Satu | Pertemuan Pertama

21 4 0
                                    

Dia ada di sana
Tertawa bersama yang lainnya
Tapi aku tak ada dalam pandangnya
Bahkan meski aku tepat di hadapannya

Fia masih duduk santai di bawah pohon pinus yang rindang saat tiba-tiba seseorang lewat dihadapannya.

Tinggi. Putih. Berkacamata. Cocok!

Fia terkekeh pelan. Matanya belum lepas dari cowok yang baru saja lewat di depannya. Kalau dilihat dari atribut yang ia pakai, cowok itu satu angkatan dengannya. Alias peserta didik baru di sini, SMA Jaya Purwokerto. Salah satu SMA swasta favorit.

Fia masih memperhatikan cowok tadi sampai akhirnya ia dikejutkan oleh suara lantang khas perempuan.

"Adik-adik kelas sepuluh segera kumpul di lapangan basket!" kata kakak kelas memakai pengeras suara yang kebetulan berdiri tak jauh dari Fia.

Membuat Fia terkejut dan mendengkus sedikit mengkal. Tak ingin dimarahi di hari pertama sekolah, Fia segera berlari ke arah lapangan basket. Di sana sudah ramai siswa baru berbaris rapi.

Saat sedang berlari, tanpa sadar bahunya ditabrak oleh seseorang.

"Aduh, maaf! Maaf, ya!" katanya dengan nada panik.

"Eh, iya, gapapa, kok," ringis Fia.

"Mau ke lapangan?" tanya cewek yang barusan menabraknya.

"Iya, nih. Kamu siswi baru juga, 'kan?" tanyanya.

"Iya, kenalin! Aku Fia, kamu?"

"Aku Nara, kelompok apa?"

"Jenderal Soedirman," jawab Fia singkat.

"Whoahhh, sama! Asyik!" teriak Nara membuat Fia tertawa.

Mereka berdua segera menempatkan diri sesuai aturan barisan yaitu laki-laki di kanan dan perempuan di kiri.

Apel pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah berjalan lancar. Mereka dipersilakan kembali ke ruang kelas sebelum berkumpul lagi di gedung serbaguna untuk mendapat materi soal sekolah.

Fia berjalan bersama Nara menuju ke kelas sementara mereka.

"Kamu dari sekolah mana?" tanya Nara berusaha memecah hening.

"Aku dari SMP 4 Purwokerto saja, kok. Dekat rumah." Fia menjawab sambil tersenyum.

"Oh, kalau aku dari SMP Jaya. Yah, dari TK dulu aku emang cuma muter-muter di yayasan ini, hahaha!" jelas Nara yang membuat mereka tertawa bersama.

Sampai di depan kelas, saat akan masuk, tiba-tiba saja serombongan siswi dengan muka putih menerobos masuk dengan mengangkat dagu tinggi-tinggi. Membuat Nara yang memiliki ukuran tubuh mungil hampir jatuh terdorong.

"Ish! Apaan, sih! Ga tau sopan santun, ya!" sentak Nara, tetapi hanya diabaikan.

"Udah, biarin aja!" kata Fia sambil menarik lengan Nara yang nampaknya akan maju menghampiri mereka.

"Ga bisa gitu, dong! Harusnya minimal mereka bilang permisi!"

"Udah, Nara, jangan bikin keributan di hari pertama," bujuk Fia.

Nara yang masih menatap tajam kearah kelompok siswi yang baru saja menabraknya akhirnya menarik napas panjang, berusaha mengembalikan raut wajahnya seperti semula.

"Yah, udah penuh semua nih, Fi, kita duduk di mana, ya?" keluh Nara.

"Itu pojok depan meja guru masih kosong, kok, Ra," tunjuk Fia.

"Oh, iya! Tabiat orang Indonesia, bangku depan malah dikosongin. "

Fia kembali tertawa mendengar sarkas dari Nara. Sudah banyak yang Fia simpulkan tentang Nara. Cewek ini ternyata berisik dan suka sekali melempar sarkas untuk apa yang ia tidak sukai.

FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang