Enam | Perkenalan Resmi

7 1 0
                                    

Pada satu titik
Aku berhenti
Bertanya pada hati
Akan menuju kemana kita nanti?

Liburan semester sudah usai, Fia kembali masuk sekolah. Semester kemarin nilainya cukup memuaskan, tidak terlalu tinggi karena dia punya keinginan untuk nilai naik terus tanpa turun, maka di semester awal ini targetnya ia anggap tercapai. Nara juga demikian.

"Bosen banget, ya," bisik Nara pelan kemudian menguap lebar.

Siang ini, di jam terakhir sedang pelajaran sosiologi. Ya, meski mereka masuk MIPA tapi tetap ada materi lintas minat. Pilihan mereka jatuh ke ekonomi dan sosiologi.

"Iya nih, padahal biasanya asyik," keluh Fia yang memang tertarik pada pelajaran ini.

"Efek jadwal baru jadi jam terakhir kali," simpul Nara asal.

Suasana kelas makin tidak kondusif karena memang sangat membosankan. Hal ini mengundang komentar dari guru.

"Jam terakhir, sosiologi, ngantuk ya ngantuk," sindir Bu Evi yang sedang mengajar.

"Iya, Bu, tidur aja ya, Bu," jawab Reza, biang ribut di kelas.

"Enak aja, nanti ibu dikira makan gaji buta dong," jawab Bu Evi.

Teman-teman tertawa.

"Kita tukar tempat duduk aja, ya," usul Bu Evi.

"Setiap hari, Bu?" tanya Nara.

"Engga, pas pelajaran sosiologi aja, biar temen sebelahnya baru dan ga ngantuk. Sepasang, ya,"

Dua kata terakhir membuat para siswi mengeluh dan para siswa bersorak senang.

"

Ibu mulai, ya," ucap Bu Evi.

"Aahh, ibu," keluh para siswi.

"Biar kalian ngga ngantuk, jangan protes." Final, Bu Evi mengakhiri percakapan dan mulai mengatur tempat duduk.

Fia dan Nara mengeluh dalam-dalam. Berdoa dalam hati masing-masing supaya tidak mendapat teman yang ramai.

Bu Evi mulai melirik ke arah Nara. Membuat keduanya menegang.

"Ya, mba yang pojok, siapa?" tanya Bu Evi.

"Fia, Bu," Nara yang menjawab.

"Ya, Fia, kamu pindah ke belakang dulu," titah Bu Evi membuat Fia menahan diri untuk mendengkus.

Fia terus memperhatikan Bu Evi yang masih mengatur tempat duduk. Membiarkan kali ini waktu mengajarnya terbuang. Sampai saat ini Fia belum memiliki teman duduk karena Bu Evi terfokus pada siswa yang ramai dan sering tidur di kelas.

"Mas Aldi, ya? Pindah ke depan pojok, ya!" Kalimat Bu Evi membuat Fia menahan napas.

Aldi dengan patuh pindah ke bangku depan yang masih kosong. Dia sendirian. Dan sekarang, Bu Evi menatap ke arahnya, membuatnya semakin menahan napas.

"Ya, Fia, kamu ke depan sama Aldi!" Dan kalimat itu membuat Fia sempurna mematung dan lupa caranya bernapas.

Seperti robot yang telah diprogram, Fia bergerak kaku. Membereskan bukunya dan mulai berjalan ke arah Aldi. Sedangkan yang dituju hanya diam dan menunduk. Sama sekali tidak merespon atau bahkan menengok saat Fia sudah sampai di sebelahnya.

FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang