Empat | HUT SMA Jaya

5 2 0
                                    

Sebenarnya mantra apa yang kau gunakan? Kenapa aku terpesona hanya karena satu senyuman?
Dan kenapa hanya aku jatuh cinta terus-terusan meski tau kau bahkan tak melihat ke arahku?

Fia sedang berdiri melamun di depan kelas X MIPA 7 saat tiba-tiba suara Nara mengagetkannya.

"Hayo lho! Mbaknya malah ngalamun. Awas kesambet, lho, bengong di bawah pohon gede di lantai dua lagi, jangan kepikiran bunuh diri lho," ujar Nara sambil cekikikan sendiri.

"Kalau aku jatuh dari sini berarti jatuh cinta dong, kan ini namanya pohon Cinta," jawab Fia sambil tersenyum, matanya bersinar.

Nara justru terbahak keras. Lalu tanpa sengaja matanya menemukan sosok Rifky yang tengah bermain futsal di lapangan.

"Hm, pantes ngomongnya jatuh cinta ternyata lagi liatin doi," goda Nara membuat Fia mendengkus tapi tetap tersenyum.

"Apaan, sih! Orang aku liatin futsalnya, kok. Aku kan dari emang suka bola," jawab Fia kalem.

Ya, awal bulan September ini, SMA Jaya memang berulang tahun dan selalu mengadakan acara classmeeting setiap tahunnya untuk perayaan dan diakhiri dengan pensi sebagai malam puncak.

Pertandingan yang diadakan memang hanya pertandingan biasa seperti futsal, volly, dan lomba-lomba lainnya yang meriah.

Fia sebenarnya tidak terlalu suka acara seperti ini, karena artinya dia akan bosan sepanjang hari hingga jam pulang yang ditentukan. Nah, ini dia yang membuat semakin bosan, SMA Jaya yang terkenal ketat akan aturan, meski sedang hari bebas namun jam pulang dan masuk sekolah hampir sama. Hanya toleransi satu jam lebih awal.

Tapi begitu membaca susunan acara peringatan HUT tersebut, mata Fia berbinar ketika mendapati adanya pertandingan futsal. Fia tahu, Rifky pasti akan bermain di sana. Dengan segera ia mencari tahu jadwal pertandingan dari hari pertama hingga terakhir.

Dan di sini lah dia sekarang, memisahkan diri dari teman sekelasnya, menonton Rifky sedang bermain dari kejauhan. Hanya dari kejauhan. Tersenyum setiap kali Rifky mencetak gol. Menahan napas setiap Rifky tertawa selepas itu. Dan menahan diri untuk tidak berteriak histeris saat ada lawan yang berusaha menjatuhkan Rifky.

Fia memang hanya pengagum rahasia. Dia sendiri yang memilih hanya menjadi pengagum rahasia.

"Kenalin dong, Fi, masa udah tiga bulan di sini tapi aku ga tau namanya." Nara membujuk, karena memang selama ini Fia hanya diam ketika ditanya identitas Rifky.

"Emang kamu ga dicariin temen kelas? Kok di sini?" Nah, kan! Fia mengalihkan topik.

"Ngga, tadi aku janji balik ke mereka pas kelas tanding sambil bawa kamu," jawab Nara.

"Temen kelas mungkin ngiranya kamu bahkan ga suka futsal, Fi, tapi mereka ga tau kalau kamu dari tadi bahkan udah nonton duluan," sambung Nara.

Fia hanya tersenyum. Kembali fokus pada Rifky di lapangan.

"Wow, dia mainnya bagus, ya? Bukan yang asal tendang," komentar Nara ketika ikut memperhatikan Rifky.

"Yeah, as always," kata Fia, nada kagum tidak bisa tersembunyi dari kalimatnya.

"Ih, tuh kan! Bisa pertahanin bola meski ada dua pemain di depannya," Sorak Nara heboh.

Fia menepuk dahinya. Kenapa malah Nara yang heboh?

"Dia emang jago dari kecil, udah sering ikut pertandingan bahkan liga, sekarang juga katanya dia ikut di pemain inti Banyumas," jelas Fia.

"SERIUSAN?" pekik Nara membuat Fia melotot.

FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang