "Kayaknya dia sepenting itu ya?!" Jujur saja Mawar agak ragu ketika mengucapkan hal itu. Agak pribadi soalnya.

"Penting, banget, seseorang hampir mati, gue bakal permasalahin sampe kapanpun," jelas cowok itu dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Life must go on, Vian!" Mawar tidak bisa menahan apa yang isi hatinya katakan. Agak takut cowok itu marah, tapi tetap saja rasanya harus banget Mawar keluarkan.

"Maksud lo?" Tanya Vian tidak mengerti.

"Move on? Banyak tau yang suka sama lo, tulus sama lo, emang agak narsis, tapi gue salah satunya," ucap Mawar sambil natap langit tidak berani menatap Vian yang kini memperhatikannya.

"Gue gak tau caranya, beberapa kali gue coba tapi hasilnya nihil, pikiran gue tetep stuck di dia," balas Vian sambil menatap Mawar, tatapannya penuh arti, entah itu rasa sedih atau rasa bersalah.

Mawar menatap balik lalu tersenyum. "Gue ... gue nungguin lo buat buka hati lo, gue ada, gue gak kemana-mana."

Vian tidak menjawab, hanya diam tanpa berekspresi. Mawar sedikit sedih karena sepertinya Vian tidak akan pernah membuka sedikit pun pintu untuknya.

Mawar menghembuskan napas panjang. "Yaudah gue balik dulu, nanti ganti plesternya," ujar Mawar berdiri dan hendak berjalan.

Vian menahan dan menarik tangan Mawar, spontan Mawar membalikan tubuhnya hingga wajahnya berdekatan dengan Vian, sangat dekat hingga Mawar bisa merasakan deru napas cowok itu.

Mawar menelan ludah gugup, jantungnya berbunyi dengan irama yang begitu keras.

"Gue mau," ucap Vian.

"Hah?" Mawar mngerutkan kening tidak mengerti.

"Gue mau move on, bantuin gue move on!!" Ucap Vian yang berhasil membuat Mawar benar-benar jantungan.

Mawar tidak bisa berkata-kata lagi, itu artinya pengakuan kan? Itu ajakan pacaran? Atau apa?

"Wait, jadi maksud lo kita--"

"Lo jadi cewek gue sekarang." Vian memotong ucapan Mawar.

"Pacaran? Kita berdua?" Mawar masih belum bisa mencerna apa yang terjadi.

"Kalo lemot, gue berubah pikiran."

"Jangan-jangan," Protes Mawar.

"Yaudah gue pergi dulu, kayaknya udah banyak guru yang nyariin gue buat urusin yang tadi." ucap Vian.

Mawar mengangguk. Setelah Vian pergi ke bawah, Mawar menampar pipinya sendiri berkali-kali, berharap ini bukan mimpi. Dan jika ini mimpi Mawar berharap dia tidak akan pernah bangun.

Ini real? Nyata? Asli? Beneran? Mawar menuruni tangga dengan wajah yang masih melongo tidak tau harus bereaksi bagaimana.

Mawar masuk ke dalam kelas dan langsung duduk tanpa berkata-kata, wajahnya yang menghawatirkan tentu saja membuat teman nya sangat panik.

"Kenapa? Lo kenapa?" Tanya Sisil.

"Tunggu dulu, Sil ...." Mawar mengubah posisi duduknya jadi menghadap Sisil. "Tadi kan di rooftop, dia bilang dia mau move on, terus dia mau gue bantuin move on, terus dia bilang gue jadi ceweknya sekarang, itu maksudnya?"

"Hah? Apa? Lo jadia--" teriak Sisil di dalam kelas, Mawar langsung menutup mulut Sisil menggunakan tangannya.

"Tunggu dulu!" Mawar mencegah Sisil untuk membuat gosip.

"Serius demi apa lo? Beneran?"

Mawar mengangguk mantap.

"Itu berarti dia ngajakin lo pacaran, ihh gemes deh gue sama otak lo." Sisil menghujat dengan senyuman.

"Ehhh!! Ngomongin gue ya lo pada?" Celetuk Dira yang sedang berjalan ke arah Mawar dan Sisil.

"Dira yaampun sumpah ini gue greget sendiri bilangnya." kata Sisil.

"Apaan dah? Gue penasaran nih, ada apa lagi?" Tanya Dira dengan wajah penasarannya.

"Sini deketan!" Perintah Sisil.

"Mawar jadian sama Vian!" Bisik Sisil sambil tertawa.

"Sumpah lo? Demi apa?" Teriak Dira beruntung kelas sedang kosong pelajaran. Mawar menyeringai lebar.

"Wadoh gue mimpi apa nih semalem? Pajaknya apa nih? Tapi tunggu, ini gue gak mimpi kan? Ehh ini sumpah gak mimpikan? Beneran nih?" Tanya Dira setengah pingsan.

"Gue juga ngira ini mimpi Ra, kalo iya gimana ya?" ujar Mawar polos.

"Aaaaaa temen gue yang jomblonya udah akut punya pacar jugaaa." Dira kembali berteriak dan berhasil membuat teman sekelas berbalik melihat kearah mereka bertiga.

MAWAR (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang