Chapter 19

1K 82 11
                                    

Selama d kantor mondi melamun dan terngiang semua ucapan gino
"Maafin aku bel.. aku enggak bermaksud nyakitin kamu tpi aku sekarat sudah punya istri" lirih mondi menenggelamkan wajahnya d tangannya.

D tempt lain raya dan reva sedang menunggu jemputab supir raya pa Edi.
"Itu dia" tunjuk raya pada mobilnya yang baru saja memasuki halaman kampusnya
"Rev kamu mau breng"? Tabya raya pada reva saat mobil nya sudah d depan mereka
"Enggak Ray aku tunggu boy katanya mau jemput" jawabnya
"Yang udh gue duluan y bye" ucap raya memasuki mobilnya. Reva pun melambaikan tangannya.

Gino sedang menjaga bela diapun teringat akan raya. Karena sudah lama dia tak menelpon dan menemui raya.
Diapun mengambil HP nya dan memanggil raya
Raya yng sedang ada d jln terdengar suara HP nya berdering.
"Gino" ucap raya saat melihat nama gino muncul d hpnya
"Angkat gk y" bingung raya
Dan dia pun mendiamkannya

"Ko raya enggak angkat telponnya y" tanya gino pada dirinya "apa dia masih d kampus" lanjutnya
"Coba sekali lagi" penasaran gino
"Hallo ray" kata gino saat sambungan teleponnya d angkat raya
"............."
"Enggak aku cuma mau tahu kabar kamu aja" ucap gino
"Aku lagi d rumah sakit" lanjutnya
"?............."
"Kamu inget sepupu aku bela, dia ada d rumah sakit. Karena kemarin dia mencoba bnuh diri" jelas gino sedih
"..........."
"Ia makasih. Y udh aku tutup teleponnya dulu y" ucap gino
Gino pun menutup teleponnya dan masih menunggui bela.

Prov raya
Sudah beberapa kali teleponnya berbunyi. Ia pun terpaksan mengangkat
"Hallo gin. Ada apa?" Tanya raya
"........"
"D rumah sakit ngapain?" Tanya raya.. diapun swdikit kaget dn khawatir
"........."
"Apa bunur diri. Y Allah semoga sepupu kamu cepet sembuh y gin" jawab raya padahal dirinya bergetar.
"?..........."
Setelah gino memutuskan teleponnya raya langsung melamun tentang bel yang bunuh diri.
"Apa mondi tahu" lirih raya
"Y Tuhan cobaan apa lagi ini" batinnya. Airmatanya terus menetes padahal di belum tahu bagaimana reaksi suaminya.
Ketakutan raya makin besar karena dia tahu mondi dulu sangat mencintai bela, walaupun mondi sekarang mencintai nya tpi enggak nutup kemungkinan kalau mondi pun masih menyimpan rasa buat bela.
Pa Edi sopirnya melihat majikannya melamun dan menangis menjadi bingung.
"Ibu enggak pa2?" Tanya pa Edi memberanikan
"Oh. Pa. Enggak pa2 ko?" Ucap raya sambil menghapus air matanya
"Pa cepetan y saya cape" lanjutnya
"Baik bu" ucap pa Edi dan mempercepat laju mobilnya.
Tak berapa lama raya sudah smpai di rumahnya dia langsung masuk dan berlari ke kamar. BI asih yang melihatnya menjadi aneh.
"Pa knpa bu raya?" Tanya bI asih pada p Edi saat p Edi turun dari mobilbya
"Enggak tahu saya jua. Dari tadi bu raya begitu" jawabnya
"Y udh atuh. Tuh saya sudah bikinin kopi" ucap bi asih.
Pa Edi pun mengangguk dan masuk ke dapur.

D tempat lain mondi masih memikirkan bela. Jauh d lubuk hatinya dia masih khawatir ma bela, apalgi bela bunuh diri karena dirinya
'Knpa jadi gini sich "ucap mondi prustasi
"Lebih baik gue ke rumah sakit lihat bela" lanjutnya dan langsung keluar ruangannya.
"Lis saya pulang duluan, kamu kirim aja semua pekerjaan ke email saya nanti saya kerjakan di rumah" jelas mondi saat keluar dari ruangannya dan bertemu dengan Lisa sekrwtarisnya
"Baik pa" jawab Lisa.
Mondi pun keluar dan menuju parkiran.

Di tempat lain raya sedang melamun tentang bela. Dia takut kalau mondi bersama bela lagi. Diapun berniat hubungi mondi
"Ko enggak aktif sich" heran raya saat menelepon mondi dan telwponnya enggak aktif.
"Aku telepon ke kantor ja kali y?" Tanya raya. Di pun menelepon KW kantor mondi
"Hallo selamat sore" ucap di balik telepon twrnyta Lisa.
"Maaf pa momdi nya ada, saya raya" jawab raya.
"Oh bu raya. Selamat sore. Pa momdinya sudah pulang bu" jawab Lisa sopan
"Sudah pulang" heran raya
"Iya bu ada setengah jam yang lalu" jawab lisa
"Oh. Mungkin masih d jalan. Y sudah makasih ya lis"
"Iya bu sama2" jawab Lisa.
Setelah telepon tertutup raya heran enggak biasanya monsi mematikan hpny.
Rasa takut pun muncul kembali di hati raya.

Kini mondi disini d rs dia tak langsung pulang ke rumah dia berniat menjenguk bela karna bagaimana pun bela pernah mengisi hatinya.
Dia berjalan d lorong rumah sakit, d wajahnya menampilkan rasa khawatir dan rasa bersalah, tpi bukan artinya mondi masih sayang y. Hehehehee
Saat sedang berjalan mondi melihat gini yang sedang duduk dengan mata terpenjam
"Gin, ," pnggil gino
Gino pun melihat ke arah suara, dia pun memalingkan wajahnya
"Gue kesini cuma mau lihat bela" ucap mondi duduk d samping gino
"Lo belum puasa buat bela masuk rumah sakit 2 kali hah, kalau lo cuma bikin dia sakit lebih baik lo pulang" jelas gino sambil menahan amarahnya.
"Gin gue enggak bermaksud nyakitin bela tpi. . ."
"Tpi apa hah, udh lah lebih baik lo pulang" marah gino
"Plis gin sebentar saja gue cuma mau lihat dia" desak mondi
Gino pun pasrah di pun enggak bisa egois mungkin dengan adanya mondi bela bisa melewati mas kritisnya.
"Lo masuk aja" pasrah gino
Mondi pun tersenyum dn masuk ke ruangan bela.
Cekrekk
Mondi saat memasuki ruangan bela dia  prihati dengan keadaan bela. Wajah pucat dengan selang infus yang menacap d punggung tangannya dan pergelangan tangan yang perban.
Mondi pun menghampiri bel
"Bel maafin aku... aku enggak bermaksud nyakitin kamu" lirih mondi. Tpi tak ada jawaban dari bela hanya terdengar suara alat pendeteksi.
"Aku tahi kamu pasti sakit hati dengan sikap aku ke kamu, tpi ini terbaik buat kita. Apalagi sekarang aku sudah mencintai istri aku" mondi pun memegang tangan bela.
"Aku harap setelah kamu sadar kamu bisa memafkan aku dan jalani lagi kehidupan kamu" ucapnya dan  langsung berdiri meninggalkan ruangan bela.
"Gin makasih lo udah ijinin aku melihat dia" kata mondi saat sudah berada d luar.
Gino hanya mengangguk.
"Y udh gue pulang" lanjutnya dan langsung pergi.
Selama diperjalan mondi teringat dengan keadaan bela yang memprihatinkan.

D tempat lain raya semenjak pulng dari kampus dia tidak mau makan, atapaun apapun dia hanya melamun.dan teringat semua kata2 gino tentang bela.apalgi momdi belum pulang padahal dari sore dia sudah keluar dari kantornya
"Bu makan dulu dari tadi ibu belum makan"kata bI asih menghampiri raya yang sedang duduk
"Raya enggak laper bi" ucap raya tanpa menoleh.
BI asih pun bingung dan keluar lagi dengan membawa nampan makanan nya. Saat sedang menuruni tangga bI aaih melihat mondi baru masuk ke rumah
"Tuan sudah pulang?" Tanya bI asih menghampiri mondi
"Iy bI. Maaf tdi di jalan macet." Ucapnya "ni makanan buat siapa?" Tanya mondi heran
"Buat ibu. Dari siang bu raya belum makan apapun" ucpnya
"Apa raya belum makan bI,, knapa?" Tanya mondi
"Bibi juga enggak tahu tuan, tdi pas pulang kuliah bu raya menangis dan diam di kamat sampe skrg belum keluar. Bibi bawain makanan katanya tidak lapar" jelasnya
"Raya kenapa y" batinnya
"Y udh bibi bawa aja ke dalem biar mondi lihat raya" jawab mondi
Mondi pun naik ke atas sedangkan bI asih masuk ke dapur.
Cekrek
"Ray" ucap momdi saat masuk kedalam kamar
"Kamu knapa yang, katanya blum makan?" Tanya mondi menghampiri raya dan duduk d pinggir ranjangnya
Raya hanya diam saja.
"Hey" lembut mondi dan membawa wajah raya melihatnya.
"Kamu habis darimana?" Tanya raya. Jujur raya bukan tipe orang yang curiga an tpi entah kenapa dia jadi gini
"Y ampun yang. Y habis dari kantor darimana lagi. Maaf tdi d jalanan macet" ucap mondi bohong. Tpi dia berusaha tenang. Padahal hatinya gelisah. "Maafkan aku ray" batin mondi
"Owhhh" jawab datar raya.
Raya pun berusaha bangkit dari tidurnya tpi entah kenapa badannya lemas dannnnn
"Rayaaaaa" teriak mondi melihat raya tergelat. Diapun memutari ranjangnya dan memngku kepala raya
"Ray bangun sayang bangun" ucap mondi tpi raya diam saja.
"BI asih bi" teriak mondi
BI asih yang mendengar teriakan mondi menghampiri merka
"Y ampun bu raya" kaget bI asih saat melihat raya tergeletak
"BI tolong panggil pa esi tolong siapkan mobil. Kita bawa raya ke rumah sakit" perintah mondi.
BI asih Pun keluar
"Yang kamu kenapa jangan bikin aku khawatir"khawatir mondi.
Momdi pun menggendong  raya menuju mobilnya.
"Pq cepetan" ajak mondi saat sudah masuk ke dalam mobil.
"Baik tuan" ucap p Edi dan melajukan mobilbya.
Dengan wajah khawatir mondi terus memeluk istrinya dia takut kehilangan raya

Wah raya kenapa y ko tiba2 pingsan apa jangan2 😙😙😙. Terus Ap raya akan tahu mondi nemui bela
Apa gino dan bela akan tahu istri mondi adalah raya

D tunggu terus y.
Jangan lupa Line kritik dan sarannya 😂😂😂

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang