[12]

1.1K 54 6
                                    

•••

Sepertinya sudah jadi hal lumrah bagi anak-anak SMAN-GI, hal yang ingin Mawar tutupi mati-matian pada akhirnya kecolongan juga. Gak tau siapa yang nyebarin, tapi bikin jantung Mawar dag dig dug serr.

Nah, itu dia masalah yang sudah ada di depan mata. Pagi ini setiap Mawar melewati lorong atau koridor kelas, pasti ada saja yang berbisik-bisik yang sengaja dibuat kedengaran.

Cewek itu gak sih?

Yakin Vian pacaran sama dia?

Sama mantan Vian yang udah-udah kalah jauh anjir!

Pelet gak sih?

Paling seminggu juga Vian bosen.

Sungguh Mawar tidak perduli dengan mereka semua, tapi kalimat terakhir itu, apa benar? Apa benar Vian akan memutuskan hubungan mereka jika sudah mencapai satu minggu?

Ah tidak, memang harus extra sabar jika memang pacaran dengan salah satu orang yang  famous di sekolah.

Saat Mawar berjalan menuju kelasnya, cewek itu melihat punggung seseorang yang sedang berjalan. Punggung laki-laki yang tentu saja sudah sangat Mawar kenali.

"Vian." panggil Mawar.

Vian menoleh, tapi tidak memberhentikan jalannya. Terpaksa Mawar yang harus berlari agar bisa berjalan bersamaan.

"Apa?" Tanya Vian.

Mawar menggeleng sambil terkekeh. "Nggak, manggil aja," jawab Mawar sambil tersenyum.

"Udah sarapan?" Tanya Vian.

"Udah, kalo lo?" Tanya balik Mawar.

"Bagus kalo udah." jawab Vian.

"Kalo elo?" Tanya Mawar lagi, karena pertanyaannya belum Vian jawab.

"Nanti istirahat," ujar Vian.

Mawar mengeryitkan dahi. "Kok gitu? Harusnya sekarang," protes Mawar. Mana ada sarapan waktu istirahat? Lebih ke makan siang kalo gitu.

"Nanti."

Mawar mengulum senyum, cowok itu tidak menunjukan gelagat risihnya ketika Mawar bertanya.

"Gk boleh nanti-nanti kalo sarapan," ucap Mawar protes.

"Nanti." Vian berhenti berjalan dan Mawar pun juga ikutan berhenti.

Vian tersenyum sedikit lalu mengacak-acak rambut Mawar. "Gue ke kelas dulu ya!"

Dalam seketika pipi Mawar memanas, bulat mengembang seperti tomat merah. Garis senyum langsung terlihat jelas diwajahnya.

Hanya mengacak-acak rambut. Iya rambut yang di acak-acak tapi hati yang berantakan.

•••

Mawar dan Vian berjalan beriringan saat pulang sekolah, hening, itu hal baru yang harus dipelajari di dalam kamus Mawar. Keheningan.

"Lo pulang sama siapa?" Tanya Vian.

"Berdua kok," jawab Mawar.

"Gak nyambung, gue nanya sama siapa?" Tanya Vian lagi.

"Amang angkot!" Seru Mawar.

Jika berangkat sekolah Mawar memang diantar bro Jordan namun saat pulang sekolah Mawar sering naik angkot kecuali saat Mawar benar-benar lelah atau ada urusan baru menghubungi bro Jordan untuk menjemputnya.

Dan berdesak-desakan dengan yang lain, itu hal yang seru menurut Mawar dari pada harus duduk sendiri.

"Lo masih suka naik angkot?"

"Iya, kan gue udah bilang, gue gak suka dijemput," ucap Mawar.

"Gue anterin lo pulang," Vian menarik tangan Mawar tanpa sempat Mawar mengiakannya.

Saat berjalan keparkiran sekolah, entah dari kapan Vian memperhatikan Mawar, tapi dia memberitahu Mawar jika tali sepatunya lepas.

"Tali sepatu lo lepas," ujar Vian.

"Alah gak papa, sebentar lagi juga nyampe ke parkiran." Saking senangnya Mawar tidak peduli dengan tali sepatu.

"Benerin, nanti lo jatoh," kata Vian.

"Gak usah, terlanjur--"

Tiba-tiba Vian berdiri dihadapan Mawar, dia berjongkok dan mengikat tali sepatu Mawar yang lepas dari ikatan.

Mawar meronjat kaget, "Lo ngapain?" Tanya nya.

Tak ada jawaban dari Vian, bodohnya kenapa Mawar bertanya ngapain? Jelas Vian sedang mengikat sepatunya.

Setelah Vian mengikat tali sepatu Mawar dia berdiri dan lanjut berjalan lagi, tanpa menggubris keadaan Mawar yang sudah kaku seperti patung.

'Romantis, tapi nyebelin' batin Mawar.

"Lo mau disitu terus atau balik bareng gue?!" teriak Vian.

"Tu-tungguin," Mawar langsung lari.

Vian menghidupkan motornya, kemudian Mawar naik, motor ninja putih itu pun melaju begitu kencang sampai Mawar tidak berani bergerak.

"Vian, lo mau ngajakin mati? Jangan sama gue, gue masih mau hidup," teriak Mawar sambil istigfar.

Gak ada sahutan dari Vian, sampai akhirnya Vian berhenti mendadak disebuah Warteg pinggir jalan.

"Gue mau makan dulu," Ujar Vian sambil turun dan membiarkan Mawar duduk di jok motor ninja putihnya.

Setelah beberapa langkah Vian berhenti dan menengok kearah Mawar, Disitu Mawar sudah sangat senang, dia berpikir bahwa Vian pasti akan mengajaknya makan bersama.

"Titip motor gue," katanya datar.

Senyum Mawar yang begitu lebar seketika memudar. "Lo kira gue tukang parkir?" Teriak Mawar sambil turun dari motor.

Mawar mengikuti Vian yang duduk dipojok, menaruh tas dan berdiri kedepan membawa makan.

"Sekalian bawain punya gue ya!" teriak Mawar tanpa malu. Lama-lama bisa habis suara Mawar jika terus berteriak seperti itu.

Dari pojok Mawar sudah melihat Vian membawa piring, tapi kenapa hanya satu?

"Loh kok cuma satu? gue kan nitip," ujar Mawar. Tidak ada jawaban dari Vian. "Mmm gue tau, lo pasti mau makan satu piring berdua yaaa," goda Mawar.

"Dihh," gumam Vian.

"Ngaku lo, mau romantis-romantisan ya lo? Bukan waktunya!" Ucap Mawar.

"Pede," kata Vian singkat.

"Terus kenapa gak bawain punya gue?" Tanya Mawar.

Vian mengernyitkan dahinya."Lo kan punya kaki, tangan, mata, mulut, idung, telinga, ambil aja sendiri, gausah manja."

"Ish gak ada sosweet-sosweetnya," Mawar berdiri dan mengambil sendiri makanannya.

Mawar mengambil porsi makan yang sedikit, kebetulan sebenernya dia tidak begitu lapar, dia hanya ingin menemani Vian makan.

"Vian." panggil Mawar.

"Hmm," sahutnya.

"Gue kayaknya pengen kue deh," ujar Mawar request tiba-tiba.

"Beli, malah curhat." Vian sempat melirik hingga akhirnya makan kembali.

Mawar mendengus kesal, niat hati ingin dibelikan. Dasar cowok gak peka!

"Besok pulang sama gue lagi," ucap Vian dengan mimik wajah khas nya.

Mawar mengulum senyum jadinya. "Serius gak? Nanti pas di tagih blunder!"

"Kalo mau, kalo gak mau yaudah."

"Gitu doang ngambek."

MAWAR (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang