[29]

1.2K 37 0
                                    

•••

Hari ini, hari dimana Putri kembali ke London, sudah 3 minggu lamanya, uas juga sudah selesai, hari ini libur akhir semester, keadaan mulai berubah seiring berjalannya waktu, Mawar lebih terbuka, dia lebih dekat dengan sahabatnya, Sisil dan Dhira. Oh dan satu lagi, Gino.

Hubungannya dengan Vian juga mulai membaik, tapi mereka belum balikan, masih memulai pendekatan kembali. Aneh rasanya.

Mawar, Sisil dan Dhira sedang duduk di kafe dekat rumah Sisil. "Gue bosen nih dirumah terus, disuruh beres-beres terus, sangat-sangat bosen," ujar Sisil.

"Beres-beres doang? Gue disuruh nyuci sama nyetrika baju," ucap Dhira sambil menyeruput secangkir kopi. "Bi iyem, lagi pulang kampung. So sad!"

"Gue lakuin semuanya sendiri," sela Mawar dengan wajah biasa saja, tidak seperti Sisil dan Dhira yang memasang wajah lelah dan kusut.

Sisil hampir tersedak saat minum jus. "Hah? Sendiri? Emang kakak lo kemana?"

"Dia enak, nyusul nyokap-bokap ke Singapore,"

"Biasa aja kali bilang singapore nya,"

Setelah puas menghabiskan waktu dikafe, mereka pindah tempat, katanya ingin pergi ke Mall, jadi mereka sedikit berjalan, karena lokasi Mall dan kafe yang mereka tempati tidak begitu jauh jaraknya.

"Woii, Ada yang berantem!!"

Perkataan itu sontak membuat Mawar, Sisil dan Dhira ikut menoleh.

"Hah? Siapa?"

Karena mati penasaran, Mawar ikut berkerubun melihat siapa yang bertengkar disiang bolong, di depan Mall pula.

Mata Mawar terbelalak, melihat cowok yang bertengkar itu. "Gino? Ngapain lo?" Pertanyaan macam apa itu?

Sadar ada yang memanggil namanya, Gino menghentikan pukulan yang akan dia layangkan, lalu mendelik malas. "Jual ayam," ujarnya. "Lo gak liat? Gue lagi baku hantam?"

Mawar langsung menarik Gino menjauh dari kerumunan, berniat melerai. "Idih, gue juga tau lo lagi pukul-pukulan!"

"Lagian pake nanya, udah liat gue lagi mukulin si Fh,"

"Fh siapa?"

"Fake human,"

"Ngawur ngomong lo, ngomong gak pake bismillah dulu," menepuk kecil pundak Gino.

"Bismillah, lebih baik kasar tapi nyaman dari pada lembut tapi menyakitkan." Tutur Gino sambil menghembuskan nafas berat.

Kini Mawar berekspresi ingin muntah. "Sok bijak,"

"Bismillah, terserah gue dong,"

"Kenapa ngomong bismillah terus?" Ucap Mawar heran.

"Bismillah, lo kan yang nyuruh gue,"

"Ish, bukan gitu maksud gue, itu tuh kayak ibarat gitu loh, kayak pribahasa ala-ala gue!"

"Serah lo deh, mau ala-ala mau ili-ili, gue lagi marah tau gak?"

Sisil dan Dhira yang merasa dikacangi ikut menghampiri dengan mimik wajah kesal.

"Heh! Sampe lupa ama temen, parah lo Ma," ujar Sisil.

"Eh iya, lupa gue, sorry deh!" Jawab Mawar sambil menepuk jidat.

"Yaudah, lo mau ikut gak No? Sama ciwi-ciwi cantik nih!" Dhira menggibaskan rambutnya kearah Gino.

Gino mengedikkan bahu. "Sorry, gue masih normal, kalo mau ajakin bu Astrit, refreshing muka biar gak sangar,"

"Kasar," ucap mereka bersamaan, bahkan Gino juga, karena sudah mengira-ngira, cewek-cewek ini pasti bilang 'kasar'.

"Yaudah kita duluan ya, jangan cari masalah terus No, mending sholawatan di Tk gih!" Titah Mawar.

"Sembarangan, udah sana, pergi-pergi, husss huss,"

MAWAR (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang