Prolog

37 8 6
                                    

"Kenapa harus pergi?"  lirih Fia.

"Apa memang masih ada yang bisa diperjuangkan, Fi?" tanya Aldi, sama lirihnya.

Fia terdiam. Namun, hatinya menjerit keras.

"Tentu! Tentu saja ada! Bagaimana bisa ini semua diakhiri saat kita sama masih ingin di sini?"

"Maafkan aku, Fi,"  bisik Aldi.

Dan kalimat itu membuat berguguran. Berguguran semua marah Fia dan juga menyusul jatuhnya air mata yang sejak tadi ia tahan.

Tanpa keduanya sadari, mereka berjuang sama kerasnya. Terluka sama dalamnya karena perasaan yang sama besarnya.

Tetapi semesta tidak merestui mereka. Memisahkan dengan paksa. Tidak memberi celah bahkan hanya untuk saling melihat.

Di masa muda mereka, mereka sudah merasakan hal seperti itu. Masa-masa indah itu. Dimana cinta mulai masuk dan tumbuh.

Di masa dimana itu disebut 'cinta monyet'. Namun tak banyak yang menyadari, bahwa itu bisa jadi lebih sejati. Karena saat masa itu, mereka jatuh cinta dengan sederhana. Cinta karena itu mereka. Bukan rupa apalagi harta atau hal rasionalitas lainnya.

Jadi kenapa mereka harus terpisah? Bukankah itu melukai semuanya?

Dan kenapa harus padanya perasan itu ada jika berujung menyakitkan?

FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang