Tiga | Koridor Kelas Satu

13 2 0
                                    

Dia tak pernah sadar
Dia begitu berharga
Karena baginya
Aku hanya orang asing


Setelah pelajaran dimulai, rasanya waktu jadi lebih cepat berlalu. Memang benar kesibukan itu obat yang paling ampuh untuk membunuh luka.

Seperti Fia yang perlahan mulai bisa menerima tentang Rifky yang acuh padanya.

Hari jumat sore ini, bagi siswa kelas satu ada ekstrakurikuler wajib yaitu pramuka. Kelas memang sudah selesai pukul satu tadi dan kegiatan baru akan dimulai pukul tiga. Fia dan beberapa temannya sengaja untuk tidak pulang ke rumah agar lebih hemat dan tidak terlanjur malas.

Tapi karena Nara memilih pulang, Fia akhirnya tidak memiliki teman mengobrol. Akhirnya ia pun pergi ke kelas lain bertemu dengan teman SMP-nya dulu.

Fia tahu kalau kelas temannya itu bersebelahan dengan kelas Rifky. Tapi Fia sedang berharap kalau ia tidak bertemu Rifky. Meski ada hal yang sangat ingin Fia tanyakan, tapi rasanya ia belum mampu bahkan untuk sekadar menyapanya.

Tapi memang kadang kebetulan itu menyebalkan. Saat akan kembali ke kelasnya karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul tiga, Fia justru berpapasan dengan Rifky di depan pintu kelas Rifky.

Keduanya terkejut. Hingga akhirnya Rifky menjadi pihak pertama yang tersadar. Dan untuk pertama kalinya entah sejak kapan, Rifky tersenyum. Membuat Fia merasa waktu disekitarnya membeku. Senyum itu masih sama, menawan. Mampu menghipnotisnya. Dengan binar mata yang menawarkan ketulusan.

Fia akhirnya tersadar setelah suara sepatu Rifky menjauh. Fia mengeluh untuk dua hal, yaitu responnya dan juga Rifky yang tidak menunggu dirinya. Eh, tapi untuk apa juga Rifky menunggunya.

Tiga detik berpikir cepat, Fia akhirnya memutuskan berjalan menyamai langkah Rifky.

"Hei, If," sapa Fia berusaha tidak canggung dan seperti tidak terjadi apa-apa.

Sejenak, Rifky menegang demi mendengar panggilan yang digunakan Fia untuknya. Panggilan yang sama seperti dulu saat mereka masih sangat dekat. Berusaha mengabaikan perasaan juga, Rifky tersenyum.

"Ya?" jawabnya singkat.

"Kamu ikut organisasi?" tanya Fia. Pertanyaan yang sejak kemarin ingin ia tanyakan.

"Eh, kita mau ekskul pramuka, 'kan?" tanya Rifky.

"Iya kalau sekarang, maksudku organisasi lainnya, kayaknya aku kemarin liat kamu diantara kumpulan orang-orang," jawab Fia sambil tertawa, menikmati raut wajah Rifky dari dekat.

"Oh itu, iya, aku ikut OSIS."

Jawaban itu sukses membuat Fia menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?" tanya Rifky heran, alisnya bertaut.

Membuat Fia semakin tertawa. Ia memang selalu suka ekspresi wajah bingung Rifky. Menggemaskan.

"Bukannya kamu ga suka aturan ketat, ya? Kenapa malah masuk OSIS?" tanya Fia.

"Ya mungkin aku sedang coba berdamai dengan para aturan itu." Jawaban Rifky sukses membuat keduanya tertawa bersama.

"Aku duluan," kata Rifky yang memang akan menuju ke ruang ganti dan harus belok sedangkan Fia masih lurus menyusuri koridor kelas satu itu.

FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang