Daegu, Agustus 2008.
Lama-kelamaan Irene akhirnya berhenti berusaha mendekatiku. Aku rasa dia akhirnya sudah mencapai titik jenuhnya. Syukurlah. Akhirnya aku bisa merasa tenang. Hmmm, kurasa tidak juga. Bagaimana bisa aku merasa tenang saat aku tidak pernah melakukan hal yang kusukai lagi? Bagaimana mungkin aku bisa merasa tenang saat aku tidak punya teman sekalipun. Dan kini, aku tidak tertawa lagi. Bisakah aku merasa tenang? Tidak. Tentu saja tidak. Tapi setidaknya aku tidak akan tersakiti lagi. Itu yang terpenting.
"Yoongi, kau sudah menyelesaikan tugas Sejarah?" Tanyaku di suatu pagi. Kami berada di kelas. Menunggu Leeteuk-saem datang. Aku berharap dia belum mengerjakannya dan meminta contekan padaku. Lalu mungkin ia akan mentraktirku. Aku ingin makan sesuatu di Kantin. Aku harus menunjukan kepintaranku di kelas ini, agar para orang kaya yang bodoh mau membeli kepintaranku.
Yoongi tak menjawab. Ia malah mengeluarkan buku Sejarahnya dan membuka bagian Tugas. Ia sudah menyelesaikannya. Padahal Yoongi bisa saja mengatakan 'Ya." Dan semua beres. Kenapa dia malah lebih memilih untuk mengeluarkan bukunya? Bukankah itu lebih banyak menggunakan energi?
Tapi begitulah Yoongi. Dia jarang sekali mengeluarkan suaranya. Dia lebih memilih untuk menggunakan Energinya. Ngomong-ngomong dia mengikuti Ekstrakulikuler Basket. Dia salah satu atlet terbaik di Sekolah ini. Dia sering menjadi Leader saat ada Perlombaan antar sekolah. Dan alhasil, kami selalu menang. Dibalik sifat pendiamnya, Yoongi sebenarnya keren. Itulah sebabnya aku tak pernah meremehkan Anak yang pendiam.
Hanya karna Yoongi atlet Basket, bukan berarti Yoongi tinggi. Dia malah terbilang pendek. Lebih pendek dariku. Bahkan lebih pendek dari kebanyakan Namja yang seumuran. Namun meskipun terbilang pendek, Yoongi tetap menjadi incaran banyak Yeoja karna sikap dingin dan cueknya. Juga pembawaannya yang SWAG. Yoongi juga sangat manis jika tersenyum. Dan ya, itu sangat jarang terjadi.
"Rupanya kau sudah menyelesaikannya." Gumamku.
"Bukankah sudah jelas?" Ucap Yoongi dengan nada tanya yang ketus.
"Aku tahu, maksudku aku hanya bergumam saja" Aku berusaha membela diri.
Yoongi tampak menghela nafasnya. "Pernahkah kau berfikir bahwa kau mungkin sudah membuang-buang nafasmu untuk mengatakan sesuatu yang tidak terlalu berguna?"
"Err... Tidak?" Jawabku ragu.
"Sudah kuduga. Kau sama dengan kebanyakan orang. Bahkan kau lebih dari mereka. Kau terlalu banyak membuang nafasmu untuk mengatakan sesuatu yang tidak penting. Sesuatu yang sudah sangat jelas. Saranku, kau sebaiknya menyimpan nafasmu itu baik-baik. Jangan terlalu banyak bicara mengatakan hal yang tidak penting."
Aku tahu Yoongi berniat baik tapi tetap saja, Aku merasa kesal atas perkataannya. "Kau sendiri sangat sering membuang-buang tenagamu pada saat kau sebenarnya bisa menjawab dengan satu kata saja. Seperti barusan. Kau bisa saja menjawab Ya dan selesai. kau lebih memilih menunjukkannya padaku. Tidakkah itu namanya membuang-buang tenaga?" Semburku.
Yoongi akan bicara tapi aku segera menyemburnya lagi, "Kau tahu Yoongi? Menurutku yang kau lakukan bukanlah menyimpan nafasmu. Tapi kau hanya terlalu takut kehabisan nafasmu. Kau takut mati eoh? Kau tak menderita sesak nafas? Atau paru-parumu bermasalah? Oh aku tahu. Kau menghemat Nafasmu karna kau tak mampu membeli oksigen ya kan?"
Setelah mengatakan semua itu, perasaanku memang jadi lebih baik. Namun aku kemudian merasa bersalah. Karna Yoongi hanya diam. Ia kini menunduk dan menatap bukunya. Dan kulihat sesuatu mulai keluar dari pelupuk matanya. Airmata? Yoongi segera mengusapnya. Namun airmata itu keluar lagi, dan ia menghapusnya lagi. Ada apa ini? Aku salah bicara ya? Atau karna nada bicaraku? Atau karna nada tinggiku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Trauma | VSOO
FanficSINOPSIS: Kim Jisoo, Seorang Yeoja polos yang belum pernah Jatuh Cinta sekalipun. Pindah ke Daegu karna Orangtuanya membuka Cabang Perusahaan disana. Siapa sangka Kepindahan itu akhirnya mempertemukan Jisoo pada Cinta Pertamanya. Tapi bagaimana jik...