05. Swim

2.7K 289 53
                                    

Daegu, September 2007.

Sekarang aku berada di tingkat ke-7 di Middle School Daegu. Aku bersekolah disiini karna Beasiswa. Mamaku hanyalah seorang Penjual Tteokbokki. Jadi pemasukkan kami sangat kecil mengingat banyaknya orang yang menjual Tteokbokki.

Aku tak pernah punya ayah. Bajingan itu memperkosa Mama hingga Hamil lalu meninggalkannya. Dia terlalu pengecut untuk bertanggung jawab. Aku membencinya kuharap aku tak pernah menjadi seperti itu.

Mama mengatakan padaku bahwa ini adalah kesalahannya. Mama dibesarkan di Desa oleh Keluarga Petani. Dia pergi ke Kota untuk mengadu Nasib. Mencari Peruntungan disana. Dan Mama memang mendapatkan pekerjaan dan Gaji yang layak waktu itu. Kemudian dia bertemu dengan Orang itu. Namja Bajingan yang mengaku mencintai Mama. Mama masih sangat polos waktu itu, dia mau saja mengikuti keeingin Si Brengsek itu. Lalu saat Mama Hamil dia menghilang entah kemana. Mama Pulang ke desanya. Berharap semuanya akan menjadi baik-baik saja. tapi rupanya Keluarga Mama tak sanggup menanggung malu hingga mereka mengusir Mama. Mama kemudian memulai hidup baru di Kota baru dan membesarkan anaknya Seorang diri. Anak itu aku. Kim Taehyung.

"Ma, Aku pulang!" Teriakku pada Mama.

"Kemarilah sayang, Mama di dapur." Sahut Mama. Aku segera menghampirinya ke dapur.

"Makanlah. Kau pasti lapar. Setelah itu bantu Mama ya."

"Ne Mama." Jawabku lalu mengambil 2 potong Kimbap sisa tadi pagi dan mengambil semangkuk Tteokbokki. Aku mengambil sesedikit mungkin karna Mama harus menjualnya. Aku tak ingin mengurangi pendapatan Mama. Meskipun keseringan Mama membawa kembali sisa dagangannya.

Setelah makan kubantu Mama menyelesaikan masakannya, memasukkan semuanya ke dalam Gerobak yang kemudian kami dorong menuju Pasar Malam, tempat Mama biasanya berjualan. Dan inilah ruitintasku setiap harinya. Pergi sekolah hingga tengah hari, pulangnya membantu Mama memasak lalu berjualan. Kami biasanya pulang pukul 9 malam. Tapi terkadang lebih cepat jika dagangan Mama habis lebih cepat. Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, Saingan kami banyak jadi, sangat jarang dagangan kami habis. Keseringan kami membawa pulang setengah dari yang kami jual.

Dan karna Mama tak mau Tteokbokkinya menjadi sia-sia, ia membagikannya kepada Tetangga secara cuma-cuma. Dan aku mulai curiga para Tetangga kami keenakan diberikan Tteokbokki gratis hingga mereka sengaja tidak membeli Tteokbokki buatan Mama. Atau bahkan mereka mungkin saja berdoa agar dagangan Mama tidak habis agar mereka mendapat Tteokbokki gratis.

Aku pernah memberi tahu Mama soal kecurigaanku ini. Tapi Mama malah memarahiku dengan berkata. "Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk berfikiran seperti itu. Itu tidak baik. Kita harus buang jauh-jauh pikiran yang seperti itu. Tetangga-tetangga kita baik. Mereka selalu merasa tidak enak jika Mama membawa pulang dagangan Mama. Mereka juga membantu mempromosikan dagangan Mama pada teman-teman mereka. Lagipula mereka juga sering memberi Pinjaman kepada Mama saat Mama benar-benar kehabisan uang. Jadi jangan sekalipun berfikiran seperti itu."

Aku mengangguk. Aku selalu menuruti apa yang dikatakan Mama. Aku tak pernah berani menentang Keinginan Mama. Karna Mama adalah segalanya bagiku. Lagipula aku tak punya siapa-siapa lagi didunia ini selain Mama.

"Kau sudah mendaftar untuk mengikuti Eksta Kurikuler Berenang itu TaeTae?" Tanya Mama saat kami baru saja sampai rumah.

"Sudah Ma." Jawabku sambil tersenyum lebar. Aku sangat suka berenang. "Dan besok sore adalah hari latihan pertama kami Ma. Sekaligus kami akan diseleksi untuk mewakili sekolah dalam Perlombaan Renang Tingkat Kota."

"Itu bagus TaeTae." Mama mengatakannya sambil membungkus-bungkus Tteokbokki. Sedangkan aku merapikan peralatannya.

"Tapi itu berarti aku akan pulang telat Ma, aku tidak  bisa membantu Mama menyiapkan dagangan Mama besok." Ucapku murung. Kutatap Mama dengan sedih.

Beautiful Trauma | VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang