Halo! Sebelum bab "Overprotected" ada bab special "Believe in You". Kalian bakal ngerti kenapa Livia jadi nurut sama Kennard.
Pasti ketebak, deh, sebenernya Kennard gimana, sih, ke Livia.
❤Selamat Membaca❤
Sejak kejadian Kaylo sakit karena alergi udang, aku dilarang Kennard deket lagi sama dia. Bahkan, Kennard sempat mengancam bakalan menyita ponselku jika aku chatting sama Kaylo. Aku pengin lapor ke Bunda, deh. Tapi, aku lebih takut dimarahi karena bikin Kaylo celaka. Pasrah aja udah, di bawah jajahan Kennard.
Untungnya, aku masuk babak penyisihan Street Dance Battle. Hal itu sedikit menghibur dan membuatku fokus buat latihan ke tahap berikutnya. Sabtu malam, aku bilang ke Kennard mau Pijama's Party di rumah Miranda, sekalian pengin curhat. Awalnya Kennard nggak kasih izin, setelah tahu kami hanya berdua, dia bolehin. Tentu aku nggak sekadar menginap, tapi ikutan Street Dance Battle babak penyisihan sepuluh besar.
"Kamu tegang, Wol?" tanya Miranda.
"Apaan, sih? Wol ... Wol."
"Nama kamu di sini Wolfie," terang Miranda.
Aku memang memakai nama samaran saat menjadi peserta. Topeng juga masih setia menutupi wajahku. Kepalaku menggeleng. "Nggak. Mungkin karena bukan pertama kali lagi. Aku biasa aja. Eh, aku malah seneng banget bisa masuk babak penyisihan."
Aku dan Miranda tertawa kegirangan. Nggak seperti sebelumnya, peserta kali ini jauh lebih sedikit, tetapi aku justru tampil paling akhir. Bukan hanya itu, di tengah acara juga menampilkan performa dance dari beberapa pemenang tahun lalu. Miranda dan Julian—sepupunya—terus menyemangatiku karena tampil dalam keadaan sedikit bosan dan mengantuk.
Tidak ada masalah saat aku tampil. Semua gerakan aku ingat dan menampilkannya dengan baik. Beberapa pemenang tahun lalu yang ikut tampil, menonton dan mendukungku. Nggak bohong, aku jadi lebih termotivasi dan semangat menunjukkan performa terbaik.
Pukul satu dini hari, acara baru berakhir. Malam ini justru lebih sepi dibanding malam pertama kali aku ikut SDB. Dulu saat kami menuju parkir, masih banyak orang-orang berlalu lalang. Mungkin karena malam itu, kami pulang awal. Mungkin juga dari yang aku dengar, malam ini ada balapan liar. Keramaian cepat pindah ke sana.
Aku tersentak saat lenganku disentuh seseorang. Wajahku menoleh ke arah cowok yang tingginya hampir sama dengan Julian, tetapi badannya lebih besar. Dia tersenyum lebar ke arahku.
"Performa kamu bagus, deh. Boleh kenalan?" Dia mengulurkan tangan.
"Wolfie," kataku tanpa menyambut uluran tangannya.
"Kamu anak mana, sih? Buka dong, topengnya." Dia akan meraih topengku dan aku mundur menghindar.
Aku merasa tangan lain memegangiku.
"Kita cabut duluan, ya. Bye," ujar Miranda pada cowok itu.
Cowok itu justru memegangi lengan kanan Miranda dan menarik Miranda ke arahnya. "Entar, dulu. Aku mau liat temen kamu ini. Cantik, nggak?"
Miranda menarik tangannya dengan kasar. Wajah putih Miranda terlihat pucat. Dia pasti ketakutan.
"Eh, apaan, nih?!" Julian meraih pundak cowok itu. Akan tetapi, cowok itu justru mendorong tubuh sepupu Miranda kuat-kuat sampai dia jatuh.
Miranda teriak dan berjalan ke arah Julian sambil membantunya berdiri. Tak lama Julian berdiri, cowok jahat itu menarik kaus Julian dan mengangkat tangan akan memukulnya. Miranda kembali menjerit. Saat aku akan berlari ke arah mereka, seseorang meraih tubuhku dan mencoba membuka topengku. Aku menjerit kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENNARD - Living with the Bad Boy
Fiksi RemajaLivia tak menginginkan Kennard--bad boy paling ia hindari--menjadi saudara tirinya. Namun suatu malam, Livia mengalami peristiwa tak terlupakan bersama Kennard hingga mengubah perasaan keduanya. *** Meski tak memiliki seorang ibu, Livia Rinshi tetap...